Daftar Blog Saya

Senin, 31 Oktober 2011


SYARAT, RUKUN, SUNNAH DAN MAKRUH KHUTHBAH

Pendahuluan
Menginat pentingnya khuthbah, maka seorang khotib hendaknya benar-benar mengetahui dan memenuhi syarat rukun serta sunnah-sunnah berkhuthbah dapat disajikan secara optimal dan sistematis, sehingga mencapai tujuan khuthbah. Karena khuthbah adalah pidato resmi keagamaan (orasi religius) yang mengandung mau’idhoh hasanah (nasihat yang baik) dan uswatun hasanah (keteladanant yang baik) baik penampilan dan perkataan dalam khuthbah, ada kaitannya dengan ibadah yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat, maka diikat oleh beberapa syarat dan rukun.

SYARAT KHUTHBAH

A. SYARAT DAN RUKUN KHUTHBAH
1. Orang yang khuthbah harus betul-betul siap, suci dari hadats besar dan kecil
2. Orang yang khuthbah harus suci dari najis, baik badan, pakaian maupun tempatnya
3. Orang yang khuthbah harus menutup aurat nya
4. Orang yang khuthbah harus berdiri bila mampu untuk berdiri
5. Khuthbah dilaksanakan dalam waktu dhuhur ( Jumat), saat matahari terbit sampai menjelang dhuhur (Idain; Idul Fitri dan Idul Adha)
6. Khuthbah disampaikan dengan suara keras sekira dapat didengar oleh empat puluh orang yang hadir
7. Orang yang berkhuthbah harus duduk sebentar di antara dua khuthbah dengan thuma’ninah (tenang seluruh anggota badannya)
8. Khuthbah disampaikan secara berturut-turut/ cepat-cepat, demikian pula antara khuthbah dan shalat jumat
9. Rukun-rukun khuthbah disampaikan dengan bahasa Arab, sedang lainnya boleh dengan bahasa lain
10. Yang berkhuthbah harus orang laki-laki


RUKUN KHUTHBAH

1. Membaca Hamdalah
2. Membaca Syahadatain
3. Membaca Shalawat Kepada Nabi (Allohumma Sholli 'laa sayyidina Muhammad )
4. Pesan Taqwalloh
5. Menbaca Ayat suci Al Quran
6. Duduk diantar 2 Khutbah
7. Doa Muslimin Muslimat
8. Tertib dan Khusyuk

SUNNAH-SUNNAH KHUTHBAH

1. Orang yang khuthbah menyampaikannya di atas mimbar atau tempat yang tinggi, Sabda Rasul :
2. Mengucapkan salam setelah berdiri sebelum berkhuthbah
3. Orang yang khuthbah hendaknya duduk ketika adzan sedang dikumandangkan
4. Orang yang khuthbah hendaknya memegang tongkat
5. Khuthbah disampaikan dengan suara yang baik dan jelas sehingga mudah difahami dan diambil manfaatnya oleh mustami’in/ jama’ah
6. Khuthbah tidak terlalu panjang, Sholatnya yang lebih panjang
7. Membaca surat Al-Ikhlas sewaktu duduk di antara dua khuthbah
8. Khotib hendaklah senantiasa menghadap orang banyak, jangan berputar-putar
9. Khotib hendaklah mengakhiri khuthbahnya dengan permohonan ampunan kepada Allah Swt.
10. Khuthbah itu lebih pendek dari pada shalatnya.

MAKRUH-MAKRUHNYA KHUTHBAH
1. Khotib menengok kekanan dan kekiri
2. Khotib mengacung-ngacungkan tangan
3. Khotib menghentakkan kaki atau tangan, tongkat ketempat khuthbah
4. Khuthbah terlalu cepat, sehingga sulit diikuti

KHUTBAH IDUL ADHA

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kaum Muslimin yang dimulyakan Allah !

Pada kesempatan yang sangat baik ini, Saya berwasiat untuk diri pribadi dan Kaum Muslimin yang dimulyakan Allah
Marilah kita selalu meningkatkan Taqwallah dengan sebenarnya, yakni : Dengan cara menjalankan perintah-perintah Allah dan menjahui larangan-Nya, Janganlah sekali-kali meninggalkan dunia fana ini kecuali tetap berpegang teguh dengan Taqwallah !

Gemuruh Takbir, tahlil dan tahmid telah berkumandang sepanjang malam samapi pagi hari ini yang menggugah dan menmbangkitkan hati dan kesadaran kaum muslimin terhadap nikmat-nikmat Allah terutama nikmat Iman dan Islam marilah kita pelihara kita rawat hingga akhir hayat. Selain itu betapa banyak nikmat yang telah kita terima yang siapapun tak akan sanggup untuk menghitungnya dan tiada terbilang. Untuk itu dengan penuh kesadaran dan Tawaddzuk guna memanjatkan puja puji syukur kehadlirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW. yang telah mewariskan agama yang diridhoi Allah Swt. yakni agama Islam yang Hanif, dengan sunnah Rasulullah SAW. kita jalani ibadah, jangan sampai kita Inkarussunnah dengan cara ibadah menurut nafsu akal (Ijtihad sendiri) , mengaku Nabi, mengaku Malaikat Jibril, Imam Mahdi, kita ini umat Rasulillah yang selalu mengharapkan syafaat, dan pengikut madzhab dari segi cara ibadah yaitu dari madzahibul arba’ah (Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki dan Imam Syafi’i), dengan kata lain kita Taqlid (mengikuti) dengan selalu mempelajari dan mengamalkan yang sudah ada, termasuk Ibadah Qurban di saat setelah melaksanakan shalai Idul Adha nanti.

Kaum Muslimin yang dimulyakan Allah !

Pada saat ini, seluruh umat Islam penjuru dunia berkumpul untuk memenuhi panggilan Allah Swt. terlebih lagi saudara kita yang ditaqdirkan untuk melaksanakan rukun Islam ke lima yang diwajibkan sekali seumur hidup bagi mereka yang mampu melaksanakan ibadah yang merupakan rukun Islam yang ke lima tersebut. Dan bagi mereka yang belum dapat melaksanakan ibadah hajji, hendaklah terus berusaha dan berdoa serta bertawakkal kepada Allah Swt.. Sebab kita kita semua yakin bahwa apabila Allah menghendaki sesuatu, maka tak seorangpun dapat menghalangi-Nya, termasuk bab haji tersebut. Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Dan kita berharap akan mendapat balasan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang saat ini menunaikan ibadah hajji dan mendapatkan hajji yang mabrur. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.


Artinya:” Haji yang mabrur tiada balasan yang pantas bagi bagi yang menjalankannya kecuali surga “ (Al Hadits)

Harta, kesehatan, ilmu, pangkat, dan jabatan, anak istri yang kita miliki saat ini semata-mata anugrah dan amanah sekaligus ujian dari Allah kepada kita, dengan nikmat itu kita mau bmensyukuri nikmat dengan anugrah itu atau malah sebaliknya ? malah mengingkarinya.

Misalnya mensyukuri harta atau kekayaan , jika di antara kita, ada yang telah mampu untuk melaksanakan ibadah qurban, namun belum pernah menunaikannya, maka alangkah afdhol segera melaksanakan, sebab Rasulullah Saw. memberikan peringatan dalam sebuah hadits :

Artinya :” Barang siapa mempunyai keleluasaan untuk melaksakan ibadah qurban tapi tidak melaksanakannya, maka janganlah mendekati tempat ibadah kami”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Melaksanakan ibadah qurban dengan memenuhi syarat sebagaimana yang ada dalam Al Quran. Sebab sesungguhnya hewan qurban tersebut tidak akan mencapai keridhaan Allah. Namun rasa taqwa kitalah yang akan mencapainya. Sebagaimana Allah telah berfirman :



Artinya :” Daging-daging onta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan kalinlah yang dapat mencapainya”. (QS.Al Hajj: 37)


Pertama :
1. Ibadah Haji, yang dilaksanakan di negeri Arab Saudi di kota Makkah oleh umat Islam yang berkemampuan ke sana. Mampu disini dalam pengertian
a. Mampu fisik dan mental
b. Mampu pembiayaan, Ongkos Naik Haji/ Biaya Perjalanan Ibadah Haji (ONH/ BPIH), biaya di rumah selama ditinggal ibadah haji.
c. Mampu pengetahuan, terutama tentang agama, khususnya manasik haji

Kedua :
1. Ibadah shalat Idul Adha, yang dilaksanakan di negeri masing-masing yang ada umat Islamnya, Yang pada malam hari Idul Adha Bertakbir, tahhlil dan Tahmid sampai akhir hari Tasyrik.
Ketiga :
2. Dilanjutkan menyembelih binatang kurban untuk dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

Ketiga macam ibadah tersebut adalah ibadah yang kita warisi teladannya dari Abul Millah (Bapak Syariat/ ajaran) Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam yang dilanjutkan oleh Nabi kita Muhammad SAW. hingga hari qiyamat kelak.
Pengertian Kurban ; Kurban berasal dari kata Quruba artinya dekat, qurban diartikan segala yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., baik berupa binatang sembelihan atau yang lain.
Sedangkan Udhhiyyah atau Dhahiyah atau Adh-ha adalah Udhahi, diartikan binatang yang disembelih pada suatu hari yang disebut hari Adh-ha ( Idul Adhha) dan hari-hari Tasyriq yang disebut dhahiyah.
Umur minimal bagi binatang qurban adalah sebagi berikut :
3. Kambing biasa berumur dua tahun lebih
4. Kambing domba, berumur satu tahun lebih atau sudah berganti gigi (poel= Jw.)
5. Sapi atau kerbau, berumur dua tahun keatas.
6. Onta, berumur lima tahun keatas
Seekor kambing hanya untuk satu orang, Sapi, kerbau dan onta dapat untuk qorban sebanyak tujuh orang.

Maka ; Ibadah kurban ini, keutamaannya, antara lain ;

7. Sebelum darah binatang kurban menetes sampai ke bumi, Allah telah menerima pahala orang yang berkurban tersebut kepadanya. Alangkah besarnya keutamaan ibadah ini.
8. Kebajikan yang akan diperoleh (berdasarkan Hadits Nabi), Setiap satu helai rambut atau bulu setiap satu ekor kambing atau sapi atau onta, kita tak akan sanggup menghitungnya.
9. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi dari sahabat Abdullah Ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda yang maksudnya kurang lebih adalah sebagai berikut : “ Tidaklah ada perbuatan anak Adam yang dilakukan pada hari kurban, yaitu tanggal 10 Dzulhujjah yang lebih disukai Allah selain daripada mengalirkan darah kurban. Sebab, binatang-binatang kurban itu kelak di hari kiamat akan didatangkan secara utuh oleh Allah beserta dengan tanduknya, kukunya dan bulunya. Dan sebelum darah kurban menetes di bumi, pahala kurban itu telah diberikan oleh Allah. Maka laksanakanlah kurban untuk membersihkan jiwa kalian. “
10. Pada hadits yang lain diriwayatkan oleh beliau berdua yakni Ibnu Majah dan Tirmidzi, Rasulullah pernah menjelaskan: “ Para shahabat bertanya, Apakah kurban-kurban ini ?, Beliau menjawab, Ini adalah sunnah Bapak kalian Ibrahim, Lantas mereka bertanya lagi; Kita dapat apa dari kurban-kurban itu ?, Jawab beliau; Dengan setiap rambut kita dapat satu kebajikan, Lalu mereka bertanya lagi; Kalau bulunya ?, Beliau kembali menjawab; Dengan setiap bulupun kita dapat satu kebajikan”.
11. Hadits yang diriwatkan oleh Thabrani, Rasulullah bersabda : “ Barang siapa berqurban dengan tulus hati dan melakukan kurbannya itu karena Allah, maka yang demikian itu adalah menjadi dinding peng halang baginya dari neraka”.

A. Di dalam ibadah qurban ini, terdapat beberapa hikmah yang dapat kita jadikan pelajaran. Di antaranya adalah :
1. Sifat-sifat kebinatangan yang sering merendahkan martabat manusia, hendaknya tidak kita perturutkan, karena binatang hanya diberi nafsu dan insting tanpa diberi akal. Manusia sebagi makhluk yang yang telah dimulyakan oleh Allah dengan kelebihan-kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain, hendaknya dapat mempertahankan martabatnya sebagi khalifatullah di bumi.


Manusia, Sebagai hamba Alloh SWT. Yang diciptakan paling mulia dan sebagus-bagus kejadian bentuk atau anatomi dan struktur ruhaniyahnya, juga telah dibekali beberapa potensi, oleh Alloh SWT., antara lain ;
1. Hidayatul Iman/ diniyyah
2. Hidayatul Qolbiyah/ fitriyah,
3. Hidayatul Akal/'Aqliyah,
4. Hidayatul Khawas (panca indra).

Selaku hamba Allah yang telah diberi beberapa karunia atau anugrah tersebut maka tinggal merawat, mengembangkan potensi untuk mendukung Amanah Alloh SWT. Sejak Zaman Azali telah dibebankan kepada Manusia. Sebagaimana firman Alloh SWT. QS. Al Ahzab : 72
"Bahwasanya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, gunung-gunung,tetapi semuanya enggan untuk memikul amanah yang mulia tersebut dan mereka khawatir mengkhi anatinya, dan di pikullah/ diembanlah amanat itu oleh manusia ( sebagai Abid dan Khalifah). Bahwasanya manusia itu sangat dholim dan bodoh (kurang mengerti tujuan dan manfaat)." ( Q. S. Al Ahzab : 72 )
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia merupakan salah satu bagian kecil dari alam se mesta. Namun oleh Alloh manusia diberi dua tugas yang sangat mulia namun sangat berat. Apakah Amanah Alloh yang pernah ditawarkan kepada makhluk-makhluk besar langit, bumi, gunung-gunung ? Amanah Alloh yang dimaksud ialah Agama Islam. yang mencakup seluruh aspek kehidupan , dan jika dijabarkan terbagi atas 2 Habl (alat komunikasi) yang sangat besar peranannya dalam hidup dan kehi dupan umat manusia, yaitu :
a. Hablum minalloh ( hubungan manusia dengan Alloh SWT.)
Dalam hal ini peranan ideal yang harus dicapai adalah penyerahan diri manusia secara utuh hanya kepada Alloh SWT.
" Katakanlah, bahwasanya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya kuserahkan untuk Alloh Tuhan yang menguasai alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya, dan untuk itulah aku diberi amanah perintah untuk menjadi muslim".( Q. S. Al An'am 162-163 ).
b. Hablum minannas ( hubungan manusia dengan manusia )
Dalam hal ini harus berbuat baik kepada sesama manusia; Orang tua, saudara, tetangga dekat maupun jauh, bahkan kepada sesama manusia pada umumnya.
1. Ukhuwwah Ahliyyah 3. Ukhuwwah Wathoniyyah
2. Ukhuwwah Islamiyyah 4. Ukhuwwah Basyariyyah
Kesanggupan manusia ini melahirkan konsekwensi yang cukup berat yakni ia harus memper tanggung jawabkan segala amal dan perbuatannya kelak dihari Pengadilan di hadapan Alloh SWT.

Kedua tugas berat tersebut adalah :
1. Manusia diciptakan sebagai Abid
Yaitu hamba Alloh yang harus mempersembahkan seluruh hidupnya untuk beribadah atau meng hamba kepada Alloh SWT. Berdasarkan firman –Nya : " Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melain kan hanya untuk beribadah kepada-Ku." ( Q. S. Adz-Dzariyat: 56 ).
Berdasarkan ayat ini, kedudukan manusia sebagai abid berkaitan dengan pola perilaku yang dida lamnya terkandung hak dan kewajibannya di hadapan Alloh SWT.
2. Manusia ditugasi sebagai Khalifah fi al-ardhi
Sebagai pemimpin di muka bumi demi kemak muran dan kelestarian bumi. Tugas yang kedua dite gaskan dalam Al-quran S. Al-An'am ayat 165 " Dia telah menjadikan kamu seba gai kholifah di bumi, dan Dia telah mengangkat derajat sebagian di an tara kamu di atas sebagian yang lain".
Dan Q. S. Yunus : 16 :" Kemudian sesudah itu ( yakni kemusnahan orang-orang yang dibi nasakan Alloh karena keingkaran mereka pada agama yang benar). Kami (Alloh) menjadi kan kamu semua sebagai para khalifah (pengganti) di bumi, agar supaya Kami dapat me ngetahui bagaimana kamu semua berbuat (yakni menjadi baiklah bumi ini atau kah makin rusak binasa) " Q. S. Yunus : 16
Dalam salah satu Tafsir Ruh al-ma'ani karya Syeikh al-Alusi dijabarkan bahwa tugas seo rang khalifah adalah, memakmurkan, mendiami dan memelihara serta mengembangkan segenap potensi sumber daya bumi demi kemaslahatan mereka sendiri. Adanya kerusak an bumi karena kelalaian manusia tentunya merupakan bentuk "pengkhianatan" terhadap amanah yang telah dibe rikan Alloh SWT. Pelaksanaan tugas dan peran kholifah ini dilaku kan oleh setiap manusia sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sangat bergan tung pada peran (profesi) dan kapasitas masing-masing.
Dua tugas manusia berimplikasi (berpengaruh) pada pola kehidupan manusia. Di satu sisi ia harus melaksanakan peran sebagai abid di sisi lain sebagai khalifah , dan bagaimana menyeimbangkan peran kedua peran ini dengan sebaik-baiknya.
Pelaksanaan tugas dan peran kholifah ini dilakukan oleh setiap manusia sesuai dengan kemampu an yang mereka miliki sangat bergantung pada peran (profesi) dan kapasitas masing-masing.
Dua tugas manusia berimplikasi ( berpengaruh ) pada pola kehidupan manusia. Di satu sisi ia harus melaksanakan peran sebagai abid di sisi lain sebagai khalifah , dan bagaimana menyeimbangkan peran kedua peran ini dengan sebaik-baiknya.
Kembali ke permasalahan semula, bahwa kewajiban utama kepada Alloh SWT. adalah ibadah.
Konsekwensinya, setiap gerakan kita semampu mungkin harus bernilai ibadah, termasuk pekerjaan kita yang sehari-hari kita tekuni telah banyak menghabiskan waktu kita, agar mempunyai nilai ibadah. Maka merujuk dari dalam al-ibadah Fii al-Islam karya Dr. Yusuf al-Qardhawi, menerang kan bahwa semua pekerjaan, baik sebagai petani, pedagang,, buruh di pabrik, pegawai kantor, gu ru atau profesi serta keahlian apapun bisa bernilai ibadah bila memenuhi syarat-syarat berikut ini :
Pertama, Pekerjaan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam, yang bertentangan misalnya ; berjudi, pekerjaan yang mengandung riba, tidak bernilai ibadah.
Kedua, Pekerjaan tersebut diikuti dengan niat yang benar, sebagaimana hadits Rasululloh SAW. : "Sesungghnya perbuatan manusia itu tergantung dari niatnya dan setiap orang akan memperoleh apa yang ia niatkan”. ( HR. Bukhori dan Muslim)
Kedua, Pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan profesional. Dengan sungguh-sung guh, teliti, cermat dengan menghasilkan yang bermutu. Seseorang tidak boleh bekerja ha nya sekedar meng gugurkan tugas atau karena upah semata. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW. : “ Sesungguhnya Alloh menyukai jika seseorang di antara kamu be kerja, maka ia menyempurnakan pekerjaannya”. (HR. Baihaqi)
Keempat, Pekerjaan itu tidak mengandung unsur-unsur kedholiman. Maksudnya pekerjaan baik, yang tidak mengandung penipuan, kecurangan, dan perbuatan lain yang menimbul kan kerugian bagi orang lain.
Kelima, Profesi tersebut tidak boleh melalaikan kita untuk ingat atau berdzikir kepada Alloh SWT. Kita sering menyaksikan orang-orang sibuk dengan pekerjaan melupakan kewajiban sebai Abid Alloh untuk sholat tetkala waktu telah tiba. Dalam Q.S. Al Munafiqin Alloh mengi ngatkan : “ Hai orang-orang yang beriman jagalah harta-hartamu dan anak-anak kamu yang melalaikan kamu dari mengingat Alloh, barang siapa yang melakukan itu maka ia termasuk orang-orang yang merugi”.
Alloh sangat memuji orang-orang yang perdagangan dan perniagaannya tidak melalaikan nya dari sholat dan menunaikan zakat, shodaqoh, punya kepedulian sosial dan sebagainya.
Jika kita bisa melaksanakan konsep di atas akan bernilai ibadah, apa lagi lebih dari itu, maka sesu ai dengan tugas Manusia ditugasi sebagai Khalifah fi al-ardhi.
Bagi generasi yang akan melanjutkan estafet para pendahulu maka amat perlu mengembangkan dan mengaktualisasikan modal dasar Amanah Alloh ; Hidayatul Iman, Hidayatul Qolbiyah/ fitriyah, Hidayatul 'Aqliyah, Hidayatul Khawas (panca indra, agar memperoleh kelayakan, kebahagiaan dan keberkahan hidup .

idul adha 1432 H.

KHUTBAH IDUL ADHA 1426 H. oleh Drs. HM. Ali Ghufron
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kaum Muslimin yang dimulyakan Allah !

Pada kesempatan yang sangat baik ini, Saya berwasiat untuk diri pribadi dan Kaum Muslimin yang dimulyakan Allah
Marilah kita selalu meningkatkan Taqwallah dengan sebenarnya, yakni : Dengan cara menjalankan perintah-perintah Allah dan menjahui larang an-Nya, Janganlah sekali-kali meninggalkan dunia fana ini kecuali tetap berpegang teguh dengan Taqwallah !
HAL. 1
Gemuruh Takbir, tahlil dan tahmid telah berkumandang sepanjang malam sampai pagi hari ini yang menggugah dan membangkitkan hati dan kesadaran kaum muslimin terhadap nikmat-nikmat Allah terutama nikmat Iman dan Islam marilah kita pelihara kita rawat hingga akhir hayat. Selain itu betapa banyak nikmat yang telah kita terima yang siapapun tak akan sanggup untuk menghitungnya dan tiada terbilang. Untuk itu dengan penuh kesadaran dan Tawaddzuk guna memanjat kan puja puji syukur kehadlirat Allah Swt. Shalawat dan sa lam semoga tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad Saw. yang telah mewariskan agama yang diridhoi Allah Swt. yakni agama Islam yang Hanif, de ngan sunnah Rasulullah Saw. kita jalani ibadah, jangan sampai kita Inkarussunnah dengan cara ibadah menurut nafsu akal (Ijtihad sendiri), me ngaku Nabi, mengaku Malaikat Jibril, Imam Mahdi, kita ini umat Rasulillah yang selalu mengharapkan syafaat, dan pe ngikut madzhab dari segi cara ibadah yaitu dari madzahibul arba’ah (Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki dan Imam Syafi’i), dengan kata lain kita Taqlid (mengikuti) dengan selalu mempelajari dan mengamal kan yang sudah ada, termasuk Ibadah Qurban di saat setelah melaksanakan shalat Idul Adha nanti.


Kaum Muslimin yang dimulyakan Allah !
HAL. 2

Pada saat ini, seluruh umat Islam penjuru dunia berkumpul untuk memenuhi panggilan Allah Swt. terlebih lagi saudara kita yang ditaqdirkan untuk melaksanakan rukun Islam ke lima yang diwajibkan sekali seumur hidup bagi mereka yang mampu melaksanakan ibadah yang merupakan rukun Islam yang ke lima tersebut. Dan bagi mereka yang belum dapat melaksanakan ibadah hajji, hendaklah terus berusaha dan berdoa serta bertawakkal kepada Allah Swt.. Sebab kita kita semua yakin bahwa apabila Allah menghendaki sesuatu, maka tak seorangpun dapat menghalangi-Nya, termasuk bab haji tersebut. Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Dan kita berharap akan mendapat balasan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang saat ini menunaikan ibadah hajji dan mendapatkan hajji yang mabrur. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.

Artinya:” Haji yang mabrur tiada balasan yang pantas bagi bagi yang menjalankannya kecuali surga “ (Al Hadits)

Harta, kesehatan, ilmu, pangkat, dan jabatan, anak istri yang kita miliki saat ini semata-mata anugrah dan amanah sekaligus ujian dari Allah kepada kita, dengan nikmat itu kita mau bmensyukuri nikmat dengan anugrah itu atau malah sebaliknya ? malah mengingkarinya.

HAL. 3

Misalnya mensyukuri harta atau kekayaan , jika di antara kita, ada yang telah mampu untuk melaksanakan ibadah qurban, namun belum pernah menunaikannya, maka alang kah afdhol segera melaksanakan, sebab Rasulullah Saw. memberikan peringatan dalam sebuah hadits :

Artinya :” Barang siapa mempunyai keleluasaan untuk melaksakan ibadah qurban tapi tidak melaksanakannya, maka janganlah mendekati tempat ibadah kami”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Melaksanakan ibadah qurban dengan memenuhi syarat sebagaimana yang ada dalam Al Quran. Sebab sesung guhnya hewan qurban tersebut tidak akan mencapai keridhaan Allah. Namun rasa taqwa kitalah yang akan mencapainya. Sebagaimana Allah telah berfirman :

Artinya :”Daging-daging onta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan kalinlah yang dapat mencapainya”. (QS.Al Hajj: 37)

Pertama :
1. Ibadah Haji, yang dilaksanakan di negeri Arab Saudi di kota Makkah oleh umat Islam yang berkemampuan ke sana. Mampu disini dalam pengertian

HAL. 4
a. Mampu fisik dan mental
b. Mampu pembiayaan(Uang jelas halalnya), Ongkos Naik Haji/ Biaya Perjalanan Ibadah Haji (ONH/ BPIH), biaya di rumah selama ditinggal ibadah haji.
c. Mampu pengetahuan, terutama tentang agama, khususnya manasik haji
Kedua :
1. Ibadah shalat Idul Adha, yang dilaksanakan di negeri masing-masing yang ada umat Islamnya, Yang pada malam hari Idul Adha Bertakbir, tahhlil dan Tahmid sampai akhir hari Tasyrik. (11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
Ketiga :
2. Dilanjutkan menyembelih binatang kurban untuk dibagikan kepada yang berhak menerimanya.
Ketiga macam ibadah tersebut adalah ibadah yang kita warisi teladannya dari Abul Millah (Bapak Syariat/ ajaran) Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam yang dilanjutkan oleh Nabi kita Muhammad SAW. hingga hari qiyamat kelak.
Pengertian Kurban ; Kurban berasal dari kata Quruba artinya dekat, qurban diartikan segala yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., baik berupa binatang sembelihan atau yang lain.
Sedangkan Udhhiyyah atau Dhahiyah atau Adh-ha adalah Udhahi, diartikan binatang yang disembelih pada suatu hari

HAL. 5
yang disebut hari Adh-ha ( Idul Adhha) dan hari-hari Tasyriq yang disebut dhahiyah.
Umur minimal bagi binatang qurban adalah sebagi berikut:
1. Kambing biasa berumur dua tahun lebih dan SEHAT !
2. Kambing domba, berumur satu tahun lebih atau sudah berganti gigi (poel= Jw.)
3. Sapi atau kerbau, berumur dua tahun keatas.
4. Onta, berumur lima tahun keatas, tidak cacat.
Seekor kambing hanya untuk satu orang, Sapi, kerbau dan onta dapat untuk qorban sebanyak tujuh orang.
Maka ; Ibadah kurban ini, keutamaannya, antara lain ;
1. Sebelum darah binatang kurban menetes sampai ke bumi, Allah telah menerima pahala orang yang berkurban tersebut kepadanya. Alangkah besarnya keutamaan ibadah ini.
2. Kebajikan yang akan diperoleh (berdasarkan Hadits Nabi), “Setiap satu helai rambut atau bulu setiap satu ekor kambing atau sapi atau onta, kita tak akan sanggup menghitungnya”.
3. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi dari sahabat Abdullah Ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda yang maksudnya kurang lebih adalah sebagai berikut : “ Tidaklah ada perbuatan anak Adam yang dilakukan pada hari kurban, yaitu tanggal 10 Dzulhujjah
HAL. 6
yang lebih disukai Allah selain daripada mengalirkan darah kurban. Sebab, binatang-binatang kurban itu kelak di hari kiamat akan didatangkan secara utuh oleh Allah beserta dengan tanduknya, kukunya dan bulunya. Dan sebelum darah kurban menetes di bumi, pahala kurban itu telah diberikan oleh Allah. Maka laksanakanlah kurban untuk membersih kan jiwa kalian. “
4. Pada hadits yang lain diriwayatkan oleh beliau berdua yakni Ibnu Majah dan Tirmidzi, Rasulullah pernah menje laskan: “ Para shahabat bertanya, Apakah kurban-kurban ini ?, Beliau menjawab, Ini adalah sunnah Bapak kalian Ibrahim, Lantas mereka bertanya lagi; Kita dapat apa dari kurban-kurban itu ?, Jawab beliau; Dengan setiap rambut kita dapat satu kebajikan, Lalu mereka bertanya lagi; Kalau bulunya ?, Beliau kembali menjawab; Dengan setiap bulupun kita dapat satu kebajikan”.
5. Hadits yang diriwatkan oleh Thabrani, Rasulullah bersab da : “ Barang siapa berqurban dengan tulus hati dan melakukan kurbannya itu karena Allah, maka yang demiki an itu adalah menjadi dinding peng halang baginya dari neraka”.
Di dalam ibadah qurban ini, terdapat beberapa hikmah yang dapat kita jadikan pelajaran. Di antaranya adalah :
1. Sifat-sifat kebinatangan yang sering merendahkan martabat manusia, hendaknya tidak kita perturutkan, karena binatang

HAL. 7

hanya diberi nafsu dan insting tanpa diberi akal. Manusia sebagi makhluk yang yang telah dimulyakan oleh Allah dengan kelebihan-kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain, hendaknya dapat mempertahankan martabat nya sebagai ‘Ibadullah khalifa tullah (Hamba Allah dan Pemimpin) di muka bumi. Sebagai Kholifatullah, maka sela yaknya berfikir ke depan, bumi akan ramah apabila kita ramah, dan alam akan murka jika kita semena-mena.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah !
2. Manusia, Sebagai hamba Alloh SWT. Yang diciptakan paling mulia dan sebagus-bagus kejadian bentuk atau anatomi dan struktur ruhaniyahnya, juga telah dibekali beberapa potensi, oleh Alloh SWT., antara lain ;
1. Hidayatul Iman/ diniyyah
2. Hidayatul Qolbiyah/ fitriyah,
3. Hidayatul Akal/'Aqliyah,
4. Hidayatul Khawas (panca indra).
Selaku hamba Allah yang telah diberi beberapa karunia atau anugrah tersebut maka tinggal merawat, mengembangkan potensi untuk mendukung Amanah Alloh SWT. Sejak Zaman Azali telah dibebankan kepada Manusia. Selayaknya menyelamatkan keterpurukan kehidupan Moralitas yang setian bulan, dan setiap tahun mengalami dekadensi/ kemerosotan etika atau moralitas yang terkikis oleh pengaruh-pengaruh negatif. Barokallohuli Walakum……

HAL. 8

Sebagaimana firman Alloh SWT. QS. Al Ahzab : 72
"Bahwasanya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, gunung-gunung,tetapi semuanya enggan untuk memikul amanah yang mulia tersebut dan mereka khawatir mengkhi anatinya, dan di pikullah/ diembanlah amanat itu oleh manusia ( sebagai Abid dan Khalifah). Bahwasanya manusia itu sangat dholim dan bodoh (kurang mengerti tujuan dan manfaat)." ( Q. S. Al Ahzab : 72 )
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia merupakan salah satu bagian kecil dari alam se mesta. Namun oleh Alloh manusia diberi dua tugas yang sangat mulia namun sangat berat. Apakah Amanah Alloh yang pernah ditawarkan kepada makhluk-makhluk besar langit, bumi, gunung-gunung ? Amanah Alloh yang dimaksud ialah Agama Islam. yang mencakup seluruh aspek kehidupan , dan jika dijabarkan terbagi atas 2 Habl (alat komunikasi) yang sangat besar peranannya dalam hidup dan kehi dupan umat manusia, yaitu :
a. Hablum minalloh ( hubungan manusia dengan Alloh SWT.)
Dalam hal ini peranan ideal yang harus dicapai adalah penyerahan diri manusia secara utuh hanya kepada Alloh SWT.
" Katakanlah, bahwasanya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya kuserahkan untuk Alloh Tuhan yang menguasai alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya, dan untuk itulah aku diberi amanah perintah untuk menjadi muslim".( Q. S. Al An'am 162-163 ).
b. Hablum minannas ( hubungan manusia dengan manusia )
Dalam hal ini harus berbuat baik kepada sesama manusia; Orang tua, saudara, tetangga dekat maupun jauh, bahkan kepada sesama manusia pada umumnya.
1. Ukhuwwah Ahliyyah 3. Ukhuwwah Wathoniyyah
2. Ukhuwwah Islamiyyah 4. Ukhuwwah Basyariyyah
Kesanggupan manusia ini melahirkan konsekwensi yang cukup berat yakni ia harus memper tanggung jawabkan segala amal dan perbuatannya kelak dihari Pengadilan di hadapan Alloh SWT.

Kedua tugas berat tersebut adalah :
1. Manusia diciptakan sebagai Abid
Yaitu hamba Alloh yang harus mempersembahkan seluruh hidupnya untuk beribadah atau meng hamba kepada Alloh SWT. Berdasarkan firman –Nya : " Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melain kan hanya untuk beribadah kepada-Ku." ( Q. S. Adz-Dzariyat: 56 ).
Berdasarkan ayat ini, kedudukan manusia sebagai abid berkaitan dengan pola perilaku yang dida lamnya terkandung hak dan kewajibannya di hadapan Alloh SWT.
2. Manusia ditugasi sebagai Khalifah fi al-ardhi
Sebagai pemimpin di muka bumi demi kemak muran dan kelestarian bumi. Tugas yang kedua dite gaskan dalam Al-quran S. Al-An'am ayat 165 " Dia telah menjadikan kamu seba gai kholifah di bumi, dan Dia telah mengangkat derajat sebagian di an tara kamu di atas sebagian yang lain".
Dan Q. S. Yunus : 16 :" Kemudian sesudah itu ( yakni kemusnahan orang-orang yang dibi nasakan Alloh karena keingkaran mereka pada agama yang benar). Kami (Alloh) menjadi kan kamu semua sebagai para khalifah (pengganti) di bumi, agar supaya Kami dapat me ngetahui bagaimana kamu semua berbuat (yakni menjadi baiklah bumi ini atau kah makin rusak binasa) " Q. S. Yunus : 16
Dalam salah satu Tafsir Ruh al-ma'ani karya Syeikh al-Alusi dijabarkan bahwa tugas seo rang khalifah adalah, memakmurkan, mendiami dan memelihara serta mengembangkan segenap potensi sumber daya bumi demi kemaslahatan mereka sendiri. Adanya kerusak an bumi karena kelalaian manusia tentunya merupakan bentuk "pengkhianatan" terhadap amanah yang telah dibe rikan Alloh SWT. Pelaksanaan tugas dan peran kholifah ini dilaku kan oleh setiap manusia sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sangat bergan tung pada peran (profesi) dan kapasitas masing-masing.
Dua tugas manusia berimplikasi (berpengaruh) pada pola kehidupan manusia. Di satu sisi ia harus melaksanakan peran sebagai abid di sisi lain sebagai khalifah , dan bagaimana menyeimbangkan peran kedua peran ini dengan sebaik-baiknya.
Pelaksanaan tugas dan peran kholifah ini dilakukan oleh setiap manusia sesuai dengan kemampu an yang mereka miliki sangat bergantung pada peran (profesi) dan kapasitas masing-masing.
Dua tugas manusia berimplikasi ( berpengaruh ) pada pola kehidupan manusia. Di satu sisi ia harus melaksanakan peran sebagai abid di sisi lain sebagai khalifah , dan bagaimana menyeimbangkan peran kedua peran ini dengan sebaik-baiknya.
Kembali ke permasalahan semula, bahwa kewajiban utama kepada Alloh SWT. adalah ibadah.
Konsekwensinya, setiap gerakan kita semampu mungkin harus bernilai ibadah, termasuk pekerja an kita yang sehari-hari kita tekuni telah banyak menghabiskan waktu kita, agar mempunyai nilai ibadah. Maka merujuk dari dalam al-ibadah Fii al-Islam karya Dr. Yusuf al-Qardhawi, menerang kan bahwa semua pekerjaan, baik sebagai petani, pedagang,, buruh di pabrik, pegawai kantor, gu ru atau profesi serta keahlian apapun bisa bernilai ibadah bila memenuhi syarat-syarat berikut ini :
Pertama, Pekerjaan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam, yang bertentangan misalnya ; berjudi, pekerjaan yang mengandung riba, tidak bernilai ibadah.
Kedua, Pekerjaan tersebut diikuti dengan niat yang benar, sebagaimana hadits Rasululloh SAW. : "Sesungghnya perbuatan manusia itu tergantung dari niatnya dan setiap orang akan memperoleh apa yang ia niatkan”. ( HR. Bukhori dan Muslim)
Kedua, Pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan profesional. Dengan sungguh-sung guh, teliti, cermat dengan menghasilkan yang bermutu. Seseorang tidak boleh bekerja ha nya sekedar meng gugurkan tugas atau karena upah semata. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW. : “ Sesungguhnya Alloh menyukai jika seseorang di antara kamu be kerja, maka ia menyempurnakan pekerjaannya”. (HR. Baihaqi)
Keempat, Pekerjaan itu tidak mengandung unsur-unsur kedholiman. Maksudnya pekerjaan baik, yang tidak mengandung penipuan, kecurangan, dan perbuatan lain yang menimbul kan kerugian bagi orang lain.
Kelima, Profesi tersebut tidak boleh melalaikan kita untuk ingat atau berdzikir kepada Alloh SWT. Kita sering menyaksikan orang-orang sibuk dengan pekerjaan melupakan kewajiban sebai Abid Alloh untuk sholat tetkala waktu telah tiba. Dalam Q.S. Al Munafiqin Alloh mengi ngatkan : “ Hai orang-orang yang beriman jagalah harta-hartamu dan anak-anak kamu yang melalaikan kamu dari mengingat Alloh, barang siapa yang melakukan itu maka ia termasuk orang-orang yang merugi”.
Alloh sangat memuji orang-orang yang perdagangan dan perniagaannya tidak melalaikan nya dari sholat dan menunaikan zakat, shodaqoh, punya kepedulian sosial dan sebagainya.
Jika kita bisa melaksanakan konsep di atas akan bernilai ibadah, apa lagi lebih dari itu, maka sesu ai dengan tugas Manusia ditugasi sebagai Khalifah fi al-ardhi.
Bagi generasi yang akan melanjutkan estafet para pendahulu maka amat perlu mengembangkan dan mengaktualisasikan modal dasar Amanah Alloh ; Hidayatul Iman, Hidayatul Qolbiyah/ fitriyah, Hidayatul 'Aqliyah, Hidayatul Khawas (panca indra, agar memperoleh kelayakan, kebahagiaan dan keberkahan hidup .




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.