Daftar Blog Saya

Selasa, 22 November 2011

Assyra' 1433 H.

Renungan Seputar Hari ‘Asyura
Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga tecurah atas
Nabi pilihan, Muhammad.
Adapun selanjutnya:
Pada hari-hari ini umat Islam melewati kejadian besar yang berelevansi
(berkaitan) dengan umat terdahulu yaitu hari Asyuro. Dengan senang hati
dalam kesempatan singkat ini akan saya utarakan perkara-perkara yang
saya pandangan penting, yang saya ambil dari sunnah Nabi _ terkait hari
Asyuro ini.

_. Hari Asyuro adalah kejadian bersejarah sepanjang perjalanan ummat
manusia. Yang porosnya adalah peperangan antara keimanan dan
kekafiran. Karenanya, ummat jahiliahpun memuasainya. Hal ini
sebagaimana yang diberitakan oleh Aisyah –semoga Allah meridhoinyabahwa
bangsa Quraisy dahulu memuasai hari Asyuro di masa jahiliah."
. Hari Asyuro mengikat sebagian ahli iman dengan sebagian yang lain.
Sekalipun berbeda bangsa, bahasa dan zaman. Mulanya adalah ikatan
iman antara Nabi Musa dan orang-orang beriman yang ada
bersamanya, kemudian meluas kepada siapa saja yang menyertai
mereka dalam keimanan itu.
_. Mendidik hati-hati kaum mukminin akan kecintaan dan kegelisaahan
yang sama diantara mereka. Dengan memuasainya, manusia menjadi
ingat kejadian bersejarah yang terjadi pada saudara-saudaranya
sekeyakinan bersama Musa –alaihi salam- dahulu, bagaimana pelarian
dan penderitaan mereka akibat penyiksaan yang diperbuat ahli kufur.
. Hari Asyuro menunjukkan bahwa sebagian nabi memiliki keutamaan
yang lebih dibanding sebagian yang lain, sebagaimana yang disebutkan
di dalam riwayat:
"Aku lebih berhak (meneladani) Musa daripada kalian."
Loyalitas ini karena kesamaan keyakinan dan risalah (penugasan).
8. Puasa Asyuro menunjukkan bahwa umat ini lebih berhak terhadap
nabi-nabi dari umat terdahulu daripada kaumnya sendiri yang
mendustakan mereka. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat hadits Nabi di
dalam as Shahihain yang mengatakan:
_
"Kalian lebih berhak kepada Musa daripada mereka."
Ini adalah diantara kelebihan ummat Muhammad di sisi Allah. Mereka
nantinya akan menjadi saksi atas para nabi bahwa nabi-nabi itu telah
penyampaikan agama (yang diembankan) pada hari kiamat.
?. Hari Asyuro mendidik muslim atas persaudaraan di atas agama
semata, karena itulah Nabi _ bersabda, "Kalian lebih berhak terhadap
Musa dari pada mereka."
Yang demikian tidak lain karena ikatan agama di antara kita; jika tidak,
tentu Bani Israil lebih dekat kepada Musa –alaihi salam- dari sisi nasab
(keturunan).
@. Hari Asyuro mengingatkan penduduk bumi secara umum akan
pertolongan Allah kepada para walinya. Hal ini memperbaharui dalam
hati pencarian akan pertolongan Allah dan sebab-sebabnya disetiap
tahun.
A. Hari Asyuro mengingatkan penduduk bumi secara umum akan
kekalahan yang Allah berikan kepada musuh-musuh-Nya. Hal ini
memperbaharui dalam hati harapan dan membangkitkan optimisme.
B. Hari Asyuro adalah bukti atas beragamnya pertolongan Allah kepada
kaum muslimin. Bentuk pertolongan Allah tidak musti kekalahan
musuh (dalam perang) dan perolehan ghanimah (harta rampasan
perang). Tetapi terkadang pertolongan bentuknya kebinasaan musuh
dan menyelamatkan kaum muslimin dari keburukan musuhnya,
sebagaimana yang terjadi pada Musa –alaihi salam- dan sebagaimana
yang terjadi pada Nabi _ pada perang Khandak.
__. Hari Asyuro menekankan lagi kewajiban menyelisihi petunjuk orangorang
musyrikin, hingga dalam urusan ibadah. Penyelisihan itu
ditunjukkan dengan:
a. Ketika dikatakan kepada Nabi _: "Sesungguhnya kaum Yahudi dan
Nasrani menjadikan Asyuro sebagai hari raya!" Nabi mengatakan,
"Berpuasalah kalian pada hari itu."_
b. Nabi _ memerintahkan untuk memuasai sehari sebelumnya atau
sehari setelahnya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dalam
Musnad Ahmad, dan disitu ada pembicaraan.
__. Siapa yang merenungkan hadits-hadits hari Asyuro akan jelas
baginya bahwa asal penyelisihan kaum muslimin terhadap kaum
musyrikin adalah sesuatu yang telah menghujam pada diri para
_ Hari raya adalah hari kegembiraan yang diantaranya diisi dengan makan-makan. Dengan berpuasa berarti telah
menyelisihi ahlulkitab.
_
sahabat Nabi. Hal itu dibuktikan bahwa ketika mereka mengetahui
puasa ahlulkitab bersamaan dengan puasa mereka, serta-merta mereka
bertanya kepada Rasulullah _ dengan mengatakan: "Sesungguhnya
kaum Yahudi dan Nasrani memuasai hari ini!" Seolah mereka ingin
mengatakan: "Wahai Rasulullah, Engkau mengajarkan kami
menyelisihi kaum Yahudi dan Nasrani, sekarang mereka memuasainya,
maka bagaimana kami menyelisihinya?"
_. Hari Asyuro adalah bukti bahwa menjadikan suatu moment sebagai
perayaan adalah kebiasaan sepesial kaum Yahudi sejak dahulu.
Karenanya mereka menjadikan hari Asyuro sebagai hari raya,
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa –semoga Allah
meridoinya-, dia berkata: "Dahulu penduduk Khaibar (Yahudi)
memuasai Asyuro dan menjadikannya hari raya. Pada hari itu para
wanita mengenakan perhiasan-perhiasan dan lencana mereka." [Hadits
riwayat Muslim]
Adapun ummat ini, telah Allah tetapkan bagi mereka dua 'Id (dua hari
raya, Idul Fitri dan Idulu Adha) tanpa ada yang ketiga.
__. Hari Asyuro adalah bukti dualisme dalam kehidupan kaum Yahudi
dan Nasrani, dimana mereka konsisten memuasai Asyuro padahal tidak
diwajibkan dalam agama mereka. Mereka hanyalah meniru Nabi Musa –
alaihi salam-, sementara perkara yang paling penting yang berkaitan
dengan pokok agama dan peribadatan kepada Allah mereka tinggalkan
yaitu mengikuti Rasulullah _.
_. Hari Asyuro adalah bukti bahwa kewajiban dalam syari'at tidak dapat
disebandingkan keutamaan dan kedudukannya (dengan ibadah
lainnya). Oleh karenanya, ketika Allah mensyari'atkan (mewajibkan)
ummat ini untuk berpuasa Ramadhan puasa Asyuru menjadi perkara
yang dikembalikan kepada kehendak. Karenanya Nabi _ bersabda di
dalam hadits Qudsi:
"Tidaklah seorang hamba mendekat kepadaku dengan sesuatu yang
lebih aku cintai daripada apa yang telah aku wajibkan atasnya"
[Mutafak alaih]
_8. Hari Asyuro adalah bukti bahwa ibadah nawafil (sunnah) sebagiannya
lebih tinggi derajatnya dibanding sebagian yang lain. Penjelasannya:
bahwa orang yang puasa Arafah dihapus dosanya setahun sebelumnya
dan setahun setelahnya. Sedangkan puasa Asyuro hanya dihapus
dosanya setahun sebelumnya. Orang beriman senantiasa
mengupayakan yang lebih utama dan sempurna.
_?. Puasa Asyuro adalah bukti akan kemudahan agama. Hal ini
sebagaiamana sabda Nabi _,
_
"Siapa berkehendak memuasainya silahkan memuasainya dan siapa
yang berkehendak meninggalkannya silahkan meninggalkannya."
[Mutafak alaih]
_@. Puasa Asyuro adalah bukti atas keagungan Allah _. Dimana Allah
memberi balasan yang besar atas amal yang sedikit. Dosa (kecil)
setahun penuh dihapuskan hanya dengan berpuasa satu hari.
_A. Puasa Asyuro adalah bukti adanya naskh (penghapusan/pergatian
hukum) dalam syari'at ummat Muhammad _ sebelum beliau wafat.
Dimana pada mulanya puasa Asyuro diwajibkan kemudian diganti
menjadi istihbab (disukai).
_B. Penetapan adanya Nask (pergantian hukum) puasa Asyuro atau
hukum yang lain adalah bukti hikmah Allah _, dimana Dia menghapus
dan menetapkan sehendak-Nya, mencipta dan memilih sekehendak-
Nya.
_. Puasa Asyuro adalah bukti bahwa rasa syukur direalisasikan dengan
perbuataan sebagaimana dilakukan juga dengan ucapan hingga pada
ummat terdahulu. Nabi Musa –alaihi salam- memuasai hari Asyuro
adalah sebagai bentuk syukurnya kepada Allah _. Inilah manhaj
(perilaku) para nabi. Sebagaimana juga yang dilakukan oleh Nabi
Dawud –alaihi salam- dan ditutup oleh Nabi Muhammad _ yang
senantiasa melakukan shalat malam. Ketika ditanya tentang shalat
malamnya beliau menjawab,
"Bukankah sudah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur."
[Mutafakun alaihi]
_. Siapa yang merenungkan hadits-hadits yang ada, jelaslah baginya
bahwa orang yang tidak memuasainya tidak diingkari. Dahulu Ibnu
Umar tidak memuasainya kecuali jika bertepatan dengan puasa yang
biasa dilakukannya. [Riwayat al-Bukhari].
. Puasa Asyuro merupakan pendidikan bagi manusia untuk berlombalomba
dan bersaing dalam kebaikan. Setelah Nabi _ menjelaskan
keutamaan Asyura, beliau mengembalikannya kepada kehendak
pelakunya. Dengan demikian terlihatlah siapa yang berlomba memburu
kebaikan dan yang tidak.
_. Puasa Asyuro mendidik manusia akan adanya perbedaan perbuatan
(aktifitas) dengan tanpa mengingkari sebagian yang satu dengan
sebagian yang lain, selama perkaranya memang terbuka untuk
berbeda. Karenanya dahulu sebagian sahabat memuasainya dan
_
sebagian lagi tidak. Meskipun demikian tidak ada berita yang
dinukilkan bahwa mereka saling menyalahkan atau menuduh (yang
tidak melakukannya) lemah iman dan lain sebagainya.
. Puasa Asyuro adalah bukti bersegera dalam menyambut perintah
Allah dan Rasul-Nya. Diriwayatkan dalam as-Shahihain dari hadits
Salamah _, bahwa Nabi _ mengutus seorang lelaki untuk
mengumumkan kepada manusia akan masuknya hari Asyuro, bahwa
'siapa yang sedang makan boleh meneruskan atau menghentikannya
lalu berpuasa, dan siapa yang belum makan maka janganlah dia
makan.'
Seruan itu disambut oleh para sahabat. Mereka tidak lagi bertanyatanya
atau mendiskusikannya, tetapi bersegera melakukannya. Karena
itu wajib bagi seorang muslim dalam lakunya mengejawantahkan
perintah-perintah Allah.
8. Dahulu para sahabat Nabi _ mendidik anak-anak mereka yang belum
balikh untuk memuasai hari Asyuro, sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Ar-Robi' binti Ma'udz –semoga Allah meridhoinya-, dia berkata,
"Kami memuasainya demikin pula anak-akan kecil kami." [Mutafak
Alaihi].
?. Upaya para sabahat Nabi –semoga Allah meridhoi mereka semuadalam
membiasakan anak-anak kecil mereka untuk berpuasa Asyuro
adalah bukti bahwa seyogyanya syi'ar agama ditampakkan di tengah
masyarakat, sekalipun kepada mereka yang belum terbebani
melakukan kewajiban, agar terdidik untuk peduli dengan agama ini dan
pemeluknya.
@. Pendidikan yang sungguh-sungguh agar kuat bertahan dan bersabar.
Karenanya para sahabat Nabi membiasakan anak-anak kecil mereka
untuk berpuasa hingga ar-Rabi' binti Ma'udz –semoga Allah
meridhoinya- berkata, "Jika salah seorang dari anak-anak yang
berpuasa itu menangis karena lapar, kami beri dia mainan yang terbuat
dari bulu." [Mutafak alaihi]
A. Hari Asyuro menunjukkan bahwa berita yang datang dari Ahlulkitab
dapat diterima, selama tidak bertentangan dengan syari'at kita. Hal itu
ditunjukkan dari: hari Asyuro adalah hari dimana Nabi Musa (bersama
pengikutnya) diselamatkan dari tenggelam di lautan, dan itu adalah
berita ahlulkitab, meskipun Nabi _ bisa jadi diwahyukan akan
kebenaran berita itu. Pada yang demikian itu termasuk keadilan walau
dengan musuh sekalipun dan itu bukan suatu yang tersembunyi.
B. Kita lebih berhak terhadap Nabi Musa daripada Ahlulkitab yang
mendustakannya dari berbagai sisi:
_) Kita mepercayainya dan mengimaninya sekalipun belum pernah
melihatnya. Berbeda dengan kaumnya yang mendustakannya.

) Nabi Musa menyerukan tauhid (pengesaan Allah) sebagaimana yang
diseru oleh Nabi kita _. Bahkan tidak berbeda sedikitpun dari sisi
ini.
_) Kita mempersaksikan bahwa Nabi Musa telah menyampaikan agama
Allah yang menjadi tanggung jawabnya dan telah menunaikan
risalah kerasulannya.
) Kita tidak menyakitinya dengan celaan dan tuduhan. Berbeda
dengan mereka yang mengatakan bahwa Nabi Musa aadar
(berpenyakit kulit atau kelamin).
Firman Allah _:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa; Maka Allah membersihkannya
dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan." (QS.al-Ahzab:?B)
8) Kita bersaksi bahwa jika Nabi Musa hidup di masa Nabi Muhammad
_, tidak ada pilihan baginya selain mengikuti Nabi Muhammad _.
?) Kita mengimani dengan apa yang dibawa oleh Nabi Musa –alaihi
salam- dalam perkara aqidah (keyakinan) sekalipun kita belum
pernah membaca atau mengetahuinya.
@) Kita bersaksi bahwa seluruh ummat Nabi Musa yang tidak
mengikuti Nabi Muhammad _, Nabi Musa berlepas diri darinya.
A) Apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad _ dan yang dibawa oleh Nabi
Musa –alaihi salam- berasal dari sumber yang sama sebagaimana
yang dikatakan oleh An-Najasyi (raja Ethopia).
Inilah beberapa faidah dan renungan. Saya meminta kepada Allah semoga
menjadikannya bermanfaat, dan senantiasa melindungi kita, menolong
agama, al-Quran serta sunah nabi-Nya _.


Bulan Muharram: Karakteristik dan Keutamaan Bulan Sakral

Tepat pada tanggal 27 Nopember 2011, akan menjadi awal tahun Hijriyah. Penetapan penanggalan hijriyah tidak pelas dari Umar Ibn al-Khattab ra sang perintis tahun hijriyah. Semua tahu, bahwa Hijriyah identik dengan kalender islam, dan Masehi identik dengan penanggalan barat (nasrani). Terlepasa dari identitas masing-masing, ternyata jumlah bulan yang ada tidak berbeda. Al-Qur’an sebagai kitab suci sacral menginformasikan bahwa jumlah bulan di sisi-Nya itu 12 bulan sejak diciptakan langit dan bumi.

Nabi Saw, manusia paling hebat, yang diyakini sebagai utusan-Nya, juga menyampaikan, bahwa bulan dalam islam itu ada 12. Selanjutnya, masing-masing bulan itu memiliki karakteristik (keutamaan). Oleha karena itu, tidak sedikit dari masyarakat Jawa, Arab, Indonesia pada umumnya meyakini bulan-bulan tertentu sebagai bulan istimewa dan membawa berkah (hoki). Dan, tidak sedikit juga bahwa bulan-bulan tertentu itu kurang bagus, alias tidak membawa hoki (keberuntungan).

Terkait dengan pernyataan tuhan, bahwa jumlah bulan itu dua belas, Allah Swt berfirman:’’

Artinya:’’ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. (Q.S at-Taubat (9: 36).

Nabi Saw juga ikut serta menjelaskan perihal bulan-bulan tertentu, beliau Saw juga menilai, di antara dua belas bulan itu, terdapat bulan-bulan sacral (suci). Dan, bulan Muharram (al-Muharram) termasuk bulan istimewa. Seorang ulama’ besar yang bernama Ibnu Rajab al-Hambali menulis sebuah karya ilmiyah yang diberinya judul ‘’Latoifu a-Maarif’’. Beliau mengklasifikasikan bahwa fadilah dan keutamaan bulan ‘’al-Muharram” menjadi beberapa kelompok:

a) Berpuasa dan Sholat Malam. Bulan Muharram adalah bulan suci (sacral). Nabi Saw menyebutnya dengan Sahrullah (Bulan Allah). Menurut beberapa literatur sejarah, pada bulan ini Nabi Saw mengawali sebuah pejalanan panjang (Hijrah), dari Makkah menuju Madinah. Peristiwa ini disebut dengan Hijrah, yang kemudian ditetapkan sebagai penanggalan islam oleh Umar Ibn al-Khattab. Pendapat ini masih menjadi polemik, karena ada sebuah teks yang menjelaskan bahwa Nabi Saw ber-hijrah pada bulan Rabiul Awwal. Terlepas dari polemik di atas, beribadah pada bulan ini, seperti; puasa sunnah, bersedekah, sangat besar pahalanya, hampir setara dengan puasa Romadhan. Di dalam sebuah hadis yang di riwayatkan Imam al-Hakim di dalam kitab ‘’al-Mustadrok’’-nya, Nabi Saw menuturkan:




Artinya:’ Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a, di angkat dari Nabi, beliau Saw pernah ditanya:’’ sholat apakah yang paling utama setelah sholat lima waktu? dan puasa apakah yang paling utama setelah puasa bulan suci Ramadhan? Nabi Saw menjawab:’’ sebaik-baik sholat setelah sholat lima waktu ialah sholat ditenggah malam (tahajud), dan sebaik-baik puasa setelah bulan suci ramadhan ialah bulan muharram’’[1]

Tidak berlebihan jika para ulama’ memberikan apresiasi luar biasa terhadap bulan Muharram, bahkan mereka berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah, seperti puasa sunnah, sedekah, sholat malam. Dengan harapan, mereka benar-benar memperoleh berkah (kebaikan) yang sangat melimpah pada bulan ini. Kemulyaan bulan ini membuat Nabi Saw menggugah dirinya dengan menyebut ‘’ Sahru Allah’’ yang berarti bulan Allah. Di dalam literatur Arab, jika sebuah nama disandarkan pada nama Allah (al-Jalalah), yang demikian akan memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa. Seperti, Rumah Allah (Baitullah) Tamu Allah (Wafudllah), bulan Allah (Sahrullah Muharram).

Secara umum, anjuran berpuasa dan sholat malam pada bulan Muharram bersifat umum. Berarti, keistimewaan bulan Muharram itu sejak awal bulan hingga ahir bulan. Jika uamat islam mau dan mampu memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya, maka ia termasuk orang yang beruntung. Sebaliknya, jika tidak bisa memanfaatkan fadilah bulan Muharram dengan sebaik-baiknya, termasuk orang yang merugi. Al-Qur’an Q.S al-Ashr menjelaskan: Demi masa, sesungguhnya manusia itu tergolong orang sangat merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan saling menasehati pada kebaikan dan kesabaran’’.[2] Sebab, belum tentu manusia itu bisa melewati bulan Muharam berikutnya, karena manusia tidak tahu kapan ajal menjemputnya.


b. Puasa Asura’ dan al-Tasuah (sembilan). Asura’ berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘’hari ke-sepuluh’’ bulan Muharram. Para Nabi dan utusan-Nya, senantiasa membiasakan puasa pada tanggal 10-Assura’, seperti Nabi Nuh a.s, Musa a.s,. Nabi Saw pernah menuturkan:’’Hari al-Syura’ yaitu hari dimana para Nabi melakukan puasa, maka berpuasalah hari itu, dan juga kalian semua.[3] Nabi Saw ternyata telah membiasakan puasa Asura sejak di Makkah, hanya saja beliau tidak pernah memerintah atau mengajak pengikutnya berpuasa. Begitu juga penduduk Qurais di Makkah sebelum Islam. Ketika Nabi Hijrah Ke Madinah, Nabi mengajak pengikiutnya untuk berpuasa. Sedangkan, ketika ada perintah kewajiban puasa Ramadhan, Nabi tidak lagi melakukan puasa al-Syura’.

Beliau mengatakan:’’ barang siapa yang ingin berpuasa, silahkan dan barang siapa yang ingin berhenti, silahkan[4]. Puasa pada hari al-Syura’ pahalanya sama deangan menghapus dosa-dosa setahun yang telah berlalu.[5] Pada hakekatnya, Nabi ber-azam (niat) berpuasa dua hari, yaitu hari kesepuluh (al-Syura’) dan kesembilan (al-Tasua). Akan tetapi, belum sempat melakukan, beliau sudah wafat. Menurut Imam al-Nawawi, Imam al-Syafii, Ahmad, Ishak, disunnahkan berpuasa pada tanggal Sembilan dan sepuluh, sebagaimana keterangan hadis di atas.[6] Pada tanggal sepuluh, berarti sunnah fi’liyah, dan pada tanggal Sembilan termasuk sunnah kauliyah (niat).
c. Hikmah Sepuluh al-Syura’. Sepuluh al-Syura’ memiliki seribu satu kisah yang menarik, seperti diturunkanya Adam dari langit, serta taubatnya (kembalinya) Nabi Adam a.s.[7]Umar bin Abd.Aziz pernah memberikan wejangan kepada masyarakatnya agar senantiasa berdo’a kepada Allah SWT, seperti do’anya Nabi Adam (Q.S al-A’rof, 23), juga do’anya Nabi Nuh, (Q.S Hud, 48), do’a Nabi Musa (Q.S al-Qosos, 16), do’a Dzun al-Nuun (Q.S al-Anbiya’, 87).[8] Di dalam sebuah Riwayat, Nabi Adam a.s ketika diturunkan dari surga, menangis dan bertaubat sekitar 300 tahun lamanya. Konon, tangisan itu mampu menembus lagit, sehingga malaikatpun turut menangis. Air mata Adam mampu menjadikan bumi subur, dan tumbuh-lah rerumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya.[9]

Di belahan dunia islam, khususnya Indonesia. Masyarakat muslim, serta lembaga pendidikan islam menyambut satu muharram dengan beragam kegiatan, seperti: jalan sehat, lomba tartil al-Qur’an, Dzikir bersama (berjama’ah), renungan tahun baru. Tradisi ini merupkan sunnah hasanah (cara yang bagus). Sehingga, pada tahun-tahun berikutnya, cara yang demikian dapat di lestarikan dan menjadi amal sholih bagi para perintisnya.

Di sisi lain, merayakan 1 Muharram dengan beragam kegiatan positif diharapkan menjadi budaya tandingan bagi mereka yang merayakan tahun baru masehi dengan hedonis dengan menghabur-hamburkan materi (mubaddir). Alangkah baiknya, jika malam tahun baru hijiriyah digunakan do’a bersama untuk memohon kepada-Nya, agar bangsa Indonesia diberikan kekuatan, kesabaran di dalam menghadapi ujian-ujian yang bertubi-tubi. Dan, malam 1 Muharram juga menjadi kesempatan untuk ikut serta memberikan sebagian dari rejeki untuk saudara-saudara sebangsa dan setanah Air yang sedang tertimpa musibah dan bencana.

Tidak ada komentar: