Daftar Blog Saya

Kamis, 13 November 2008

Islam dan Pondok Pesantren


Foto saat berdakwah di Pondok Pesantren"BAHRUL ULUM" tAMBAK BERAS" Jombang Jawa Timur
KETUNDUKAN KEPADA ALLAH ADALAH SYARAT MUTLAK MENJADI PANUTAN YANG BAIK
(Sebuah Refleksi Dari Kisah Hidup Nabi Ibrahim u)
Kaum Muslimin hafhizhakumullahu, lantunan takbir yang dibarengi rasa syukur seperti di pagi hari ini terasa begitu indah dan nikmat, hari raya yang bahagia bagi segenap kaum muslimin di manapun mereka berada. Lantunan tahmid dan tahlil membumbung ke angkasa menembus cakrawala mengingatkan akan hakikat diri dan curahan nikmat tiada hingga, Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Laa Ilaaha Illal Laahu wallahu Akbar Allahu Akbar walillahil Hamd.
Ma’asyiral muslimin hafhizhakumullahu, Nabiyullah Ibrahim u adalah tokoh sentral yang selalu dikenang di setiap Iedul Adha dan beliau patut untuk itu dari pengorbanan yang luar biasa dalam ketundukan kepada Allah I yang berwujud pada ketaatan agung tidak tertandingi mulai dari hijrah hingga keikhlasan mengorbankan puteranya dalam peristiwa penyembelihan yang berakhir dengan syariat berkurban hingga saat ini. Beliau dipanuti karena kesempurnaannya sebagai hamba Allah I dalam segala hal, di dalam al-Qur’an surah an-Nahl (16): 120, Allah I berfirman:
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif, dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)”.
Di samping sebagai Rasul utusan Allah I yang sempurna menjalankan tugas berat tersebut, beliau dalam kehidupan kemanusiaannyapun berhasil mendidik istri dan keturunan beliau berjalan di atas jalan Allah I. Di dalam Qs. al-Baqarah (02): 132{
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Kaum Muslimin hafhizhakumullahu, kunci kesempurnaan Khalilullah (Kekasih Allah I) Ibrahim u dalam ketundukan kepada Rabbnya adalah rasa tsiqah (yakin) beliau kepada segala perintah-perintahNya bahwa di dalamnya pasti terkandung maslahat nampak atau tidak, saat ini atau di kemudian hari. Rasa tsiqah ini berwujud iman dan yakin yang senantiasa memenuhi relung hati, lisan dan perbuatan beliau sehingga kalimat yang keluar di saat datang perintah adalah sebagaimana firman Allah I dalam Qs. al-Baqarah (02):131,
}
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”.

Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd
Kaum Muslimin Rahimakumullah, dari sifat Nabiyullah Ibrahim u di atas setidaknya bagi kita untuk zaman seperti sekarang ini membutuhkan dua hal penting:
Rasa tsiqah (yakin) kepada ketetapan Allah I yang menghasilkan keimanan nan kuat akan segala janjiNya I berupa kebahagiaan bagi yang taat dan tunduk serta kebinasaan bagi yang membenci, menolak atau menggantinya.
Allah I berfirman dalam Qs. Muhammad (47): 9
{}
“Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka”.
Di dalam ayat lain Qs. Thaha (20): 75-76, Allah I berfirman:
{}
“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga `Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan)”.

Kaum Muslimin yang berbahagia, syariat Allah I bukanlah untuk diperdebatkan atau dipertentangkan apalagi dijadikan sebagai bahan pooling pendapat untuk disetujui atau tidak, ia adalah ketetapan yang mutlak harus diterima sebab datangnya adalah dari Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui segala-galanya, Ialah satu-satunya yang mengetahui mashlahat dan mudharat bagi umat manusia, ketetapanNya penuh keadilan, hukum-hukumNya penuh kebijakan, tidaklah Ia ditanya tentang perbuatanNya sebaliknya umat manusialah yang berhak untuk itu.
Merubah satu dari ketetapan Allah I, atau membenci apalagi sampai menolaknya dengan alasan apapun adalah bentuk-bentuk kekufuran yang pelakunya terancam murtad dari agama Islam, sebaliknya menerima hukum-hukumNya adalah syarat mutlak benarnya iman seseorang sebagaimana yang tersebut di dalam Qs. an-Nisaa (04): 65, Allah I berfirman:
{}
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.
Saat ini tidak sedikit hukum Allah I yang diperdebatkan, ironisnya justru oleh orang yang kurang faham agama sehingga tidak jarang hukum-hukum tersebut ditolak hanya dengan alasan logika yang sangat pendek, sebutlah sebagai misal hukum poligami dan larangan mengucapkan selamat kepada orang kafir pada hari raya mereka yang ditentang oleh sebagian masyarakat kita dengan dalih tidak sesuai dengan keadaan zaman yang demokratis atau diskriminasi terhadap kaum wanita atau terkadang mengangkat dalil agama yang dipelintirkan tidak sesuai dengan maksud dan tujuannya diturunkan. Tidakkah orang-orang itu sadar bahwa yang mereka tentang adalah hukum Allah I bukan hukum buatan manusia ? Tidakkah lagi ada rasa takut dalam diri kita semua jika terang-terangan menolak hukumNya ? Jika Abu Bakar as-Shiddiq t saja berkata: “Langit manakah yang akan menaungiku, bumi manakah yang akan menerimaku jika aku berkata tentang al-Qur’an sesuatu yang tidak aku ketahui ?” Maka kita semua akan berkata apa melihat kelakuan sebagian umat kita seperti ini tanpa ada rasa takut kepada Allah I sedikitpun ? Kemanakah orang-orang beriman yang mengaku tunduk kepada Allah I dan senantiasa menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar ? Sadarlah wahai umat Islam dari segala musibah dan bencana yang menimpa kita selama ini bahwa ia adalah teguran Allah I akibat kelalaian dan keteledoran kita, bangkitlah dan katakan TIDAK kepada segala bentuk penentangan terhadap hukum-hukum syariat, nyata ataupun tersembunyi dengan mentakwil-takwilkannya.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Qudwah Shalihah atau panutan yang baik. Kita butuh kepada siapa yang bisa mewujudkan Islam hakiki dalam kehidupan sehari-harinya sebab tabiat setiap manusia memang adalah memanuti orang lain. Ia mewarisi dari Rasulullah e dan para shahabat beliau y sunnah yang suci dan menghidupkannya dalam perilaku lurus dan bersih, perbuatannya sesuai perkataannya, tegas dalam kebenaran dan sayang kepada pengusungnya.
Kaum muslimin yang berbahagia, setiap dari kita dapat menjadi panutan jika bisa menjaga perbuatan baik dan konsisten dalam menjalankan syariat Allah I sebagai bentuk ketundukan kepadaNya. Hal ini sebagaimana firman Allah I dalam Qs. al-Furqan (25): 74
“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Para mufassirin -di antaranya adalah Abdullah ibnu Abbas t- berkata: “imam” artinya pemimpin yang menjadi panutan dalam kebaikan.
Krisis panutan saat ini begitu terasa bagi kita kaum muslimin, walau di antara kita tidak sedikit yang punya ilmu tentang Islam atau yang begitu hebat berbicara tentang agama, namun yang menghidupkan Islam dalam kehidupannya dari semua yang ada tersebut masih sangat sedikit, bahkan terkadang justru para tokoh yang disebut “pakar” atau “cendekia” itulah yang membuat kebingungan di tengah umat akibat perkataan dan perbuatannya yang berbeda-beda atau bertentangan. Padahal seorang qudwah adalah dia yang bukan saja memberikan keteduhan kepada umat karena wejangan dan nasihatnya yang senantiasa membawa mashlahat tapi juga ketaatannya kepada Allah I begitu besar karena rasa takut yang terpatri di dalam dadanya. Di dalam Qs. Fathir (35): 28, Allah I berfirman:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”.
Salah seorang tabi’in yaitu Said ibnu Jubair rahimahullah berkata: “rasa takut adalah yang menghalangi seseorang dari maksiat kepada Allah I”.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yang demikian itu adalah karena siapa yang pengetahuannya tentang Allah I lebih sempurna maka rasa takutnya kepada Allah I juga semakin tinggi”.
Saatnya problema panutan ini diatasi dengan mendidik diri dan keturunan kita untuk tunduk dan patuh kepada ketetapan Allah I dengan berislam yang utuh dan mendalam. Semoga Allah I menambahkan hidayahNya buat kita semua.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Kepada kaum muslimah, jagalah diri dan jangan terperdaya oleh tipu muslihat kaum syahwati. Simaklah firman Allah I sebagaimana yang terdapat dalam Qs. an-Nisa’ (04): 27

“Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).”
Allah I mengajak anda ke syurga dengan jalan yang mudah yaitu dengan menerima sepenuh hati segala ketetapanNya dalam agama ini serta melaksanakan anjuran Rasulullah e dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad ibnu Hambal dari Abdurrahman ibnu Auf t

“Jika seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga harga diri dan kemuliaan, serta taat kepada suaminya maka akan dikatakan buatnya masuklah ke dalam syurga dari pintu mana saja yang engkau mau.”
Tidak sedikit gerakan-gerakan feminis saat ini yang mengatas namakan perjuangan buat kaum wanita namun tidak diridhoi Allah I akibat penentangan mereka terhadap prinsip agama dan moral kaum muslimin, sadarlah bahwa hanya Islamlah satu-satunya sistem hidup yang memuliakan kaum wanita, jika anda mencari selain Islam maka justru kehidupan anda hanya akan menjadi bahan komoditas yang laku ketika masih segar namun dicampakkan setelah renta dan layu.
Buat para pemimpin negeri ini kami serukan untuk menjadikan syariat Allah I sebagai pedoman dalam negara sebab tiada keberuntungan ataupun kebahagiaan kecuali dengannya. Dengannya anda mengundang keridhaan Allah I Pencipta dan Penguasa alam semesta serta dengannya pula anda dapat memberikan kesejahteraan kepada umat dan masyarakat yang anda pimpin. Kami sadar bahwa memimpin negeri ini memang sulit namun dengan bantuan Allah I lalu kebersamaan kaum muslimin semua amanah dan kewajiban dapat diatasi insya Allah. Syariat Allah I adalah adil dan tidak diskriminatif dapat berlaku bagi semua umat manusia yang sadar akan eksistensi dirinya sebagai makhluk, maka tidak usah takut dan khawatir akan adanya penindasan terhadap kaum minoritas, toh dalam sejarah pun hal tersebut tidak pernah terjadi.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ketahuilah bahwa hari ini adalah hari suci, maka mari bersihkan diri kita dari segala kesyirikan dan dosa serta harta kita dengan bersedekah, juga mengikuti anjuran Allah I dan Rasulullah e untuk berkurban dengan menyembelih hewan kurban (udhiyah).
Hewan yang disembelih itu adalah berupa domba yang genap berusia 6 bulan, atau kambing yang genap setahun, atau sapi yang genap 2 tahun dengan syarat hewan kurban tersebut tidak memiliki cacat dan penyakit yang bisa berpengaruh pada daging, kwantitas maupun kwalitas (rasanya) misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku dan mulut.
Seekor sapi boleh disembelih untuk tujuh orang, adapun kambing ia hanya boleh untuk satu orang saja, kecuali berserikat dalam pahala maka dibolehkan pada semuanya tanpa batas. Sebaiknya si pemiliklah yang menyembelih hewan kurbannya, namun boleh saja diwakilkan kepada penjagal dengan syarat ia adalah seorang muslim yang menjaga shalatnya, tahu hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit ataupun daging, meskipun ia juga bisa mendapat bagian dari hewan tersebut bila ia berhak.
Bacaan sebelum menyembelih adalah:

Lalu menyebut nama yang berkurban.
Hewan yang telah disembelih dapat dibagi tiga, sepertiga buat pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada fakir miskin, meskipun bila disedekahkan semua juga boleh. Waktu penyembelihan dimulai sejak usai shalat Idul Adha hingga tiga hari tasyriq setelahnya dan dimakruhkan menyembelih di malam hari. Nilai dari hewan kurban seseorang di sisi Allah bukanlah saja dari banyaknya daging dan darah yang dikucurkan namun lebih dari itu yang sampai kepada Allah I adalah ketaqwaan dan keikhlasannya, maka luruskanlah niat kita hanya mengharap balasan dariNya semata.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Akhirnya marilah bersama menundukkan hati dan jiwa kita kepada Allah Yang Maha Perkasa, menengadahkan tangan kita kepada Dia Yang Maha Melihat, meminta dan memohon belas kasih dariNya Yang Maha Mendengar dan Memberi,

Ya Allah, Tuhan kami, kembali di hari suci ini kami menghadapkan wajah kami kepadaMu memohon belas kasih dan ampunanMu, kami sadar akan kesalahan dan kelalaian kami, nikmat dan anugerah yang banyak dariMu belumlah kami balas dengan penghambaan yang semestinya kepadaMu, bahkan dosa dan kekeliruan tidak pernah luput dari keseharian kami, Ya Allah, Tuhan kami, namun kamipun sadar dengan segala keyakinan bahwa kasihMu tak bertepi, ampunanMu tak terbatas ampunkanlah dosa dan kesalahan kami, curahkanlah belas kasihMu kepada kami.
Ya Allah, kedua ayah ibu kami yang masih hidup ataupun yang telah kembali kepadaMu adalah orang yang pertama kali berjasa kepada kami, memperkenalkan kami kepadaMu, merawat, mendidik dan membimbing kami dengan penuh kesabaran, tak jarang airmata mereka tumpah karena ulah kami, kami mengingat NabiMu pernah bersabda bahwa siapa yang tak mampu berterima kasih kepada sesama manusia tak akan mampu bersyukur kepadaMu, Ya Allah tak ada yang mampu kami berikan kepada kedua orang tua kami kecuali seuntai doa kepadaMu untuk mengampunkan kekhilafan dan kesalahan mereka, melimpahkan kasih sayang dan rahmat kepada mereka, ampunkan mereka yang telah wafat, bimbing dan tunjuki mereka yang masih bersama kami dan jadikanlah kami orang yang mampu berbakti kepada mereka sesuai tuntunanMu, Engkaulah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Doa.
Ya Allah, di sini di hari ini kami bergembira, hati kami dipenuhi rasa suka dan cita, namun sepenggal hati kami ini pula diselimuti duka dan kesedihan bila mengingat ada sebagian saudara kami di sana tak mampu seperti kami merayakan hari ini, mereka terusir dari tanah tempat tinggal mereka, terkekang oleh tirani jahat yang tak pernah rela akan agamaMu, terintimidasi oleh kekuatan zhalim yang gemar keangkuhan dan kepongahan. Ya Allah, masukkan rasa gembira ke dalam hati saudara-saudara kami sebagaimana yang Engkau berikan kepada kami walaupun hanya setetes, sampaikan kepada mereka bahwa sukacita kami hari ini dikabungi duka nestapa mereka, Ya Allah hanya kepadaMu kami adukan besarnya kezhaliman musuh-musuhMu atas saudara-saudara kami, balaslah mereka dengan balasan setimpal, hancurkan kekuatan mereka, timpakan atas mereka apa yang telah mereka timpakan atas kami, Ya Allah Engkaulah satu – satunya Penolong dan Pelindung kami.
Ya Allah, di hari ini kami bertekad untuk tunduk dan patuh hanya kepadaMu, menekuni agamaMu dan mewarnai hidup kami dengannya, Ya Allah selamatkanlah kami semua dari segala kejahatan dan kecelakaan, janganlah Engkau timpakan atas kami musibah dari perbuatan orang-orang zhalim di antara kami, dan anugerahkanlah buat kami panutan yang baik dari kalangan kami sendiri, Ya Allah kamilah hambaMu yang sangat butuh akan belas dariMu.
Ya Allah kabulkanlah doa kami, penuhi permintaan kami ini, kamilah hambaMu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha Melihat, Engkaulah Penguasa Satu-satunya Yang Haq, Engkaulah Sebaik-baik harapan.

MASUKNYA ISLAM DI PULAU JAWA

oleh : Drs. H.M. Ali Ghufron Risyam


Seperti kita ketahui bahwa pada tahun ( 674 - 675 M.) ada utusan penyelidik khalifah Bani Umayah da tang ke Pulau Jawa. Utusan ini kembali ke semenanjung Arabia menyampaikan hasil pengamatannya. Mereka menyampaikan kepada Khalifah bahwa penduduk Jawa sangat kuat beragama Hindu yang tercermin pada budaya dan adat istiadatnya. Daerahnya sangat jauh untuk didatangi, apabila dengan pasukan tentara. Akhir nya rencana Muawiyah untuk menaklukkan daerah Nusantara tidak terdengar lagi. Kemudian dakwah Islam mulai semarak di Pulau Jawa setelah kedatangan para mubaligh dari Samudra Pasai. Rombongan dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim. Menjejakkan kakinya di Gresik Jawa Timur. Bahkan beliau wafat dimakamkan di Gresik pada tahun 1419 M. Dari pantai Gresik inilah Islam menyebar ke Demak, Cirebon dan Banten bahkan ke dae rah pedalaman. Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dikenal dengan sebutan "WALI SANGA." Mereka merupakan ulama besar mujahid dakwah. Hidup pada tempat dan kurun waktu yang berbeda.
PARA WALIYULLOH, antara lain :

1. MAULANA MALIK IBRAHIM atau MAULANA MAGHRIBI ( Gresik ). 12 R.Awwal 882 H/ 9 April.1419 M.
2. RADEN RAHMAD (SUNAN AMPEL) (Wafat th.? Ampeldento,Surabaya).
3. RADEN PAKU/ MAULANA AINUL YAKIN (SUNAN GIRI - Gresik)
4. MAHDUM IBRAHIM (SUNAN BONANG) (1465 M - 1525 M - Tuban)
5. RADEN MUHAMMAD SAID/ JAKA SAID (SUNAN KALIJAGA, Ngadilangu Demak)
6. RADEN SYARIFUDDIN/ MASIH SUNAT (SUNAN DRAJAT, Paciran, Lamongan).
7. SYEKH JAKFAR SHADIQ/ R.AMIR HAJI (SUNAN KUDUS, Kudus)
8. RADEN UMAR SAID / R. PRAWOTO (SUNAN MURIA - Kudus)
9. RADEN FATAHILLAH / R. ABDUL QADIR (SUNAN GUNUNGJATI, Cirebon ) (Wafat th 1572 M).

PONDOK PESANTREN

A. SEJARAH PONDOK PESANTREN
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pusat penyiaran agama islam tertua dan asli di Indonesia. Lembaga ini lahir dan berkembang semenjak masa-masa permulaan kedatangan agam Islam di Indonesia. Di Pulau Jawa lembaga ini berdiri untuk pertama kalinya di zaman Wali songo. Syeh Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai pendiri pondok pesantren pertama di tanah Jawa.
Pada permulaan berdirinya, bentuk pondok pesantren sangatlah sederhana. Kegiatannya hanya diselenggarakan di dalam masjid dengan beberapa orang santri (murid). Seperti pondok pesantren yang didirikan Sunan Ampel atau Raden Rahmatullah di daerah Kembang Kuning, Surabaya, yang pada pertama kali didirikan hanya memiliki tiga orang santri. Tetapi dengan adanya tiga orang santri ini, misi Sunan Ampel menyiarkan agama Islam ke seluruh Jawa Timur mencapai sukses. Setelah pusat pesantrennya dipindahkan ke Ampel Denta, makin lama makin berpengaruh dan menjadi terkenal di seluruh Jawa Timur. Bahkan para santri yang pernah mondok di Ampel setelah kembali ke daerahnya mendirikan pondok pesantren baru. Menurut catatan sejarah Wali Songo, dalam Pesantren Ampel ini mula-mula Raden Paku, yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Giri, mondol untuk belajar agama Islam dalam usia relatif masih muda.
Setelah cukup banyak pengalaman dan mendalami agama Islam pada beberapa Ulama’, Raden Pakumendirikan sebu ah pondok pesantren baru di Desa Sidomukti Kebomas, Gresik. Pondok pesantren ini dikenal dengan nama “Giri Kedaton”. Pertumbuhan pondok pesantren Giri Kedaton ini sangat pesat. Banyak para santri berdatangan dari berbagai daerah daerah hendak menuntut ilmu. Di antara mereka ada yang berasal dari Jawa, Madura, dan dari pulau-pulau Indonesia bagian Timur, seperti : Lombok, Sumbawa, Bima, Makasar, Ternate, dan lain-lain.
Para alumni pondok pesantren Giri Kedaton, setelah kembali ke daerahnya masing-masing menjadi muballigh-muballigh yang tangguh dalam berdakwah. Disamping itu banyak di antara mereka mendirikan pondok pesantren dan pusat-pusat pengajian yang baru.
Dalam periode-periode selanjutnya seperti halnya di masa Wali Songo, proses berdirinya pondok pesantren tidak terlepas dari kehadiran seorang ulama’ yang bercita-cita untuk menyebarkan agama Islam. Ulama’ tersebut biasanya sudah pernah bermukim/ tinggal beberapa tahun untuk mengaji dan mendalami pengetahuan agama Islam baik di pondok pesantren baru pondok pesantren di Indonesia maupun di Makkah dan Madinah. Setelah kembali ke tempat kelahirannya, dia mendirikan sebuah surau untuk dipergunakan shalat berjamaah.
Mula-mula jamaahnya terdiri atas beberapa orang. Pada setiap menjelang atau selesai sholat, sang ulama mengadakan pengajian sekedarnya. Isi pengajian itu biasanya berkisar pada soal rukun iman, rukun islam, dan akhlak. Berkat caranya yang menarik dan keikhlasanya serta prilakunya yang sesuai dengan isi pengajianya, lama kelamaan jamaahnya bertambah banyak. Bukan saja orang-orang dalam desanya yang datang, tetapi juga orang-orang dari desa lain dari sekitarnya. Sebagaian di antara mereka yang ikut mengaji itu ingin sekali menitipkan anak-anaknya kepada sang ulama. Demikianlah anak-anak itu datang mengaji di pondok pesantren atas kehendak orang tua mereka dengan harapan akan menjadi orang yang shalih, memperoleh ilmu yang manfaat dan ridlo Allah SWT.
Untuk menampung anak didiknya, timbulah ide sang ulama untuk mendirikan tempat belajar atau pemondokan. Lalu sang ulama mengumpulkan orang tua santri dan mengemukakan idenya. Mendengar ide sang ulama serempak pihak orang tua mendukungnya. Maka didirikanlah tempat belajar dan pemondokan para santri itu secara begotong-royong. Dengan merasa tanpa dipaksa, masyarakat sekitarnya mengambil bagian untuk ikut berpartisipasi dalam mendirikan pondok pesantren. Hal ini disebabkan karena kelebihan atau keshalihan sang ulama. Bahkan lantaran kharisma dan pengaruhnya yang besar dalam masyarakat, tidak sedikit ulama dianggap sebagai cikal bakal berdirinya suatu desa.
Sebagai lembaga pendidikan Islam, setiap pesantren setidaknya memiliki lima elemen dasar, yaitu :
1. Masjid/ musholla, kiai/ ulama, pondok/ asrama,
2. santri dan pengajaran kitab-kitab klasik (Kitab Kuning).
3. Tujuan utama berdirinya pesantren tidak terlepas dari cita-cita dakwah islamiah di Indonesia,
4. sekaligus merupakan tempat untuk membina kader-kader ulama pengabdi kepada Allah SWT yang bertafaqquh fiddin, dan menjadi ulamaul amilin.
5. Dengan demikian pondok pesantren merupakan benteng pertahanan yang dapat menjamin berlangsungnya syiar dan dakwah islamiyah di Indonesia.

Tidak ada komentar: