Daftar Blog Saya

Rabu, 23 November 2011

SEDANG CERAMAH DI MALANG


Dengan keseriusan dan kajian-kajian yang matang dan membumi diselingi dengan diseling humor, sajian sejenis yang seolah bicara langsung dengan penonton atau penikmat, humor segar yang etis dan santun dengan materi yang berkompeten akan siap bersaing, maka secara langsung pada tampilan ini. Keakraban yang tidak mengurangi bobot materi sajian yang berdurasi waktu antara 10 (sepuluh) atau 30 (tiga puluh) menit, dengan diselingi “pesan sponsor” atau” pariwara” penyaji siap ikut terlibat memberikan atau mempersilahkan dan sebagainya, terserah program stasiun TV ini.

Dari pengalaman yang kami petik selama ini, kami telah pula mendapat kepercayaan selama 4 (empat bulan) mulai bulan September sampai dengan Desember 2004 yang lalu malang melintang kurang lebih 53 (lima puluh tiga) kali tayang September 2004 sd. Februari 2005 dalam acara ceramah agama MUTIARA KEHIDUPAN ” durasi waktu 30 menit & “ Kultum ” durasi waktu 10 menit, di TV swasta tepatnya Malang TV kota Malang ( Malang Raya).

Selain itu sudah sering mendapat kepercayaan ceramah atau pengajian umum di berbagai Instansi Pemerintah dan swasta, di Jawa Timur dan luar Jawa ( 3 kota Irian Jaya dan Denpasar Bali ).

Untuk itu kami bermaksud menyediakan diri untuk kerjasama yang ber kesinambungan atas dasar saling percaya untuk kemajuan pertelevisian dengan mengisi acara “ Mimbar Agama ” secara monologis dengan sajian yang familier dan humoris atau Nada & Dakwah pada stasiun TV ini.

Sponsor dan waktu acara mengikuti program yang telah diagendakan atau diprogramkan oleh stasiun yang Bapak pimpin.


HUBUNGAN SUAMI ISTRI

Kehidupan Suami Istri
Dalam kehidupan rumah-tangga, sesungguhnya suami-istri memiliki hak dan kewajiban yang seim bang sesuai dengan kodrat masing-masing. Dan keduanya dituntut menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan masalah ini, perlu kiranya kita simak beberapa ayat suci Al Quran.
“Para wanita memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, memiliki satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana”. (Q.S. Al-Baqarah:228).
“Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (para pria) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (pria) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. (Q.S. An Nisa:43).
Tentang pergaulan suami istri pun telah dipaparkan secara gambling dalam Al-Quran dan hadis. “… wanita yang saleh ialah wanita yang taat kepada Allah dan memelihara diri (tidak berlaku curang dan serta menjaga rahasia dan harta suami).” (Q.S. An Nisa:3).
Kewajiban suami terhadap istri secara garis besarnya sebagai berikut:
1. Memberi nafkah lahir (sandang,pangan, dan papan) dan batin sebaik-baiknya sesuai dengan kesanggup an suami. Maksudnya, apa yang dimakan, disandang, dan ditempati oleh istri sama baiknya dengan yang di makan, disandang, dan ditempati oleh suami. Firman Allah SWT. “Hendaklah orang-orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.” (Q.S. Ath-Thalaq:7). Sabda Rasulullah saw. “Hak istri yang ada pada suami adalah agar dia memberinya makan ketika dia makan, memberinya pakaian manakala dia berpakaian. Dan tidak boleh dia memukul wajah, memaki, meninggalkannya selain dalam tempat tidur.” (H.R. Tabrani dan Al-Hakim).
2. Bersikaplah kepada istri seperti yang ia inginkan, selama itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
3. Suami berkewajiban mendidik dan mengajar istri untuk memenuhi segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya serta mendidiknya untuk berperilaku terpuji. Sabda Rasulullah saw. “Takutlah engkau kepada Allah SWT dalam urusan wanita. Sesungguhnya mereka adalah amanat di sisimu. Barang siapa tidak memerintahkan dan mengajarkan shalat kepada istrinya, berarti ia berkhianat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.“ (Al-Hadis).
4. Bergaullah dengan mereka secara patut (baik). Firman Allah SWT. “Bergaullah dengan mereka (istrimu) dengan baik. Jika kamu benci kepada mereka, bersabarlah karena barangkali kami menyukai sesuatu, sedang Allah menjadikan kebaikan yang banyak di dalamnya.“ (Q.S. An-Nisa:19). Sabda Rasulullah saw. “Jika orang benci karena ada sesuatu yang kurang dari perangai istrinya, maka ketahuilah bahwa pada bagian yang lain ada yang menyenangkan“. (H.R. Muslim). Dari Abu, Rasulullah saw. pernah berkata.“Mukmin yang sempurna imannya, ialah sebaik-baik pribadinya. Dan sebaik-baik pribadi ialah orang yang sebaik-baiknya terhadap istrinya.“ (H.R. Ahmad dan Tirmizi).
5. Jangan bertindak sewenang-wenang. Ajaklah ia bermusyawarah dan jika pendapat anda yang benar arahkan ia pada pendapat anda secara halus seperti yang dilakukan Rasulullah terhadap istri-istrinya.
6. Berdandanlah untuk menyenangkan hati istri.
7. Membantu pekerjaan sehari-hari istri seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Aisyah ra. mengatakan:“Dulu Rasulullah sering membantu pekerjaan keluarganya. Beliau hanya keluar untuk shalat jika waktu shalat telah tiba.“ (H.R. Bukhari dan Tirmidzi).
Kewajiban istri terhadap suami secara garis besarnya sebagai berikut:
1. Taat dan patuh kepada suami. Sabda Rasulullah saw.“Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada manusia lain, akan aku perintahkan istri untuk bersujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami yang dianugrahkan Allah kepada mereka.“ (H.R. Tirmizi).
a) istri tidak boleh menolak ajakan suami untuk “bercampur“. Sabda Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah, telah berkata Nabi saw. “Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, tetapi si istri tidak bersedia, jika sang suami marah sepanjang malam itu, maka sepanjang malam itu pula para malaikat-malaikat mengutuk si istri.“ (sepakat ahli hadis).
b) Istri harus selalu berwajah manis di depan suami.
c) Istri tidak boleh bepergian tanpa sepengatahuan atu seizin suaminya. Sabda Rasulullah saw. “Tiada seorang wanita yang keluar rumah tnapa seizin suaminya, melainkan dia akan dilaknati oleh segala sesuatu yang disinari matahari sampai ular-ular dalam laut.“ (Al Hadis).
d) Istri harus senantiasa mencari kerelaan suaminya, dengan kata lain harus berusaha bersikap yang berkenan di dalam hati suaminya. dari Ummi Salamah, sesungguhnya Nabi saw. telah berkata:“Barangsiapa di antara wanita yang meninggal dunia dan ketika itu suaminya suka kepadanya, mana wanita itu akan masuk surga.“ (H.R.Ibnu Majah dan Tirmizi). “Ada tiga (kelompok) orang di mana Allah tidak menerima shalat mereka, serta kebaikan mereka tidak bisa naik ke langit. Yakni seorang hamba yang melarikan diri dari majikannya, sehingga dia kembali lagi. Seorang wanita yang dimarahi suaminya, sampai rela (reda kemarahannya). Dan seorang pemabuk sampai ia tersadar dari mabuknya.“ (H.R. Ibnu Hibban, Al-Baihaqi, Ibnu Khuzaimah dari Jabir).
e) Istri tidak boleh melaksanakan puasa sunnat kecuali atas izin suami, dan tidak boleh memberikan izin pada seseorang untuk memasuki rumah tanpa seizin suaminya.
2. Menjaga harta suami. Maksudnya sitri tidak boleh membelanjakan atau menghadiahkan harta suami tanpa seizinnya.
3. Mengatur urusan rumah tangga, dan turut serta mendidik anak-anaknya.

Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam
Sebagai bahan referensi dan renungan bahkan tindakan, berikut, garis besar hak dan kewajiban suami isteri dalam Islam yang di nukil dari buku “Petunjuk Sunnah dan Adab Sehari-hari Lengkap” karangan H.A. Abdurrahman Ahmad.
Hak Bersama Suami Istri
- Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21)
- Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 – Al-Hujuraat: 10)
- Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
- Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)
Adab Suami Kepada Istri .
- Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
- Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)
- Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)
- Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
- Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
- Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
- Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
- Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
- Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
- Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)
- Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)
- Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
- Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
- Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
- Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
- Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
- Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)
- Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)
Adab Isteri Kepada Suami
- Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)


- Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
- Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)
- Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:
a. Menyerahkan dirinya,
b. Mentaati suami,
c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,
d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami
e. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)
- Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam kesibukan. (Nasa’ i, Muttafaqun Alaih)
- Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya, lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami meridhainya. (Muslim)
- Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt. mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)
- Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)
- Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.: “Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)
- Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)
- Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami(Thabrani)
- Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)
- Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1) Banyak anak (2) Sedikit harta (3) Tetangga yang buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan Al-Bashri)
- Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama empat bulan sepuluh hari. (Muttafaqun Alaih)
- Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluannya. (An-Nur: 30-31)
Isteri Sholehah
- Apabila’ seorang istri, menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramddhan, memelihara kemaluannya, dan mentaati suaminya, niscaya Allah swt. akan memasukkannya ke dalam surga. (Ibnu Hibban)
- Istri sholehah itu lebih sering berada di dalam rumahnya, dan sangat jarang ke luar rumah. (Al-Ahzab : 33)
- Istri sebaiknya melaksanakan shalat lima waktu di dalam rumahnya. Sehingga terjaga dari fitnah. Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid, dan shalatnya wanita di kamarnya lebih utama daripada shalat di dalam rumahnya. (lbnu Hibban)
- Hendaknya menjadikan istri-istri Rasulullah saw. sebagai tauladan utama.

Menggapai Kebahagiaan Hakiki

Menggapai Kebahagiaan Hakiki
الحمد لله ربِّ العالمين والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا عُدْوانَ إلَّا عَلى الظَّالمِين وأشهد أنْ لا إله إلاالله وحده لا شريك له ربَّ الْعالمين وإلَهَ المُرْسلين وقَيُّوْمَ السَّمواتِ والأَرَضِين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوثُ بالكتابِ المُبين الفارِقِ بَيْنَ الهُدى والضَّلالِ والْغَيِّ والرَّشادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين والصَّلاةُ والسَّلامُ عَلى حَبِْيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين و إمامِ المهتَدين و قائِدِ المجاهدين وعلى آله وصحبه أجمعين.أما بعد، فياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فقال الله تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ” “وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (108)”،” وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124)”
dakwatuna.com - “Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” Huud:108
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Thahaa:124
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Suatu hari, di dalam sebuah rumah tangga terjadi pertengkaran yang sengit antara suami istri. Sang suami berkata kepada istrinya dengan kemarahan yang luar biasa seraya berkata: “Sungguh aku akan menjadikan kamu menderita dan celaka!!!”. Dengan suara lirih istrinya menjawab: “Kamu tidak akan pernah bisa mencelakakanku sebagaimana kamu tidak bisa membahagiakanku!”. Dengan nada heran sang suami balik bertanya: “Mengapa tidak bisa?”. Istrinya menjawab dengan tegas dan yakin: “Sekiranya kebahagiaan itu hanya berkaitan dengan uang belanja dan perhiasan, niscaya kamu bisa menghentikan. Akan tetapi kebahagian itu hanya ada pada suatu yang dimana kamu dan semua manusia tidak akan pernah menguasainya.” Dan dengarkan baik-baik: “Sesungguhnya kebahagianku ada dalam imanku, sementara imanku ada dalam relung hatiku dan hatiku hanya ada dalam genggaman Rabbku.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…..
Makna kebahagian ini juga pernah diungkapkan oleh Hujjatul Islam, Imam Ibnu Taimiah – rahimahullah – “Apa yang bisa dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku dan tamanku ada di hatiku…bila aku berjalan maka ia bersamaku dan tidak pernah berpisah dariku…. Penjaraku adalah kesendirianku (dengan Rabbku)…kematianku adalah syahadah (syahid)….pengusiranku dari negeriku adalah wisata bagiku.”
Ya, inilah kebahagiaan yang diinginkan oleh Islam dalam kehidupan kita. Bahagia dengan nilai-nilai keimanan, bahagia di saat melaksanakan ketaatan kepada Allah swt. dan bahagia dalam naungan keislaman. Allah swt. berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” Fushshilat : 30
Jama’ah yang dimulyakan Allah….
Ketika kita istiqomah dalam memegang ajaran agama Allah swt, maka kita akan merasakan keamanan dan kenyamanan yang luar biasa. Bahkan surga Allah swt. menanti di akhirat kelak, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah swt dalam ayat di atas. Rasa aman dan tentram dalam hidup adalah tanda kebahagian seseorang. Rasulullah saw. juga bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ. رواه الترمذي
Dari Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang menjadikan akhirat tujuannya maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, memudahkan segala urusannya dan dunia akan datang kepadanya dengan hina (tidak pernah menguasai hati, semakin kaya semakin bersyukur-pen). Dan barang siapa yang menjadikan dunia tujuannya, maka Allah akan meletakkan kefakirannya di antara kedua matanya, mencerai-beraikan segala urusannya dan dunia tidak akan datang kecuali hanya sekedarnya.” Imam At-tirmizi
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…….
Adakalanya kita temukan dalam realitas kehidupan kita, bahwasanya sebagian manusia ada yang merasa bahagia dengan harta yang melimpah ruah. Mereka puas dan bahagia ketika berfoya-foya, menghamburkan kekayaannya dan hal-hal yang tidak berfaedah lainnya. Ada juga yang puas dan bahagia dengan menjalankan kemaksiatan dan kemungkaran. Merasa tentram dan nyaman dengan segala aksi asusila, menontonkan aurat dan selingkuh serta berganti-ganti pasangan. Bahagia dengan minuman keras, ekstasi dan perjudian.
Jama’ah yang dimulyakan Allah…..
Namun di balik kehidupan yang serba gelap dan kebahagian yang semu, kita masih melihat hamba-hamba Allah swt. yang mengoptimalkan harta, waktu dan tenaga untuk membangun amal unggulan dan amal shaleh. Mereka merasa bersalah ketika tidak memperhatikan saudara-saudaranya yang sedang dihimpit kesusuhan. Mereka yang menghadapi ujian seperti saudara kita yang terkena gempa, dilanda banjir dan tanah longsor. Saudara kita yang lain yang berada di negeri-negeri Islam seperti muslim Ghaza Palestine, Iraq, Chechnya, Afghanistan dan yan lainnya. Kegelisahan dan kegamangan merasuki jiwa mereka tatkala meninggalkan amal-amal shaleh, tidak tilawah, tidak sholat berjama’ah dan amal kebaikan yang lain. Oleh karenanya Imam Hasan Al-Bashari – rahimakumullah – berkata:
” تَفقَّدُوْا الْحَلاوَةَ فِي ثلاثةِ أشْياءَ: فِي الصَّلاةِ وفي الذِكْرِ وفِي قِرَاءَةِ القرآنِ…”
“Carilah kebahagiaan dalam tiga hal: dalam sholat, dalam dzikr dan dalam tilawat Al-Quran.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah……
Imam Ibnu Qoyyim – rahimahullah – mengklasifikasikan kebahagian yang mempengaruhi suasana jiwa seseorang menjadi tiga.
Pertama; kebahagian yang berkaitan dengan eksternal. Yaitu bahagia dengan harta yang berada di luar diri manusia. Ia bahagaia ketika mendapatkan kekayaan. Inilah kebahagian yang disebut dengan “ladzdzah wahmiah khayaliah” (kebahagiaan semu). Dan ketika ia bahagia membelanjakan hartanya untuk memenuhi syahwatnya yang dilarang, maka inilah yang disebut “ladzdzah bahimiah” (kebahagiaan dan kenikmatan hewani).
Kedua, kebahagiaan yang berkaitan dengan nikmat badaniah. Bahagia dengan kesehatan yang prima, bahagia dengan kesempurnaan ciptaannnya, bahagia dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya dan nikmat badaniah yang lain. Ini juga termasuk kebahagiaan yang semu. Alangkah indahnya ungkapan penyair Arab:
” يا خادمَ الْجِسْمِ كَمْ تَشْقَى بِخِدْمَتِهِ فأنتَ بِالرُّوْحِ لا بالجسمِ إنسانٌ “
“Wahai pelayan jasad, berapa banyak kamu sengsara dalam melayani. Kamu hanya dengan ruh bukan dengan jasad, disebut manusia.”
Dan – jama’ah rahimakumullah – yang ketiga adalah kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagian dunia akhirat. Kebahagiaan abadi dan hakiki. Kebahagiaan yang kita dambakan semua. Yaitu kebahagiaan yang bersumber dari nilai-nilai ketaatan kepada Allah swt.
Sebab-Sebab Bahagia
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah……..
Untuk menggapai kebahagiaan yang hakiki, kita harus memiliki sebab-sebab yang melahirkan kebahagiaan ini.
Pertama, Keimanan dan Tauhid
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (125)
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. Al-An’am:125
Keimanan dan ketauhidan yang mengkristal dalam jiwa seorang muslim merupakan sumber dari segala sumber kebahagiaan. Keiistiqamahan dalam bertauhid akan memberikan energi baru untuk menghadapi segala ragam kehidupan. Ia tidak akan pernah takut dan bersedih dalam menjalani kehidupan dalam kondisi apupun. Baik dalam kondisi lapang maupun kondisi dan situasi yang sempit. Maka ia tetap eksis dalam menjalani kehidupan dengan kekuatan iman ini.
Kedua, Tazkiatun Nafs (mensucikan diri)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Salah satu sebab yang bisa mendatangkan kebahagiaan seseorang dalam hidup ini adalah kesuciaan jiwa. Jiwa yang suci akan mendatangkan banyak manfaat dan kebaikan dalam kehidupan seseorang di dunia maupun di akhirat. Karena pangkal kebaikan diri seseorang, keluarga, masyarakat dan bahkan bangsa diawali dengan kebaikan jiwa seseorang. Manusia yang memiliki jiwa yang suci nan sehat akan senantia komitmen dengan nilai-nilai kebaikan. Oleh karenanya Allah swt. berfirman:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Asy-Syamsy: 8-10
Rasulullah Saw bersabda: “…Ketauhilah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuhpun baik, dan jika ia rusak, seluruh tubuh pun rusak. Ketauhilah, segumpal daging itu adalah hati.” (Bukhari Muslim)
Ibnu Rajab berkata: “Hati yang baik adalah yang terbebas dari segala penyakit hati dan berbagai perkara yang dibenci, hati yang penuh kecintaan dan rasa takut kepada Allah, dan rasa takut berjauhan dari Allah swt.”
Ketiga, Sholat
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Sebab kebahagiaan yang lain adalah sholat. Karena sholat adalah cahaya, ketenangan dan ketentraman dalam jiwa kita. Sholat juga penghubung antara Allah dan hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan sholat mereka menemukan ketenangan dan kebahagiaan. Bahkan dalam menghadapi musibah pun diperintahkan untuk sholat. Allah berfirman: “Dan memohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan kesabaran dan sholat…” Al-Baqarah : 45
Rasulullah bersabda: “Dijadikan ketenanganku di dalam sholat,” dan apabila mendapatkan kesulitan, beliau berkata kepada Bilal,” Wahai Bilal, qamatlah! Agar dengan sholat tersebut kami tenang.” (Imam Abu Dawud)
Keempat, Ridho dan Qona’ah
Ridho dan qana’ah merupakan akhlak mulya yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Karena ridho dan qana’ah adalah bentuk ketulusan, keikhlasan dan ketundukan seorang hamba dalam menerima hasil akhir dari amal usaha. Dengan ridho, manusia akan menerima segala keputusan yang telah digariskan oleh Allah. Baik yang berkaitan dengan dirinya, keluarga maupun harapan-harapan lain yang sangat dicita-citakan dalam kehidupannya. Kekuatan ridho dan qana’ah akan membendung keputusasaan dan kesedihan yang akan masuk dalam ruang kepribadian kita. Allah swt. berfirman:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Al-Hadiid: 22-23
Kelima, Dzikir
Seorang mukmin sangat memerlukan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Karena itu, ia perlu memperbanyak dzikir kepada Allah, agar senantiasa berhubungan dengan Allah, bersandar kepada-Nya, memohon pertolongan dan ampunannya. Dengan senantiasa berdzikir kepada Allah dalam kondisi apapun, manusia akan merasa tentram, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa khawatir dan kesedihan dalam jiwanya. Oleh karenanya Allah berfirman:
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Ar-Ra’du: 28

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Semoga dengan sentuhan ayat-ayat Allah swt. dan hadits Nabawiah kita semua bisa melakukan perbaikan diri kita dalam kehidupan yang fana ini. Agar kita mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Dan semoga kita dijadikan oleh Allah swt. hamba-hamba-Nya yang sholeh, model-model muslim yang ideal nan mempesona. Aamiin Yaa Mujiibassaa’iliin.
بارك الله لنا ولكم في القرآن العظيم ونفعنا وإياكم بما فيه من الآيات و الذكرالحكيم فاستغفروا الله فإنه هو الغفور الرحيم

Budaya Saling Memberi Nasehat

Budaya Saling Memberi Nasehat

الحمد لله الذي فتح لعباده طريق الفلاح وأرشدهم إلى ما فيه الخير و البر و التقى وأمرهم بالتناصح على الحق وجعل أمرهم شورى بينهم ليتحقق لهم الفوز والنجاة . وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده والصلاة و السلام على محمد عَلى حَبِْيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين و إمامِ المهتَدين و قائِدِ المجاهدين وعلى آله وصحبه أجمعين.أما بعد،، فياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فقال الله تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ “
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Sering kita dengar dari keterangan dan penjelasan para ulama, para kiayi, ustazd, dan muballigh bahwa tugas paling penting dari para Rasul adalah menyampaikan risalah Allah swt. kepada ummat manusia. Urgensi isi risalah para rasul itu sama, yaitu “agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan mengingkari semua bentuk sesembahan selain Allah (thaghut).”
Ternyata selain tugas mulia dan suci ini, para nabi banyak disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pemberi nasehat. Hal ini disebabkan karena manusia tidak cukup hanya menerima risalah dakwah Islam saja. Akan tetapi juga membutuhkan pemberi nasehat dan peringatan dalam hidupnya, karena manusia adalah mahluk pelupa dan pelalai, bahkan makhluk yang banyak berbuat kesalahan. Oleh karena itu, Allah swt. menyatakan:
Wal ashri, innal insaana lafii khusrin, illalladziina aamanuu wa ‘amilush-shaalihaati watawaa shaubil haqqi watawaa shaubish-shabri.

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Asr)
Semangat surat Al-Asr ini menjelaskan keharusan setiap orang untuk beriman dan beramal sholeh, jika ingin selamat baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan iman dan amal sholeh saja ternyata masih merugi, sebelum menyempurnakannnya dengan semangat saling memberi nasehat dan bersabar dalam mempertahankan iman, meningkatkan amal shaleh, menegakkan kebenaran dalam menjalankan kehidupan ini.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Sedemikian pentingnya prinsip “saling memberi nasehat” dalam ajaran Islam, maka setiap manusia pasti membutuhkannya, siapapun, kapanpun, dan di manapun dia hidup. Layaklah kalau dikatakan bahwa “saling memberi menasihat “ adalah sebagai sebuah keniscayaan yang harus ada pada setiap muslim.
Namun sangatlah disayangkan jika ada di antara kita yang menganggap sepele soal nasehat ini. Atau merasa dirinya sudah cukup, sudah pintar, sudah berpengalaman sehing ga tidak lagi butuh yang namanya nasehat dari orang lain. Padahal dengan menerima nase hat dari orang lain pertanda adanya kejujuran, kerendahan hati, keterbukaan dan menun jukkan kelebihan pada orang tersebut.
Kalimat “nasaha” yang artinya nasehat, makna dasarnya adalah menjahit atau menambal dari pakaian yang sobek atau berlubang. Maka orang yang menerima nasehat artinya orang tersebut siap untuk ditutupi kekeruangan, kesalahan, dan aib yang ada pada dirinya. Sedangkan orang yang tidak mau menerima nasehat menunjukkan adanya sifat kesombongan, keangkuhan, dan ketertutupan pada orang tersebut.
Saking sedemikian pentingnya nasehat ini, Nabi saw. bersabda:
عن أَبي رُقَيَّةَ تَمِيم بن أوس الداريِّ - رضي الله عنه - : أنَّ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (( الدِّينُ النَّصِيحةُ )) قلنا : لِمَنْ ؟ قَالَ : (( لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأئِمَّةِ المُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ((2)) )) رواه مسلم
Dari Abi Amer atau Abi Amrah Abdullah, ia berkata, Nabi saw. bersabda, “Agama itu adalah nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan orang-orang biasa.” (HR. Muslim)
Dari hadist di atas dapat kita pahami bahwa memberi dan menerima nasehat adalah berlaku untuk manusia, siapapun dia, apapun kedudukan dan jabatannya, tanpa kecuali.
Hadist di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa agama akan tegak manakala tegak pula sendi-sendinya. Sendi-sendi itu adalah saling menasehati dan saling mengingatkan antara sesama muslim dalam keimanan kepada Allah, keimanan kepada Rasul, dan keimanan kepada Kitab-Nya. Artinya, agar kita selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dari Allah dan Kitab-Nya dan mentauladani sunah-sunah Rasul-Nya.
Sedangkan bentuk nasehat kepada para pemimpin adalah ketaatan dan dukungan kita sebagai rakyat kepada para pemimpin Islam dalam menegakkan kebenaran, mengingatkan mereka jika lalai dan menyimpang dengan cara yang bijak dan kelembutan, meluruskan mereka jika menyimpang dan salah. Sedangkan nasehat untuk orang-orang biasa adalah dengan memberi kasih sayang kepada mereka, memperhatikan kepentingan hajat mereka, menjauhkan hal yang merugikan mereka dan sebagainya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Di dalam Al-Qur’an, Allah swt. mengisahkan tentang bagainama Nabi Musa a.s., seorang nabi dan rasul yang ternyata dapat menerima nasehat dari salah seorang kaumnya.
wa jaa-a rajulun min aqshal madinati yas’aa, qaala yaa muusaa innal mala-a ya’tamiruuna bika liyaqtuluuka, fakhruj innii laka minan nashihiin. Fakharaja minhaa khaa-ifan yataraqqabu, qaala rabbi najjinii minal qaumizh zhaalimiin.

“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut, menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari orang-orang yang dzalim itu.” (QS. Al-Qashash: 20-21)
Lalu bagaimana dengan kita yang orang biasa yang bukan Nabi dan Rasul? Sudah barang tentu sangatlah membutuhkan nasehat. Kita senantiasa membutuhkan nasehat dari orang lain. Demikian juga harus bersedia memberi nasehat kepada orang lain yang memohon nasehat kepada kita.
وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - : أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : وفي رواية لمسلم : (( حَقُّ المُسْلِم عَلَى المُسْلِم ستٌّ : إِذَا لَقيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيهِ ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأجبْهُ ، وإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ ، وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ الله فَشَمِّتْهُ ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ )) .
“Hak seorang muslim pada muslim lainnya ada enam: jika berjumpa hendaklah memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka datangilah undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia; jika memuji Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit, jenguklah ia; dan jika meninggal dunia, maka iringilah ke kuburnya.” (HR. Muslim)
Dengan saling menasehati antara kita, maka akan banyak kita peroleh hikmah dan manfaat dalam kehidupan kita. Akan banyak kita temukan solusi dari berbagai persoalan, baik dalam skala pribadi, keluarga, masyarakat bangsa bahkan Negara.
Karenanya nasehat itu sangatlah diperlukan untuk menutupi kekurangan dan aib yang ada di antara kita. Karena nasehat itu dapat memberi keuntungan dan keselamatan bagi yang ikhlas menerima dan menjalankannya. Karena saling menasehati itu dapat melunakkan hati dan mendekatkan hubungan antara kita. Karena satu sama lain di antara kita saling membutuhkannya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Saling menasehati antara sesama muslim terasa semakin kita perlukan, terutama ketika tersebar upaya menfitnah adu domba antara sesama muslim yang datang dari orang-orang kafir, munafik, dan orang-orang fasik yang ingin melemahkan umat Islam sebagai penduduk terbesar negeri ini. Mereka tidak senang terhadap kesatuan dan persatuan umat Islam.
Demikian pula ketika mendekati hari-hari menjelang pesta demokasi seperti pilkada, pilgub, pemilihan umum, dan sebagainya. Terkadang panasnya suhu politik menyulut sikap orang in-rasional (tidak rasional) dan emosi di tengah masa, bahkan dapat mengarah ke sikap anarkhis dan merusak.
Dalam situasi seperti itu, kita sering lupa akan makna ukhuwah Islam. Lupa tugas amar ma’ruf nahi mungkar dan lupa tugas dan kewajiban untuk saling menasehati dengan cara saling kasih sayang antara kita.
Semoga Allah swt. senantiasa memberikan pemahaman kepada kita akan arti pentingnya saling memberi nasehat antara kita. Semoga kita mampu memberi nasehat dan senang menerima nasehat dari siapapun, selama tidak bertentangan dengan nilai kebenaran dan kabaikan, sehingga kita dapat terhindarkan dari bahaya adu domba dan fitnah yang dapat memecah belah umat Islam, masyarakat, bangsa, dan Negara. Barakallu lii walakum….

Selasa, 22 November 2011

Assyura' 1433 H.

Renungan Seputar Hari ‘Asyura

Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga tecurah atas Nabi pilihan, Muhammad.
Adapun selanjutnya:
Pada hari-hari ini umat Islam melewati kejadian besar yang berelevansi(berkaitan) dengan umat terdahulu yaitu hari Asyuro. Dengan senang hati dalam kesempatan singkat ini akan saya utarakan perkara-perkara yang saya pandangan penting, yang saya ambil dari sunnah Nabi _ terkait hari Asyuro ini.

1. Hari Asyuro adalah kejadian bersejarah sepanjang perjalanan ummat
manusia. Yang porosnya adalah peperangan antara keimanan dan
kekafiran. Karenanya, ummat jahiliahpun memuasainya. Hal ini
sebagaimana yang diberitakan oleh Aisyah –semoga Allah meridhoinyabahwa
bangsa Quraisy dahulu memuasai hari Asyuro di masa jahiliah."
. Hari Asyuro mengikat sebagian ahli iman dengan sebagian yang lain.
Sekalipun berbeda bangsa, bahasa dan zaman. Mulanya adalah ikatan
iman antara Nabi Musa dan orang-orang beriman yang ada
bersamanya, kemudian meluas kepada siapa saja yang menyertai
mereka dalam keimanan itu.
2. Mendidik hati-hati kaum mukminin akan kecintaan dan kegelisaahan
yang sama diantara mereka. Dengan memuasainya, manusia menjadi
ingat kejadian bersejarah yang terjadi pada saudara-saudaranya
sekeyakinan bersama Musa –alaihi salam- dahulu, bagaimana pelarian
dan penderitaan mereka akibat penyiksaan yang diperbuat ahli kufur.
3. Hari Asyuro menunjukkan bahwa sebagian nabi memiliki keutamaan
yang lebih dibanding sebagian yang lain, sebagaimana yang disebutkan
di dalam riwayat:
"Aku lebih berhak (meneladani) Musa daripada kalian."
Loyalitas ini karena kesamaan keyakinan dan risalah (penugasan).
8. Puasa Asyuro menunjukkan bahwa umat ini lebih berhak terhadap
nabi-nabi dari umat terdahulu daripada kaumnya sendiri yang
mendustakan mereka. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat hadits Nabi di
dalam as Shahihain yang mengatakan:
_
"Kalian lebih berhak kepada Musa daripada mereka."
Ini adalah diantara kelebihan ummat Muhammad di sisi Allah. Mereka
nantinya akan menjadi saksi atas para nabi bahwa nabi-nabi itu telah
penyampaikan agama (yang diembankan) pada hari kiamat.
4. Hari Asyuro mendidik muslim atas persaudaraan di atas agama
semata, karena itulah Nabi _ bersabda, "Kalian lebih berhak terhadap
Musa dari pada mereka."
Yang demikian tidak lain karena ikatan agama di antara kita; jika tidak,
tentu Bani Israil lebih dekat kepada Musa –alaihi salam- dari sisi nasab
(keturunan).
5. Hari Asyuro mengingatkan penduduk bumi secara umum akan
pertolongan Allah kepada para walinya. Hal ini memperbaharui dalam
hati pencarian akan pertolongan Allah dan sebab-sebabnya disetiap
tahun.
A. Hari Asyuro mengingatkan penduduk bumi secara umum akan
kekalahan yang Allah berikan kepada musuh-musuh-Nya. Hal ini
memperbaharui dalam hati harapan dan membangkitkan optimisme.
B. Hari Asyuro adalah bukti atas beragamnya pertolongan Allah kepada
kaum muslimin. Bentuk pertolongan Allah tidak musti kekalahan
musuh (dalam perang) dan perolehan ghanimah (harta rampasan
perang). Tetapi terkadang pertolongan bentuknya kebinasaan musuh
dan menyelamatkan kaum muslimin dari keburukan musuhnya,
sebagaimana yang terjadi pada Musa –alaihi salam- dan sebagaimana
yang terjadi pada Nabi _ pada perang Khandak.
6. Hari Asyuro menekankan lagi kewajiban menyelisihi petunjuk orangorang
musyrikin, hingga dalam urusan ibadah. Penyelisihan itu
ditunjukkan dengan:
a. Ketika dikatakan kepada Nabi _: "Sesungguhnya kaum Yahudi dan
Nasrani menjadikan Asyuro sebagai hari raya!" Nabi mengatakan,
"Berpuasalah kalian pada hari itu."_
b. Nabi _ memerintahkan untuk memuasai sehari sebelumnya atau
sehari setelahnya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dalam
Musnad Ahmad, dan disitu ada pembicaraan.
7. Siapa yang merenungkan hadits-hadits hari Asyuro akan jelas
baginya bahwa asal penyelisihan kaum muslimin terhadap kaum
musyrikin adalah sesuatu yang telah menghujam pada diri para
8. Hari raya adalah hari kegembiraan yang diantaranya diisi dengan makan-makan. Dengan berpuasa berarti telah
menyelisihi ahlulkitab.
_
sahabat Nabi. Hal itu dibuktikan bahwa ketika mereka mengetahui
puasa ahlulkitab bersamaan dengan puasa mereka, serta-merta mereka
bertanya kepada Rasulullah _ dengan mengatakan: "Sesungguhnya
kaum Yahudi dan Nasrani memuasai hari ini!" Seolah mereka ingin
mengatakan: "Wahai Rasulullah, Engkau mengajarkan kami
menyelisihi kaum Yahudi dan Nasrani, sekarang mereka memuasainya,
maka bagaimana kami menyelisihinya?"
9. Hari Asyuro adalah bukti bahwa menjadikan suatu moment sebagai
perayaan adalah kebiasaan sepesial kaum Yahudi sejak dahulu.
Karenanya mereka menjadikan hari Asyuro sebagai hari raya,
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa –semoga Allah
meridoinya-, dia berkata: "Dahulu penduduk Khaibar (Yahudi)
memuasai Asyuro dan menjadikannya hari raya. Pada hari itu para
wanita mengenakan perhiasan-perhiasan dan lencana mereka." [Hadits
riwayat Muslim]
Adapun ummat ini, telah Allah tetapkan bagi mereka dua 'Id (dua hari
raya, Idul Fitri dan Idulu Adha) tanpa ada yang ketiga.
10. Hari Asyuro adalah bukti dualisme dalam kehidupan kaum Yahudi
dan Nasrani, dimana mereka konsisten memuasai Asyuro padahal tidak
diwajibkan dalam agama mereka. Mereka hanyalah meniru Nabi Musa –
alaihi salam-, sementara perkara yang paling penting yang berkaitan
dengan pokok agama dan peribadatan kepada Allah mereka tinggalkan
yaitu mengikuti Rasulullah
11. Hari Asyuro adalah bukti bahwa kewajiban dalam syari'at tidak dapat
disebandingkan keutamaan dan kedudukannya (dengan ibadah
lainnya). Oleh karenanya, ketika Allah mensyari'atkan (mewajibkan)
ummat ini untuk berpuasa Ramadhan puasa Asyuru menjadi perkara
yang dikembalikan kepada kehendak. Karenanya Nabi _ bersabda di
dalam hadits Qudsi:
"Tidaklah seorang hamba mendekat kepadaku dengan sesuatu yang
lebih aku cintai daripada apa yang telah aku wajibkan atasnya"
[Mutafak alaih]
12. Hari Asyuro adalah bukti bahwa ibadah nawafil (sunnah) sebagiannya
lebih tinggi derajatnya dibanding sebagian yang lain. Penjelasannya:
bahwa orang yang puasa Arafah dihapus dosanya setahun sebelumnya
dan setahun setelahnya. Sedangkan puasa Asyuro hanya dihapus
dosanya setahun sebelumnya. Orang beriman senantiasa
mengupayakan yang lebih utama dan sempurna.
13. Puasa Asyuro adalah bukti akan kemudahan agama. Hal ini
sebagaiamana sabda Nabi _,
_
"Siapa berkehendak memuasainya silahkan memuasainya dan siapa
yang berkehendak meninggalkannya silahkan meninggalkannya."
[Mutafak alaih]
_@. Puasa Asyuro adalah bukti atas keagungan Allah _. Dimana Allah
memberi balasan yang besar atas amal yang sedikit. Dosa (kecil)
setahun penuh dihapuskan hanya dengan berpuasa satu hari.
_A. Puasa Asyuro adalah bukti adanya naskh (penghapusan/pergatian
hukum) dalam syari'at ummat Muhammad _ sebelum beliau wafat.
Dimana pada mulanya puasa Asyuro diwajibkan kemudian diganti
menjadi istihbab (disukai).
_B. Penetapan adanya Nask (pergantian hukum) puasa Asyuro atau
hukum yang lain adalah bukti hikmah Allah _, dimana Dia menghapus
dan menetapkan sehendak-Nya, mencipta dan memilih sekehendak-
Nya.
15. Puasa Asyuro adalah bukti bahwa rasa syukur direalisasikan dengan
perbuataan sebagaimana dilakukan juga dengan ucapan hingga pada
ummat terdahulu. Nabi Musa –alaihi salam- memuasai hari Asyuro
adalah sebagai bentuk syukurnya kepada Allah _. Inilah manhaj
(perilaku) para nabi. Sebagaimana juga yang dilakukan oleh Nabi
Dawud –alaihi salam- dan ditutup oleh Nabi Muhammad _ yang
senantiasa melakukan shalat malam. Ketika ditanya tentang shalat
malamnya beliau menjawab,
"Bukankah sudah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur."
[Mutafakun alaihi]
16. Siapa yang merenungkan hadits-hadits yang ada, jelaslah baginya
bahwa orang yang tidak memuasainya tidak diingkari. Dahulu Ibnu
Umar tidak memuasainya kecuali jika bertepatan dengan puasa yang
biasa dilakukannya. [Riwayat al-Bukhari].
17. Puasa Asyuro merupakan pendidikan bagi manusia untuk berlombalomba
dan bersaing dalam kebaikan. Setelah Nabi _ menjelaskan
keutamaan Asyura, beliau mengembalikannya kepada kehendak
pelakunya. Dengan demikian terlihatlah siapa yang berlomba memburu
kebaikan dan yang tidak.
18. Puasa Asyuro mendidik manusia akan adanya perbedaan perbuatan
(aktifitas) dengan tanpa mengingkari sebagian yang satu dengan
sebagian yang lain, selama perkaranya memang terbuka untuk
berbeda. Karenanya dahulu sebagian sahabat memuasainya dan
_
sebagian lagi tidak. Meskipun demikian tidak ada berita yang
dinukilkan bahwa mereka saling menyalahkan atau menuduh (yang
tidak melakukannya) lemah iman dan lain sebagainya.
. Puasa Asyuro adalah bukti bersegera dalam menyambut perintah
Allah dan Rasul-Nya. Diriwayatkan dalam as-Shahihain dari hadits
Salamah _, bahwa Nabi _ mengutus seorang lelaki untuk
mengumumkan kepada manusia akan masuknya hari Asyuro, bahwa
'siapa yang sedang makan boleh meneruskan atau menghentikannya
lalu berpuasa, dan siapa yang belum makan maka janganlah dia
makan.'
Seruan itu disambut oleh para sahabat. Mereka tidak lagi bertanyatanya
atau mendiskusikannya, tetapi bersegera melakukannya. Karena
itu wajib bagi seorang muslim dalam lakunya mengejawantahkan
perintah-perintah Allah.
8. Dahulu para sahabat Nabi _ mendidik anak-anak mereka yang belum
balikh untuk memuasai hari Asyuro, sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Ar-Robi' binti Ma'udz –semoga Allah meridhoinya-, dia berkata,
"Kami memuasainya demikin pula anak-akan kecil kami." [Mutafak
Alaihi].
?. Upaya para sabahat Nabi –semoga Allah meridhoi mereka semuadalam
membiasakan anak-anak kecil mereka untuk berpuasa Asyuro
adalah bukti bahwa seyogyanya syi'ar agama ditampakkan di tengah
masyarakat, sekalipun kepada mereka yang belum terbebani
melakukan kewajiban, agar terdidik untuk peduli dengan agama ini dan
pemeluknya.
@. Pendidikan yang sungguh-sungguh agar kuat bertahan dan bersabar.
Karenanya para sahabat Nabi membiasakan anak-anak kecil mereka
untuk berpuasa hingga ar-Rabi' binti Ma'udz –semoga Allah
meridhoinya- berkata, "Jika salah seorang dari anak-anak yang
berpuasa itu menangis karena lapar, kami beri dia mainan yang terbuat
dari bulu." [Mutafak alaihi]
A. Hari Asyuro menunjukkan bahwa berita yang datang dari Ahlulkitab
dapat diterima, selama tidak bertentangan dengan syari'at kita. Hal itu
ditunjukkan dari: hari Asyuro adalah hari dimana Nabi Musa (bersama
pengikutnya) diselamatkan dari tenggelam di lautan, dan itu adalah
berita ahlulkitab, meskipun Nabi _ bisa jadi diwahyukan akan
kebenaran berita itu. Pada yang demikian itu termasuk keadilan walau
dengan musuh sekalipun dan itu bukan suatu yang tersembunyi.
B. Kita lebih berhak terhadap Nabi Musa daripada Ahlulkitab yang
mendustakannya dari berbagai sisi:
_) Kita mepercayainya dan mengimaninya sekalipun belum pernah
melihatnya. Berbeda dengan kaumnya yang mendustakannya.

) Nabi Musa menyerukan tauhid (pengesaan Allah) sebagaimana yang
diseru oleh Nabi kita _. Bahkan tidak berbeda sedikitpun dari sisi
ini.
_) Kita mempersaksikan bahwa Nabi Musa telah menyampaikan agama
Allah yang menjadi tanggung jawabnya dan telah menunaikan
risalah kerasulannya.
) Kita tidak menyakitinya dengan celaan dan tuduhan. Berbeda
dengan mereka yang mengatakan bahwa Nabi Musa aadar
(berpenyakit kulit atau kelamin).
Firman Allah _:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa; Maka Allah membersihkannya
dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan." (QS.al-Ahzab:?B)
8) Kita bersaksi bahwa jika Nabi Musa hidup di masa Nabi Muhammad
_, tidak ada pilihan baginya selain mengikuti Nabi Muhammad _.
?) Kita mengimani dengan apa yang dibawa oleh Nabi Musa –alaihi
salam- dalam perkara aqidah (keyakinan) sekalipun kita belum
pernah membaca atau mengetahuinya.
@) Kita bersaksi bahwa seluruh ummat Nabi Musa yang tidak
mengikuti Nabi Muhammad _, Nabi Musa berlepas diri darinya.
A) Apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad _ dan yang dibawa oleh Nabi
Musa –alaihi salam- berasal dari sumber yang sama sebagaimana
yang dikatakan oleh An-Najasyi (raja Ethopia).
Inilah beberapa faidah dan renungan. Saya meminta kepada Allah semoga
menjadikannya bermanfaat, dan senantiasa melindungi kita, menolong
agama, al-Quran serta sunah nabi-Nya _.


Bulan Muharram: Karakteristik dan Keutamaan Bulan Sakral

Tepat pada tanggal 27 Nopember 2011, akan menjadi awal tahun Hijriyah. Penetapan penanggalan hijriyah tidak pelas dari Umar Ibn al-Khattab ra sang perintis tahun hijriyah. Semua tahu, bahwa Hijriyah identik dengan kalender islam, dan Masehi identik dengan penanggalan barat (nasrani). Terlepasa dari identitas masing-masing, ternyata jumlah bulan yang ada tidak berbeda. Al-Qur’an sebagai kitab suci sacral menginformasikan bahwa jumlah bulan di sisi-Nya itu 12 bulan sejak diciptakan langit dan bumi.

Nabi Saw, manusia paling hebat, yang diyakini sebagai utusan-Nya, juga menyampaikan, bahwa bulan dalam islam itu ada 12. Selanjutnya, masing-masing bulan itu memiliki karakteristik (keutamaan). Oleha karena itu, tidak sedikit dari masyarakat Jawa, Arab, Indonesia pada umumnya meyakini bulan-bulan tertentu sebagai bulan istimewa dan membawa berkah (hoki). Dan, tidak sedikit juga bahwa bulan-bulan tertentu itu kurang bagus, alias tidak membawa hoki (keberuntungan).

Terkait dengan pernyataan tuhan, bahwa jumlah bulan itu dua belas, Allah Swt berfirman:’’

Artinya:’’ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. (Q.S at-Taubat (9: 36).

Nabi Saw juga ikut serta menjelaskan perihal bulan-bulan tertentu, beliau Saw juga menilai, di antara dua belas bulan itu, terdapat bulan-bulan sacral (suci). Dan, bulan Muharram (al-Muharram) termasuk bulan istimewa. Seorang ulama’ besar yang bernama Ibnu Rajab al-Hambali menulis sebuah karya ilmiyah yang diberinya judul ‘’Latoifu a-Maarif’’. Beliau mengklasifikasikan bahwa fadilah dan keutamaan bulan ‘’al-Muharram” menjadi beberapa kelompok:

a) Berpuasa dan Sholat Malam. Bulan Muharram adalah bulan suci (sacral). Nabi Saw menyebutnya dengan Sahrullah (Bulan Allah). Menurut beberapa literatur sejarah, pada bulan ini Nabi Saw mengawali sebuah pejalanan panjang (Hijrah), dari Makkah menuju Madinah. Peristiwa ini disebut dengan Hijrah, yang kemudian ditetapkan sebagai penanggalan islam oleh Umar Ibn al-Khattab. Pendapat ini masih menjadi polemik, karena ada sebuah teks yang menjelaskan bahwa Nabi Saw ber-hijrah pada bulan Rabiul Awwal. Terlepas dari polemik di atas, beribadah pada bulan ini, seperti; puasa sunnah, bersedekah, sangat besar pahalanya, hampir setara dengan puasa Romadhan. Di dalam sebuah hadis yang di riwayatkan Imam al-Hakim di dalam kitab ‘’al-Mustadrok’’-nya, Nabi Saw menuturkan:

Artinya:’ Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a, di angkat dari Nabi, beliau Saw pernah ditanya:’’ sholat apakah yang paling utama setelah sholat lima waktu? dan puasa apakah yang paling utama setelah puasa bulan suci Ramadhan? Nabi Saw menjawab:’’ sebaik-baik sholat setelah sholat lima waktu ialah sholat ditenggah malam (tahajud), dan sebaik-baik puasa setelah bulan suci ramadhan ialah bulan muharram’’[1]

Tidak berlebihan jika para ulama’ memberikan apresiasi luar biasa terhadap bulan Muharram, bahkan mereka berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah, seperti puasa sunnah, sedekah, sholat malam. Dengan harapan, mereka benar-benar memperoleh berkah (kebaikan) yang sangat melimpah pada bulan ini. Kemulyaan bulan ini membuat Nabi Saw menggugah dirinya dengan menyebut ‘’ Sahru Allah’’ yang berarti bulan Allah. Di dalam literatur Arab, jika sebuah nama disandarkan pada nama Allah (al-Jalalah), yang demikian akan memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa. Seperti, Rumah Allah (Baitullah) Tamu Allah (Wafudllah), bulan Allah (Sahrullah Muharram).

Secara umum, anjuran berpuasa dan sholat malam pada bulan Muharram bersifat umum. Berarti, keistimewaan bulan Muharram itu sejak awal bulan hingga ahir bulan. Jika uamat islam mau dan mampu memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya, maka ia termasuk orang yang beruntung. Sebaliknya, jika tidak bisa memanfaatkan fadilah bulan Muharram dengan sebaik-baiknya, termasuk orang yang merugi. Al-Qur’an Q.S al-Ashr menjelaskan: Demi masa, sesungguhnya manusia itu tergolong orang sangat merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan saling menasehati pada kebaikan dan kesabaran’’.[2] Sebab, belum tentu manusia itu bisa melewati bulan Muharam berikutnya, karena manusia tidak tahu kapan ajal menjemputnya.

b. Puasa Asura’ dan al-Tasuah (sembilan). Asura’ berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘’hari ke-sepuluh’’ bulan Muharram. Para Nabi dan utusan-Nya, senantiasa membiasakan puasa pada tanggal 10-Assura’, seperti Nabi Nuh a.s, Musa a.s,. Nabi Saw pernah menuturkan:’’Hari al-Syura’ yaitu hari dimana para Nabi melakukan puasa, maka berpuasalah hari itu, dan juga kalian semua.[3] Nabi Saw ternyata telah membiasakan puasa Asura sejak di Makkah, hanya saja beliau tidak pernah memerintah atau mengajak pengikutnya berpuasa. Begitu juga penduduk Qurais di Makkah sebelum Islam. Ketika Nabi Hijrah Ke Madinah, Nabi mengajak pengikiutnya untuk berpuasa. Sedangkan, ketika ada perintah kewajiban puasa Ramadhan, Nabi tidak lagi melakukan puasa al-Syura’.

Beliau mengatakan:’’ barang siapa yang ingin berpuasa, silahkan dan barang siapa yang ingin berhenti, silahkan[4]. Puasa pada hari al-Syura’ pahalanya sama deangan menghapus dosa-dosa setahun yang telah berlalu.[5] Pada hakekatnya, Nabi ber-azam (niat) berpuasa dua hari, yaitu hari kesepuluh (al-Syura’) dan kesembilan (al-Tasua). Akan tetapi, belum sempat melakukan, beliau sudah wafat. Menurut Imam al-Nawawi, Imam al-Syafii, Ahmad, Ishak, disunnahkan berpuasa pada tanggal Sembilan dan sepuluh, sebagaimana keterangan hadis di atas.[6] Pada tanggal sepuluh, berarti sunnah fi’liyah, dan pada tanggal Sembilan termasuk sunnah kauliyah (niat).
c. Hikmah Sepuluh al-Syura’. Sepuluh al-Syura’ memiliki seribu satu kisah yang menarik, seperti diturunkanya Adam dari langit, serta taubatnya (kembalinya) Nabi Adam a.s.[7]Umar bin Abd.Aziz pernah memberikan wejangan kepada masyarakatnya agar senantiasa berdo’a kepada Allah SWT, seperti do’anya Nabi Adam (Q.S al-A’rof, 23), juga do’anya Nabi Nuh, (Q.S Hud, 48), do’a Nabi Musa (Q.S al-Qosos, 16), do’a Dzun al-Nuun (Q.S al-Anbiya’, 87).[8] Di dalam sebuah Riwayat, Nabi Adam a.s ketika diturunkan dari surga, menangis dan bertaubat sekitar 300 tahun lamanya. Konon, tangisan itu mampu menembus lagit, sehingga malaikatpun turut menangis. Air mata Adam mampu menjadikan bumi subur, dan tumbuh-lah rerumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya.[9]

Di belahan dunia islam, khususnya Indonesia. Masyarakat muslim, serta lembaga pendidikan islam menyambut satu muharram dengan beragam kegiatan, seperti: jalan sehat, lomba tartil al-Qur’an, Dzikir bersama (berjama’ah), renungan tahun baru. Tradisi ini merupkan sunnah hasanah (cara yang bagus). Sehingga, pada tahun-tahun berikutnya, cara yang demikian dapat di lestarikan dan menjadi amal sholih bagi para perintisnya.

Di sisi lain, merayakan 1 Muharram dengan beragam kegiatan positif diharapkan menjadi budaya tandingan bagi mereka yang merayakan tahun baru masehi dengan hedonis dengan menghabur-hamburkan materi (mubaddir). Alangkah baiknya, jika malam tahun baru hijiriyah digunakan do’a bersama untuk memohon kepada-Nya, agar bangsa Indonesia diberikan kekuatan, kesabaran di dalam menghadapi ujian-ujian yang bertubi-tubi. Dan, malam 1 Muharram juga menjadi kesempatan untuk ikut serta memberikan sebagian dari rejeki untuk saudara-saudara sebangsa dan setanah Air yang sedang tertimpa musibah dan bencana.

Kesabaran Muhammad

Kesabaran Muhammad Laksana Mukjizat
Sikap sabar merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan. Setiap orang membutuhkan sikap sabar. Terutama ketika menghadapi cobaan, musibah, bencana, dan hinaan yang bertubi-tubi. Adalah Rasulullah saw. menjadi teladan purna dalam sikap sabar. Pada kesempatan kali ini rubrik Khutbah Jum’at mengupas sikap sabar. Bagi para da’i dan khatib bisa menyampaikan tema ini dan meyakinkan umat akan pentingnya sikap sabar.
أما بعد فيا أيها المسلمون:
Kabar gembira bagi kita umat Islam
Kita memiliki “tiang” panutan yang tak lekang
Ketika Allah menyeru agar para da’i mengajak
Untuk taat pada Rasul mulya, maka kita jadi sebaik-baik umat
Saudaramu, Isa memanggil orang mati, lalu hidup
Kamu, telah menghidupkan generasi dari sebelumnya tak berarti
Ya Rasulullah, shalawat dan salam atasmu
Sebaik-baik utusan yang tidak ambisi, namun baik budi
أيها المسلمون:
Tema yang kita bahas pada kesempatan ini adalah salah satu sisi dari sekian banyak sisi keagungan Muhammad saw. Keagungannya membelalakkan mata. Kemulyaannya menyihir pikiran. Sisi ini mulya karena beliau orang yang mulia. Adalah benar karena beliau selalu benar. Beliau telah membangun misi yang jauh lebih kokoh dibandingkan dengan gunung. Beliau telah meletakkan prinsip-prinsip hidup secara lebih dalam dibandingkan dengan sejarah itu sendiri. Beliau membangun tembok yang tidak akan pernah terbakar oleh suara dan ejekan.
Adalah Muhammad saw., apapun yang Anda bicarakan pasti Anda akan menemukan kebesaran beliau. Mari kita kaji sisi kesabaran beliau saw.
Al Qur’an menyebut kata Shabar lebih dari sembilan puluh (90) tempat. Suatu kali Allah swt. memuji orang-orang yang sabar, pada kesempatan lain Allah memberi kabar gembira berupa pahala orang-orang yang sabar. Pada tempat yang lain Allah swt menyebut buah dari sikap sabar.
Allah swt berfirman kepada Rasul-Nya saw., (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً) “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” Al Ma’arij:5
Jika kamu mendapatkan penentangan dari unsur kebatilan dan permusuhan dari pemimpin yang dzalim, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika harta kamu sedikit, kefakiran melilit, gundah-gulana menyergap dan beban hidup menghimpit, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika jumlah sahabat kamu sedikit dan pendukung kamu bercerai-berai, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika jalan yang kamu tempuh penuh rintangan, kamu lihat dunia gelap dan penuh maksiat, maka
(فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika anak-anakmu meninggal, kerabat dan orang yang kamu cintai mendahuluimu, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Perjalanan hidup Muhammad saw. mengajarkan kepada kita bagaimana bersikap sabar yang baik. Sabar yang sebenarnya. Beliau menjadi figure bagi siapapun dalam kesabaran. Ketika beliau tinggal di Mekah, para kerabat dan orang tercinta memusuhinya. Beliau dihinakan oleh orang awam lagi tak berpengetahuan. Kerabat dekat dan khalayak umum memeranginya, namum beliau tetap sabar. Beliau sangat kekurangan, sambil menaruh batu di perutnya karena kelaparan dan kehausan. Beliau paling sabar di antara manusia.
Beliau ditinggal pergi selamanya oleh istri tercinta nan cerdas. Istri yang pandai yang ditarbiyah di keluarga kenabian. Istri yang senantiasa mendukung dan membelanya. Ia meninggal pada waktu Rasulullah saw mendapatkan banyak krisis. Ia meninggal pada fase Mekah di mana pendukung jahiliyah sedang gencar memusuhinya. Dialah Khadijah, dia menjadi orang nomor satu dalam membela suaminya. Khadijah tempat mengadu Rasul. Tempat curhat. Khadijah meyakinkan suaminya,
(كلا واللهِ لا يخزيكَ اللهُ أبدا، إنك لتصلُ الرحم، وتحملُ الكلَ، وتعينُ الملهوفَ، وتطعمُ الضيفَ، كلا واللهِ لا يخزيكَ اللهُ أبدا).
“Tidak, demi Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan kamu. Anda orang yang menyambung silaturahim. Membantu orang yang membutuhkan. Memulyakan tamu. Sekali-kali Allah tidak akan menyia-nyiakan kamu.”
Khadijah meninggal pada “Aamul Huzni” tahun duka-cita. Muhammad sabar, karena Allah swt. berfirman kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Kaum kafir Quraisy, di antara mereka ada paman dan kerabat Muhammad sedang membuat konspirasi untuk membunuhnya. Mereka mengutus lima puluh pemuda yang mewakili masing-masing kabilah untuk membunuh Muhammad. Dengan pedang terhunus kelima puluh pemuda mengepung rumah Nabi. Mengetahui rumah beliau dikepung, beliau bersabar, paling sabar dibandingkan semua manusia. Beliau keluar dari rumahnya dengan sangat hati-hati,. Atas kehendak Allah swt. para pemuda dalam kondisi ngantuk berat. Beliau sabar karena Allah menyeru kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Ketika Muhammad menabur debu di wajah-wajah mereka, mereka tertidur pulas sehingga lepaslah pedang dari tangan-tangan mereka. Rasulullah saw membacakan ayat,
(وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدّاً وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدّاً فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ)
“Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” Yasin:9
Beliau menuju gua Tsur, bersembunyi dari kejaran musuh. Musuh menyusul dan menyergap di atas gua. Mereka turun lewat sebelah kanan gua. Mereka mengelilingi gua. Mereka ingin masuk, namun tak kuasa. Abu Bakar yang menemani Muhammad bergumam, “Wahai Rasulullah, demi Allah, sekiranya salah seorang dari mereka melihat kakinya, pasti ia melihat kita.”
Rasulullah saw tersenyum. Senyuman pemimpin dunia. Senyuman panglima rabbani. Senyuman orang yang tsiqah atau yakin dengan pertolongan Allah swt. beliau bersabda,
ويقول: يا أبا بكر، ما ظنُك باثنين اللهُ ثالثُهما؟ ويقول: لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا.
“Wahai Abu Bakar, Apa kamu mengira kita hanya berdua, padahal Allah lah yang ketiganya!? Beliau menyakinkan, “Jangan bersedih, sungguh Allah bersama kita.”
Ini adalah dusturul hayah, prinsip kehidupan. Pelajari dan ajarkanlah. Ajarkanlah kepada anak-anak kalian, istri-istri kalian, orang sekeliling kalian. Ajari mereka pada setiap kesempatan dan waktu bahwa sukses itu dalam prinsip, (لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا)
Rasulullah saw keluar dari gua Tsur, sedangkan orang kafir tidak mengetahuinya kalau beliau berada di sana. Beliau keluar menuju Madinah. Kafir Quraisy tidak berhenti mencarinya, bahkan mereka tidak malu-malu membuat sayembara di muka umum, mereka menyiapkan seratus unta merah bagi yang menemukan Muhammad, hidup atau mati.
Dengan bersenjata panah dan pedang Suraqah mengejar Muhammad. Rasulullah melihat Suraqah memacu kudanya, mendekat. Dalam kondisi sangat lapar dan haus ditengah terik sahara, kondisi psikis yang tertekan, beliau meninggalkan istrinya, putri-putrinya, rumahnya, tetangganya, paman-pamannya, bibi-bibinya. Beliau hanya berdua, tanpa pengawal dan prajurit, tanpa ada penjagaan. Padahal Suraqah mengejar dengan pedang terhunus. Abu Bakar takut seraya berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah ia telah mendekati kita.”
Rasulullah saw kembali tersenyum kedua kalinya, karena ia tahu bahwa risalahnya akan senantiasa langgeng dan kafir durjana pasti akan mati. Dakwahnya pasti akan senantiasa hidup, dan pasti matilah orang-orang pendosa. Pasti prinsip-prinsip ajarannya menang mengalahkan kejahiliyahan, apapun bentuknya. Rasulullah saw. meyakinkan Abu Bakar dalam sabdanya, “Wahai Abu Bakar, kamu mengira kita ini hanya berdua, padahal Allah lah pihak ketiga.”
Suraqah kian mendekat sambil meneriaki Rasulullah saw. ketika itu kaki kuda terperosok ke dalam padang sahara, tidak bisa jalan. Kejadian itu berulang-ulang, Suraqah tidak bisa mendekat. Sampai akhirnya ia putus asa dan meminta tolong kepada Rasulullah saw. dan meminta jaminan rasa aman. Rasulullah saw memberi jaminan rasa aman kepadanya. padahal sebelumnya ia sangat berambisi membunuh beliau. Subhanallah!
Pada perang Badar al Kubra Rasulullah saw. ikut serta bersama-sama sahabat lainnya turun ke medan tempur. Pada waktu itu paceklik mendera kaum muslimin, sampai-sampai Rasulullah saw mengganjal perutnya dengan batu.
Wahai pemuja materi, wahai yang gandrung dengan pakaian dan aksesoris, wahai yang tergila-gila dengan aneka makanan, lihatlah seorang Rasul untuk semua manusia, perhatikan guru manusia; beliau kelaparan, tak menemukan sebutir kurma sekalipun, tapi beliau bersabar (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Satu persatu putrinya menginggal dunia. Putri pertama meninggal, beliau yang memandikannya, mengkafaninya, menguburkannya, dan beliau kembali dari pemakaman sambil tersenyum, karena beliau sabar,( فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Selang beberapa hari, putri beliau yang kedua menyusul yang pertama, beliau sendiri juga yang memandikan, mengkafani, menguburkan,. Begitu juga yang ketiga… beliau memandikan, mengkafani, menguburkan dan kembali dari pemakan dengan senyuman tersungging di bibirnya, karena beliau sabar, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Anak laki-laki beliau, meninggal di pangkuannya, baru berumur dua tahun. Beliau memandangi putranya dengan sepenuh kedekatan hati, air mata membasahi pipi beliau, beliau paling sabar di antara manusia. Rasulullah saw bersabda,
(تدمع العين، ويحزنُ القلب، ولا نقولُ إلا ما يرضي ربَنا، وإنا بفراقِك يا إبراهيمُ لمحزونون).
“Air mata berlinangan, hati tersayat, namun kami tidak berkata kecuali sesuai yang di ridhai Allah swt. Sungguh, kepergianmu wahai putraku Ibrahim menyisakan kesedihan banyak orang.”
Sungguh luar biasa keteguhan hatimu wahai Rasulullah, karena Allah berfirman kepadanya,
(فَاصْبِرْصَبْراً جَمِيلاً).
Beliau menyertai sahabatnya dalam perang Uhud. Para sahabat terpukul mundur. Banyak di antara kerabat dekat beliau yang meninggal sebagai syuhada’, sahabat-sahabat pilhan, tujuh puluh meninggal dunia. Jumlah yang tidak sedikit. Di antara mereka itu ada tokoh besar, Hamzah ra. Paman beliau yang senantiasa membela Nabi dengan pedangnya. Ia adalah asadullah -singa Allah- di dunia dan panglima syuhada’ di surga. Beliau melihat Hamzah meninggal dengan mengenaskan. Beliau melihat Sa’ad bin Rabi’ tubuhnya penuh luka. Beliau melihat Anas bin Nadhar dan lainnya, beliau meneteskan air mata. Air mata panas mengalir membasahi janggutnya yang mulia, namun beliau tetap tersenyum, karena Allah swt berpesan kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Pada perang Mu’tah Rasulullah saw. mengirim pasukan untuk melawan tentara Romawi, dipimpin tiga panglima perang. Ketiganya syahid dalam waktu berturut-turut. Zaid bin Haritsah, Ja’far paman beliau, yang di juluki “Ath Thayyar” atau yang lincah, dan Abdullah bin Rawahah. Beliau melihat mereka menjadi syuhada dari jarak ratusan mil. Beliau melihat keluarga mereka berada di surga. Beliau tersenyum dalam tangisan, karena Allah swt berfirman kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Pasukan sekutu, yang terdiri dari kaum munafikin, kuffar, musyrikin dan Yahudi mengepung Madinah. Rasulullah saw turun langsung menggali parit, menyingsingkan lengan, sedangkan perut beliau diganjal batu karena lapar. Dengan sepenuh kekuatan beliau memukul batu besar yang mengghalangi parit sehingga keluar kilatan api di udara, maka beliau bersabda,
هذه كنوزُ كسرى وقيصر، واللهِ لقد رأيتُ قصورَهما، وإن اللهَ سوف يفتحُها علي.
“Ini singgasana Kisra dan Kaisar. Demi Allah, sungguh aku melihat kerajaan keduanya, dan Allah akan menaklukkannya untukku.”
Orang-orang munafiq menertawakan beliau, “Bagaiman mungkin Muhammad menakklukkan Kisra dan Kaisar, padahal dia sendiri kelaparan tak berdaya.” Beliau tersenyum karena Allah swt berfirman kepadanya, ( (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً
Setelah berlalu dua puluh lima tahun, berangkatlah tentara Islam, pasukan perang dari Madinah untuk menaklukkan bumi Kisra dan Kaisar. Dengan melewati sungai yang sangat ganas dan dalam. Kenapa, karena Allah swt berbicara dengannya,
(فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Sungguh, demi Allah ini semua dalah ibrah, pelajaran yang sangat berharga, jika umat-umat ini sadar, sehingga bangsa-bangsa akan terselamatkan, adil dan damai. Namun, di mana orang yang membaca sirah perjalan hidup beliau?!.. Mana orang yang belajar dari peri kehidupan beliau?!..
Subhanallah, tiga hari empat malam beliau tidak memiliki sesuatu yang bisa dimakan. Beliau tidak memiliki sebutir kurma sekalipun, segelas susu, sepotong roti. Namun beliau ridha dengan pembagian rizki dan kenikmatan dari Allah swt. (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Beliau tidur di atas tikar, sehingga membekas dipinggangya. Beliau tidur di atas tanah karena saking panas, tidak berselimut, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Rumahnya dari tanah, jika beliau melayangkan tangannya ke atas, menyentuh atap, jika beliau berbaring, maka kepala beliau yang mullia menyentuh tembok dan kakinya mengenai tembok yang lain, karena dunia baginya tidak berarti, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Fir’aun berada di atas mimbar terbuatkan dari emas dan permadani, ia memakai sutera. Begitu juga raja Kisra, sedangkan Muhammad saw. beralaskan tanah, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Malaikat Jibril datang kepada Muhammad dengan membawa kunci-kunci kemewahan dunia dan menyerahkan kepadanya, seraya berkata, “Maukah kamu Allah memberi emas dan perak sebesar gunung?” Beliau menjawab, “Tidak, saya memilih sehari makan dan sehari lapar sampai saya berjumpa dengan Allah.”
Ketika ajal hendak menjemput beliau, dikatakan kepadanya, “Apakah kamu menghendaki dunia ? Kamu menginginkan kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman as. ? Beliau menjawab, “Tidak, justru saya ingin bersanding dengan Tuhan Yang Maha Tinggi
أقولُ ما تسمعون وأستغفرُ الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب، فاستغفروه وتوبوا إليه إنه هو الغفور الرحيم.

Assyra' 1433 H.

Renungan Seputar Hari ‘Asyura
Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga tecurah atas
Nabi pilihan, Muhammad.
Adapun selanjutnya:
Pada hari-hari ini umat Islam melewati kejadian besar yang berelevansi
(berkaitan) dengan umat terdahulu yaitu hari Asyuro. Dengan senang hati
dalam kesempatan singkat ini akan saya utarakan perkara-perkara yang
saya pandangan penting, yang saya ambil dari sunnah Nabi _ terkait hari
Asyuro ini.

_. Hari Asyuro adalah kejadian bersejarah sepanjang perjalanan ummat
manusia. Yang porosnya adalah peperangan antara keimanan dan
kekafiran. Karenanya, ummat jahiliahpun memuasainya. Hal ini
sebagaimana yang diberitakan oleh Aisyah –semoga Allah meridhoinyabahwa
bangsa Quraisy dahulu memuasai hari Asyuro di masa jahiliah."
. Hari Asyuro mengikat sebagian ahli iman dengan sebagian yang lain.
Sekalipun berbeda bangsa, bahasa dan zaman. Mulanya adalah ikatan
iman antara Nabi Musa dan orang-orang beriman yang ada
bersamanya, kemudian meluas kepada siapa saja yang menyertai
mereka dalam keimanan itu.
_. Mendidik hati-hati kaum mukminin akan kecintaan dan kegelisaahan
yang sama diantara mereka. Dengan memuasainya, manusia menjadi
ingat kejadian bersejarah yang terjadi pada saudara-saudaranya
sekeyakinan bersama Musa –alaihi salam- dahulu, bagaimana pelarian
dan penderitaan mereka akibat penyiksaan yang diperbuat ahli kufur.
. Hari Asyuro menunjukkan bahwa sebagian nabi memiliki keutamaan
yang lebih dibanding sebagian yang lain, sebagaimana yang disebutkan
di dalam riwayat:
"Aku lebih berhak (meneladani) Musa daripada kalian."
Loyalitas ini karena kesamaan keyakinan dan risalah (penugasan).
8. Puasa Asyuro menunjukkan bahwa umat ini lebih berhak terhadap
nabi-nabi dari umat terdahulu daripada kaumnya sendiri yang
mendustakan mereka. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat hadits Nabi di
dalam as Shahihain yang mengatakan:
_
"Kalian lebih berhak kepada Musa daripada mereka."
Ini adalah diantara kelebihan ummat Muhammad di sisi Allah. Mereka
nantinya akan menjadi saksi atas para nabi bahwa nabi-nabi itu telah
penyampaikan agama (yang diembankan) pada hari kiamat.
?. Hari Asyuro mendidik muslim atas persaudaraan di atas agama
semata, karena itulah Nabi _ bersabda, "Kalian lebih berhak terhadap
Musa dari pada mereka."
Yang demikian tidak lain karena ikatan agama di antara kita; jika tidak,
tentu Bani Israil lebih dekat kepada Musa –alaihi salam- dari sisi nasab
(keturunan).
@. Hari Asyuro mengingatkan penduduk bumi secara umum akan
pertolongan Allah kepada para walinya. Hal ini memperbaharui dalam
hati pencarian akan pertolongan Allah dan sebab-sebabnya disetiap
tahun.
A. Hari Asyuro mengingatkan penduduk bumi secara umum akan
kekalahan yang Allah berikan kepada musuh-musuh-Nya. Hal ini
memperbaharui dalam hati harapan dan membangkitkan optimisme.
B. Hari Asyuro adalah bukti atas beragamnya pertolongan Allah kepada
kaum muslimin. Bentuk pertolongan Allah tidak musti kekalahan
musuh (dalam perang) dan perolehan ghanimah (harta rampasan
perang). Tetapi terkadang pertolongan bentuknya kebinasaan musuh
dan menyelamatkan kaum muslimin dari keburukan musuhnya,
sebagaimana yang terjadi pada Musa –alaihi salam- dan sebagaimana
yang terjadi pada Nabi _ pada perang Khandak.
__. Hari Asyuro menekankan lagi kewajiban menyelisihi petunjuk orangorang
musyrikin, hingga dalam urusan ibadah. Penyelisihan itu
ditunjukkan dengan:
a. Ketika dikatakan kepada Nabi _: "Sesungguhnya kaum Yahudi dan
Nasrani menjadikan Asyuro sebagai hari raya!" Nabi mengatakan,
"Berpuasalah kalian pada hari itu."_
b. Nabi _ memerintahkan untuk memuasai sehari sebelumnya atau
sehari setelahnya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dalam
Musnad Ahmad, dan disitu ada pembicaraan.
__. Siapa yang merenungkan hadits-hadits hari Asyuro akan jelas
baginya bahwa asal penyelisihan kaum muslimin terhadap kaum
musyrikin adalah sesuatu yang telah menghujam pada diri para
_ Hari raya adalah hari kegembiraan yang diantaranya diisi dengan makan-makan. Dengan berpuasa berarti telah
menyelisihi ahlulkitab.
_
sahabat Nabi. Hal itu dibuktikan bahwa ketika mereka mengetahui
puasa ahlulkitab bersamaan dengan puasa mereka, serta-merta mereka
bertanya kepada Rasulullah _ dengan mengatakan: "Sesungguhnya
kaum Yahudi dan Nasrani memuasai hari ini!" Seolah mereka ingin
mengatakan: "Wahai Rasulullah, Engkau mengajarkan kami
menyelisihi kaum Yahudi dan Nasrani, sekarang mereka memuasainya,
maka bagaimana kami menyelisihinya?"
_. Hari Asyuro adalah bukti bahwa menjadikan suatu moment sebagai
perayaan adalah kebiasaan sepesial kaum Yahudi sejak dahulu.
Karenanya mereka menjadikan hari Asyuro sebagai hari raya,
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa –semoga Allah
meridoinya-, dia berkata: "Dahulu penduduk Khaibar (Yahudi)
memuasai Asyuro dan menjadikannya hari raya. Pada hari itu para
wanita mengenakan perhiasan-perhiasan dan lencana mereka." [Hadits
riwayat Muslim]
Adapun ummat ini, telah Allah tetapkan bagi mereka dua 'Id (dua hari
raya, Idul Fitri dan Idulu Adha) tanpa ada yang ketiga.
__. Hari Asyuro adalah bukti dualisme dalam kehidupan kaum Yahudi
dan Nasrani, dimana mereka konsisten memuasai Asyuro padahal tidak
diwajibkan dalam agama mereka. Mereka hanyalah meniru Nabi Musa –
alaihi salam-, sementara perkara yang paling penting yang berkaitan
dengan pokok agama dan peribadatan kepada Allah mereka tinggalkan
yaitu mengikuti Rasulullah _.
_. Hari Asyuro adalah bukti bahwa kewajiban dalam syari'at tidak dapat
disebandingkan keutamaan dan kedudukannya (dengan ibadah
lainnya). Oleh karenanya, ketika Allah mensyari'atkan (mewajibkan)
ummat ini untuk berpuasa Ramadhan puasa Asyuru menjadi perkara
yang dikembalikan kepada kehendak. Karenanya Nabi _ bersabda di
dalam hadits Qudsi:
"Tidaklah seorang hamba mendekat kepadaku dengan sesuatu yang
lebih aku cintai daripada apa yang telah aku wajibkan atasnya"
[Mutafak alaih]
_8. Hari Asyuro adalah bukti bahwa ibadah nawafil (sunnah) sebagiannya
lebih tinggi derajatnya dibanding sebagian yang lain. Penjelasannya:
bahwa orang yang puasa Arafah dihapus dosanya setahun sebelumnya
dan setahun setelahnya. Sedangkan puasa Asyuro hanya dihapus
dosanya setahun sebelumnya. Orang beriman senantiasa
mengupayakan yang lebih utama dan sempurna.
_?. Puasa Asyuro adalah bukti akan kemudahan agama. Hal ini
sebagaiamana sabda Nabi _,
_
"Siapa berkehendak memuasainya silahkan memuasainya dan siapa
yang berkehendak meninggalkannya silahkan meninggalkannya."
[Mutafak alaih]
_@. Puasa Asyuro adalah bukti atas keagungan Allah _. Dimana Allah
memberi balasan yang besar atas amal yang sedikit. Dosa (kecil)
setahun penuh dihapuskan hanya dengan berpuasa satu hari.
_A. Puasa Asyuro adalah bukti adanya naskh (penghapusan/pergatian
hukum) dalam syari'at ummat Muhammad _ sebelum beliau wafat.
Dimana pada mulanya puasa Asyuro diwajibkan kemudian diganti
menjadi istihbab (disukai).
_B. Penetapan adanya Nask (pergantian hukum) puasa Asyuro atau
hukum yang lain adalah bukti hikmah Allah _, dimana Dia menghapus
dan menetapkan sehendak-Nya, mencipta dan memilih sekehendak-
Nya.
_. Puasa Asyuro adalah bukti bahwa rasa syukur direalisasikan dengan
perbuataan sebagaimana dilakukan juga dengan ucapan hingga pada
ummat terdahulu. Nabi Musa –alaihi salam- memuasai hari Asyuro
adalah sebagai bentuk syukurnya kepada Allah _. Inilah manhaj
(perilaku) para nabi. Sebagaimana juga yang dilakukan oleh Nabi
Dawud –alaihi salam- dan ditutup oleh Nabi Muhammad _ yang
senantiasa melakukan shalat malam. Ketika ditanya tentang shalat
malamnya beliau menjawab,
"Bukankah sudah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur."
[Mutafakun alaihi]
_. Siapa yang merenungkan hadits-hadits yang ada, jelaslah baginya
bahwa orang yang tidak memuasainya tidak diingkari. Dahulu Ibnu
Umar tidak memuasainya kecuali jika bertepatan dengan puasa yang
biasa dilakukannya. [Riwayat al-Bukhari].
. Puasa Asyuro merupakan pendidikan bagi manusia untuk berlombalomba
dan bersaing dalam kebaikan. Setelah Nabi _ menjelaskan
keutamaan Asyura, beliau mengembalikannya kepada kehendak
pelakunya. Dengan demikian terlihatlah siapa yang berlomba memburu
kebaikan dan yang tidak.
_. Puasa Asyuro mendidik manusia akan adanya perbedaan perbuatan
(aktifitas) dengan tanpa mengingkari sebagian yang satu dengan
sebagian yang lain, selama perkaranya memang terbuka untuk
berbeda. Karenanya dahulu sebagian sahabat memuasainya dan
_
sebagian lagi tidak. Meskipun demikian tidak ada berita yang
dinukilkan bahwa mereka saling menyalahkan atau menuduh (yang
tidak melakukannya) lemah iman dan lain sebagainya.
. Puasa Asyuro adalah bukti bersegera dalam menyambut perintah
Allah dan Rasul-Nya. Diriwayatkan dalam as-Shahihain dari hadits
Salamah _, bahwa Nabi _ mengutus seorang lelaki untuk
mengumumkan kepada manusia akan masuknya hari Asyuro, bahwa
'siapa yang sedang makan boleh meneruskan atau menghentikannya
lalu berpuasa, dan siapa yang belum makan maka janganlah dia
makan.'
Seruan itu disambut oleh para sahabat. Mereka tidak lagi bertanyatanya
atau mendiskusikannya, tetapi bersegera melakukannya. Karena
itu wajib bagi seorang muslim dalam lakunya mengejawantahkan
perintah-perintah Allah.
8. Dahulu para sahabat Nabi _ mendidik anak-anak mereka yang belum
balikh untuk memuasai hari Asyuro, sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Ar-Robi' binti Ma'udz –semoga Allah meridhoinya-, dia berkata,
"Kami memuasainya demikin pula anak-akan kecil kami." [Mutafak
Alaihi].
?. Upaya para sabahat Nabi –semoga Allah meridhoi mereka semuadalam
membiasakan anak-anak kecil mereka untuk berpuasa Asyuro
adalah bukti bahwa seyogyanya syi'ar agama ditampakkan di tengah
masyarakat, sekalipun kepada mereka yang belum terbebani
melakukan kewajiban, agar terdidik untuk peduli dengan agama ini dan
pemeluknya.
@. Pendidikan yang sungguh-sungguh agar kuat bertahan dan bersabar.
Karenanya para sahabat Nabi membiasakan anak-anak kecil mereka
untuk berpuasa hingga ar-Rabi' binti Ma'udz –semoga Allah
meridhoinya- berkata, "Jika salah seorang dari anak-anak yang
berpuasa itu menangis karena lapar, kami beri dia mainan yang terbuat
dari bulu." [Mutafak alaihi]
A. Hari Asyuro menunjukkan bahwa berita yang datang dari Ahlulkitab
dapat diterima, selama tidak bertentangan dengan syari'at kita. Hal itu
ditunjukkan dari: hari Asyuro adalah hari dimana Nabi Musa (bersama
pengikutnya) diselamatkan dari tenggelam di lautan, dan itu adalah
berita ahlulkitab, meskipun Nabi _ bisa jadi diwahyukan akan
kebenaran berita itu. Pada yang demikian itu termasuk keadilan walau
dengan musuh sekalipun dan itu bukan suatu yang tersembunyi.
B. Kita lebih berhak terhadap Nabi Musa daripada Ahlulkitab yang
mendustakannya dari berbagai sisi:
_) Kita mepercayainya dan mengimaninya sekalipun belum pernah
melihatnya. Berbeda dengan kaumnya yang mendustakannya.

) Nabi Musa menyerukan tauhid (pengesaan Allah) sebagaimana yang
diseru oleh Nabi kita _. Bahkan tidak berbeda sedikitpun dari sisi
ini.
_) Kita mempersaksikan bahwa Nabi Musa telah menyampaikan agama
Allah yang menjadi tanggung jawabnya dan telah menunaikan
risalah kerasulannya.
) Kita tidak menyakitinya dengan celaan dan tuduhan. Berbeda
dengan mereka yang mengatakan bahwa Nabi Musa aadar
(berpenyakit kulit atau kelamin).
Firman Allah _:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa; Maka Allah membersihkannya
dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan." (QS.al-Ahzab:?B)
8) Kita bersaksi bahwa jika Nabi Musa hidup di masa Nabi Muhammad
_, tidak ada pilihan baginya selain mengikuti Nabi Muhammad _.
?) Kita mengimani dengan apa yang dibawa oleh Nabi Musa –alaihi
salam- dalam perkara aqidah (keyakinan) sekalipun kita belum
pernah membaca atau mengetahuinya.
@) Kita bersaksi bahwa seluruh ummat Nabi Musa yang tidak
mengikuti Nabi Muhammad _, Nabi Musa berlepas diri darinya.
A) Apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad _ dan yang dibawa oleh Nabi
Musa –alaihi salam- berasal dari sumber yang sama sebagaimana
yang dikatakan oleh An-Najasyi (raja Ethopia).
Inilah beberapa faidah dan renungan. Saya meminta kepada Allah semoga
menjadikannya bermanfaat, dan senantiasa melindungi kita, menolong
agama, al-Quran serta sunah nabi-Nya _.


Bulan Muharram: Karakteristik dan Keutamaan Bulan Sakral

Tepat pada tanggal 27 Nopember 2011, akan menjadi awal tahun Hijriyah. Penetapan penanggalan hijriyah tidak pelas dari Umar Ibn al-Khattab ra sang perintis tahun hijriyah. Semua tahu, bahwa Hijriyah identik dengan kalender islam, dan Masehi identik dengan penanggalan barat (nasrani). Terlepasa dari identitas masing-masing, ternyata jumlah bulan yang ada tidak berbeda. Al-Qur’an sebagai kitab suci sacral menginformasikan bahwa jumlah bulan di sisi-Nya itu 12 bulan sejak diciptakan langit dan bumi.

Nabi Saw, manusia paling hebat, yang diyakini sebagai utusan-Nya, juga menyampaikan, bahwa bulan dalam islam itu ada 12. Selanjutnya, masing-masing bulan itu memiliki karakteristik (keutamaan). Oleha karena itu, tidak sedikit dari masyarakat Jawa, Arab, Indonesia pada umumnya meyakini bulan-bulan tertentu sebagai bulan istimewa dan membawa berkah (hoki). Dan, tidak sedikit juga bahwa bulan-bulan tertentu itu kurang bagus, alias tidak membawa hoki (keberuntungan).

Terkait dengan pernyataan tuhan, bahwa jumlah bulan itu dua belas, Allah Swt berfirman:’’

Artinya:’’ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. (Q.S at-Taubat (9: 36).

Nabi Saw juga ikut serta menjelaskan perihal bulan-bulan tertentu, beliau Saw juga menilai, di antara dua belas bulan itu, terdapat bulan-bulan sacral (suci). Dan, bulan Muharram (al-Muharram) termasuk bulan istimewa. Seorang ulama’ besar yang bernama Ibnu Rajab al-Hambali menulis sebuah karya ilmiyah yang diberinya judul ‘’Latoifu a-Maarif’’. Beliau mengklasifikasikan bahwa fadilah dan keutamaan bulan ‘’al-Muharram” menjadi beberapa kelompok:

a) Berpuasa dan Sholat Malam. Bulan Muharram adalah bulan suci (sacral). Nabi Saw menyebutnya dengan Sahrullah (Bulan Allah). Menurut beberapa literatur sejarah, pada bulan ini Nabi Saw mengawali sebuah pejalanan panjang (Hijrah), dari Makkah menuju Madinah. Peristiwa ini disebut dengan Hijrah, yang kemudian ditetapkan sebagai penanggalan islam oleh Umar Ibn al-Khattab. Pendapat ini masih menjadi polemik, karena ada sebuah teks yang menjelaskan bahwa Nabi Saw ber-hijrah pada bulan Rabiul Awwal. Terlepas dari polemik di atas, beribadah pada bulan ini, seperti; puasa sunnah, bersedekah, sangat besar pahalanya, hampir setara dengan puasa Romadhan. Di dalam sebuah hadis yang di riwayatkan Imam al-Hakim di dalam kitab ‘’al-Mustadrok’’-nya, Nabi Saw menuturkan:




Artinya:’ Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a, di angkat dari Nabi, beliau Saw pernah ditanya:’’ sholat apakah yang paling utama setelah sholat lima waktu? dan puasa apakah yang paling utama setelah puasa bulan suci Ramadhan? Nabi Saw menjawab:’’ sebaik-baik sholat setelah sholat lima waktu ialah sholat ditenggah malam (tahajud), dan sebaik-baik puasa setelah bulan suci ramadhan ialah bulan muharram’’[1]

Tidak berlebihan jika para ulama’ memberikan apresiasi luar biasa terhadap bulan Muharram, bahkan mereka berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah, seperti puasa sunnah, sedekah, sholat malam. Dengan harapan, mereka benar-benar memperoleh berkah (kebaikan) yang sangat melimpah pada bulan ini. Kemulyaan bulan ini membuat Nabi Saw menggugah dirinya dengan menyebut ‘’ Sahru Allah’’ yang berarti bulan Allah. Di dalam literatur Arab, jika sebuah nama disandarkan pada nama Allah (al-Jalalah), yang demikian akan memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa. Seperti, Rumah Allah (Baitullah) Tamu Allah (Wafudllah), bulan Allah (Sahrullah Muharram).

Secara umum, anjuran berpuasa dan sholat malam pada bulan Muharram bersifat umum. Berarti, keistimewaan bulan Muharram itu sejak awal bulan hingga ahir bulan. Jika uamat islam mau dan mampu memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya, maka ia termasuk orang yang beruntung. Sebaliknya, jika tidak bisa memanfaatkan fadilah bulan Muharram dengan sebaik-baiknya, termasuk orang yang merugi. Al-Qur’an Q.S al-Ashr menjelaskan: Demi masa, sesungguhnya manusia itu tergolong orang sangat merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan saling menasehati pada kebaikan dan kesabaran’’.[2] Sebab, belum tentu manusia itu bisa melewati bulan Muharam berikutnya, karena manusia tidak tahu kapan ajal menjemputnya.


b. Puasa Asura’ dan al-Tasuah (sembilan). Asura’ berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘’hari ke-sepuluh’’ bulan Muharram. Para Nabi dan utusan-Nya, senantiasa membiasakan puasa pada tanggal 10-Assura’, seperti Nabi Nuh a.s, Musa a.s,. Nabi Saw pernah menuturkan:’’Hari al-Syura’ yaitu hari dimana para Nabi melakukan puasa, maka berpuasalah hari itu, dan juga kalian semua.[3] Nabi Saw ternyata telah membiasakan puasa Asura sejak di Makkah, hanya saja beliau tidak pernah memerintah atau mengajak pengikutnya berpuasa. Begitu juga penduduk Qurais di Makkah sebelum Islam. Ketika Nabi Hijrah Ke Madinah, Nabi mengajak pengikiutnya untuk berpuasa. Sedangkan, ketika ada perintah kewajiban puasa Ramadhan, Nabi tidak lagi melakukan puasa al-Syura’.

Beliau mengatakan:’’ barang siapa yang ingin berpuasa, silahkan dan barang siapa yang ingin berhenti, silahkan[4]. Puasa pada hari al-Syura’ pahalanya sama deangan menghapus dosa-dosa setahun yang telah berlalu.[5] Pada hakekatnya, Nabi ber-azam (niat) berpuasa dua hari, yaitu hari kesepuluh (al-Syura’) dan kesembilan (al-Tasua). Akan tetapi, belum sempat melakukan, beliau sudah wafat. Menurut Imam al-Nawawi, Imam al-Syafii, Ahmad, Ishak, disunnahkan berpuasa pada tanggal Sembilan dan sepuluh, sebagaimana keterangan hadis di atas.[6] Pada tanggal sepuluh, berarti sunnah fi’liyah, dan pada tanggal Sembilan termasuk sunnah kauliyah (niat).
c. Hikmah Sepuluh al-Syura’. Sepuluh al-Syura’ memiliki seribu satu kisah yang menarik, seperti diturunkanya Adam dari langit, serta taubatnya (kembalinya) Nabi Adam a.s.[7]Umar bin Abd.Aziz pernah memberikan wejangan kepada masyarakatnya agar senantiasa berdo’a kepada Allah SWT, seperti do’anya Nabi Adam (Q.S al-A’rof, 23), juga do’anya Nabi Nuh, (Q.S Hud, 48), do’a Nabi Musa (Q.S al-Qosos, 16), do’a Dzun al-Nuun (Q.S al-Anbiya’, 87).[8] Di dalam sebuah Riwayat, Nabi Adam a.s ketika diturunkan dari surga, menangis dan bertaubat sekitar 300 tahun lamanya. Konon, tangisan itu mampu menembus lagit, sehingga malaikatpun turut menangis. Air mata Adam mampu menjadikan bumi subur, dan tumbuh-lah rerumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya.[9]

Di belahan dunia islam, khususnya Indonesia. Masyarakat muslim, serta lembaga pendidikan islam menyambut satu muharram dengan beragam kegiatan, seperti: jalan sehat, lomba tartil al-Qur’an, Dzikir bersama (berjama’ah), renungan tahun baru. Tradisi ini merupkan sunnah hasanah (cara yang bagus). Sehingga, pada tahun-tahun berikutnya, cara yang demikian dapat di lestarikan dan menjadi amal sholih bagi para perintisnya.

Di sisi lain, merayakan 1 Muharram dengan beragam kegiatan positif diharapkan menjadi budaya tandingan bagi mereka yang merayakan tahun baru masehi dengan hedonis dengan menghabur-hamburkan materi (mubaddir). Alangkah baiknya, jika malam tahun baru hijiriyah digunakan do’a bersama untuk memohon kepada-Nya, agar bangsa Indonesia diberikan kekuatan, kesabaran di dalam menghadapi ujian-ujian yang bertubi-tubi. Dan, malam 1 Muharram juga menjadi kesempatan untuk ikut serta memberikan sebagian dari rejeki untuk saudara-saudara sebangsa dan setanah Air yang sedang tertimpa musibah dan bencana.

Muharam 1433 H.

MUHARAM

Sekarang ini kita sudah menginjak bulan Muharram 1433 Hijriah. Dalam Islam, termasuk “Asyhurul Hurum, bulan yang dimulyakan Alloh swt.) antara bulan satu dan bulan lainnya mempunyai kekhususan tertentu. Apa saja keutamaan bulan Muharram?

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Pada saat kekhalifahan Umar bin Khatthab. Oleh karena itu salah satu momentum yang sangat penting bagi umat Islam yaitu menjadikan pergantian tahun baru Islam sebagai sarana umat Islam untuk muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih baik lagi. Momentum perubahan dan perbaikan menuju kebangkitan Islam sesuai dengan jiwa hijrah Rasulullah saw dan sahabatnya dari Makkah dan Madinah.

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Allah Ta’ala berfirman yamg artimya: “Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram,” (QS. At Taubah: 36)

Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang, bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.

Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan Nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah saw menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah.

Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda: Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi saw ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah. Rasul saw berkata, “Aku lebih berhak mengikuti Musa as daripada mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa” (HR Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)

Walaupun ada kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah saw memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.

Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah saw memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para shabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).

Landasan puasa tanggal 11 Muharram didasarkan pada keumuman dalil keutamaan berpuasa pada bulan Muharram. Di samping itu sebagai bentuk kehati-hatian jika terjadi kesalahan dalam penghitungan awal Muharram.

Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu baik untuk dilakukan.

Demikian juga sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram sebagai bulan anak yatim. Menyantuni dan memelihara anak yatim adalah sesuatu yang sangat mulia dan dapat dilakukan kapan saja. Dan tidak ada landasan yang kuat mengaitkan menyayangi dan menyantuni anak yatim hanya pada bulan Muharram. Wallohu alam bi shawwab
 
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna[1604].

[1603] riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.
[1604]sebagian Mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat.


Keutamaan Bulan Muharram

Hari-hari ini kita telah memasuki bulan Muharram tahun 1433 Hijriah.Seakan tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan,bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Bagi kita, barangkali tahun baru ini tidak seberapa berkesan karena negara kita tidak mengguna kan kalender Hijriah, tetapi Masehi. Dan yang akrab dalam keseharian kita adalah hitungan kalender Masehi. Tanggal lahir, pernikahan, masuk dan libur kantor dan sebagainya. Akan tetapi sebagai seorang muslim kita perlu untuk sejenak menghayati beberapa hal yang terkait dengan penanggalan Islam ini. Beberapa hal yang seyogyanya kita jadikan renungan itu adalah :

1. Syukur atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat , keluarga, guru, atau siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama kita. Bergurau, berkomunikasi, menga jar, menasehati atau melakukan aktifitas hidup seharihari, namun tahun ini dia telah tiada. Dia telah wafat, menghadap Allah Subhanahu wa ta’ala dengan membawa amal shalehnya dan mempertanggungjawabkan amanah umur, harta kekayaan, ilmu, dan kesala hannya. Sementara kita saat ini masih diberi Allah amanah kesempat an untuk beramal, bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah. Umur yang kita hitung pada diri kita seringkali kita tetapkan berdasarkan hitungan kalender Masehi. Dan hitungan atau jumlah usia kita tentu akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan hitungan yang mengacu pada kalender hijriyah. Sementara, lepas dari masalah ajal yang akan datang menjemput sewakatu-waktu, terka dang kita menganggap usia kita yang dibanding Rasulullah saw. yang wafat pada usia 63 tahun, kita merasa masih jauh dari angka itu. Padahal bisa jadi hitungan umur kita telah lebih banyak dari yang kita tetapkan. Karena itu sangat tidak layak apabila sese orang yang masih diberi kesehatan, kelapang an rizki dan kesempatan untuk beramal lalai bersyukur pada Allah dengan mengabaikan perintah-perintahNya serta sering melanggar larangan-laranganNya.

2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar.
Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? Sudahkah tilawah al-Qur’an, sedekah dan dzikir kita menghapuskan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan? Malam-malam yang kita lewati, lebih sering kita gunakan untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan ataukah lebih banyak untuk begadang menikmati tayangan-tayangan sinetron, film dan sebagainya dari televisi? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan? Dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran seorang muslim yang beriman pada Allah dan Hari
Akhir, lebih-lebih dalam suasana pergantian tahun seperti sekarang ini. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok. Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).

Ayat ini memperingatkan kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah kita lakukan pada masa lalu agar meningkat di masa datang yang pada akhirnya menjadi bekal kita pada hari kiamat kelak.
Rasulullah saw bersabda : "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitunghitung
amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal shaleh sebagai persiapan menghadapi kematian".
Dalam sebuah atsar yang cukup mashur dari Umar bin Khaththab ra beliau berkata :
"Hitunglah amal kalian, sebelum dihitung oleh Allah"

3. Mengenang Hijrah Rasulullah saw
Sebenarnya dalam kitab Tarikh Ibnu Hisyam dinyatakan bahwa keberangkatan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah adalah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal. Jadi bukan pada tanggal 1 Muharram sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan penetapan Bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriyah adalah hasil musyawarah pada zaman Khalifah Umar bin Khatthab ra tatkala mencanangkan penanggalan Islam. Pada saat itu ada yang mengusulkan Rabiul Awal sebagai l bulan ada pula yang mengusulkan bulan Ramadhan. Namun kesepakatan yang muncul saat itu adalah bulan Muharram, dengan pertimbangan pada bulan ini telah bulat
keputusan Rasulullah saw untuk hijrah pasca peristiwa Bai’atul Aqabah, dimana
terjadi bai’at 75 orang Madinah yang siap membela dan melindungi Rasulullah
SAW, apabila beliau datang ke Madinah. Dengan adanya bai'at ini Rasulullah
pun melakukan persiapan untuk hijrah, dan baru dapat terealisasi pada bulan
Shafar, meski ancaman maut dari orang-orang Qurais senantiasa mengintai
beliau.
Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga
dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan didalamnya. Rasulullah SAW, akan keluar dari rumah sudah ditunggu orangorang yang ingin membunuhnya. Begitu selesai melewati mereka, dan harus bersembunyi dahulu di sebuah goa,masih juga dikejar, namun mereka tidak berhasil dan beliau dapat meneruskan perjalanan. Namun pengejaran tetap dilakukan, tetapi Allah menyelamatkan beliau yang ditemani Abu Bakar hingga
sampai di Madinah dengan selamat. Allah menolong hamba yang menolong agamaNya. Perjalanan dari Mekah ke Madinah yang melewati padang pasir nan tandus dan gersang beliau lakukan demi sebuah perjuangan yang menuntut sebuah pengorbanan. Namun dibalik kesulitan ada kemudahan. Begitu tiba di Madianah, dimulailah babak baru perjuangan Islam. Perjuangan demi perjuangan beliau lakukan. Menyampaikan wahyu Allah, mendidik manusia agar menjadi masyarakat yang beradab dan terkadang harus menghadapi musuh yang tidak ingin hadirnya agama baru. Tak jarang beliau turut serta ke medan perang untuk menyabung nyawa demi tegaknya agama Allah, hingga Islam tegak
sebagai agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk dunia saat itu. Lalu
sudahkah kita berbuat untuk agama kita?
4. Kalender Hijriyah adalah Kalender Ibadah kita
Barangkali kita tidak memperhatikan bahwa ibadah yang kita lakukan seringkali
berkait erat dengan penanggalan Hijriyah. Akan tetapi hari yang istimewa bagi
kebanyakan dari kita bukan hari Jum’at, melainkan hari Minggu. Karena
kalender yang kita pakai adalah Kalender Masehi. Dan sekedar mengingatkan,
hari Minggu adalah hari ibadah orang-orang Nasrani. Sementara Rasulullah saw
menyatakan bahwa hari jum’at adalah sayyidul ayyam (hari yang utama diantara
hari yang lain). Demikian pula penetapan hari raya kita, baik Idul Adha maupun
Idul Fitri pun mengacu pada hitungan kalender Hijriyah. Wukuf di Arafah yang
merupakan satu rukun dalam ibadah haji, waktunya pun berpijak pada kalender
hijriah. Begitu pula awal Puasa Ramadhan, puasa ayyamul Bidh ( tanggal
13,14,15 tiap bulan) dan sebagainya mengacu pada Penanggalan Hijriah. Untuk
itu seyogyanya bagi setiap muslim untuk menambah perhatiannya pada
Kalender Islam ini.

5. Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram
a. Bulan Haram
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk
diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana
firman Allah Ta’ala :
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan
Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan
haram." (Q.S. at Taubah :36).
Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah
menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya
terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul
Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada
tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam
penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan
berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.
Sebagaimana ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha,
yang banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam
hal ini, shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah : "Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha"
(Q.S. al Baqarah :238) Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan.
Maka kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut
bermakna pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki
tekanan khusus untuk dihindari pada bulan ini.

b. Bulan Allah
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “syahrullah”
(Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah
hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena
disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan
bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif
(pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan
sebagainya.
Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah
puasa di bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama
setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (H.R. Muslim)

c. Sunnah untuk Berpuasa
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul
'Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah
yang berarti sepuluh.
Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah saw.
kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan
kepada Allah Ta’ala. Yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro.
Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :

1.Diriwayatkan dari shahabat Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa
selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

2. shahabat Ibnu Abbas ra berkata :
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada
suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan
bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

3. shahabat Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi
berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : "Hari apa ini?. Mereka
menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan
Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini.
Rasulullah pun bersabda :
"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“
Maka beliau nerpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (H.R.
Bukhari dan Muslim)

4.Dalam riwayat lain, shahabat Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum
muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : "Ya Rasulullah ini adalah
hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda
:"Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa
pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya
meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw. bersabda :
"Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini,
berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“
Selain hadis-hadis yang menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada
ibadah khusus yang dianjurkan Rasulullah untuk dikerjakan di bulan
Muharram ini.

Bagaimana Berpuasa di bulan Asyura ? Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul
Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :
- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu
puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11)
- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak
hadits
- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua
alasan sebagai berikut :
1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak
tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang
mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)
2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh).
Adapun puasa tanggal 9 dan 10, dinyatakan jelas dalam hadis pada akhir hidup
beliau sudah merencanakan yang shahih, dimana Rasulullah untuk puasa
pada tanggal 9. hanya saja beliau meninggal sebelum melaksanakannya. Beliau
juga memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal
10 agar berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi.



Sedangkan puasa pada tanggal sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya,
meskipun pendapat ini tidak dikuatkan sebagian ulama yang lain.
Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan
anjuran Rasulullah saw untuk melakukan puasa,sekalipun itu hukumnya tidak
wajib tetapi sunnah muakkadah, dan tetunya kita berusaha untuk
menghidupkan sunnah yang telah banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.

d. Diantara Peristiwa di Bulan Muharram
Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam di
sebuah tempat cucu Rasulullah sejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein
yang bernama Karbala. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Peristiwa
Karbala”. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung Khalifah yang
sedang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin Mu’awiyah, meskipun sebenarnya
Khalifah sendiri saat itu tidak menghendaki pembunuhan tersebut.
Peristiwa tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang
mengenang atau membaca kisahnya, , dan kita tentu mencintai dan apalagi
terhadap orang yang dicintai Rasulullah memuliakannya. Namun musibah
apapun yang terjadi dan betapapun kita sangat , hal itu jangan sampai
membawa kita larut dalam mencintai keluarga Rasulullah kesedihan dan
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka dengan yang memukulmukul
diri, menangis apalagi sampai mencela shahabat Rasulullah tidak
termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau). Yang mana hal ini biasa
dilakukan suatu kelompok syi'ah yang mengaku memiliki kecintaan yang sangat
tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), pdahal kenyataanya tidak
demikian.

e. Adat Istiadat di Tanah Air
Pada awal Muharram, yang sering dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air
sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak
jarang mengarah pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda
yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi
penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini harus
dihindari oleh setiap muslim dimanapun mereka berada.
telah mengajarkan pada kita agar Rasulullah memiliki jati diri sebagai seorang
Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh
budaya atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah. Ajaran
yang dibawa Rasulullah telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk
menambah atau menguranginya.
Karena sebaik-baik pedoman adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk beliau, yang tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang kepada
keduanya dengan mengikuti pemahaman para sahabat, tabi'in dan penerus
mereka yang setia berpegang kepada sunnahnya dan meniti jalannya, adapun
hal-hal baru dalam masalah agama adalah sesat sedangkan kesesatan itu akan
menghantarkan ke neraka, wal'iyadzubillah.
Semoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah swt. Kejalan-Nya
yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunany-Nya, amin ya rabbal
'alamin.