Daftar Blog Saya

Senin, 17 November 2008

Tentang Ibadah Qurban

HAKEKAT KURBAN

A. Sekarang kita berada pada bulan hajji (Dzulhijjah). Dalam bilan ini ada dua upacara keagamaan besar yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Antara lain ;
1. Ibadah Haji, yang dilaksanakan di negeri Arab Saudi di kota Makkah oleh umat Islam yang berkemampuan ke sana. Mampu disini dalam pengertian
a. Mampu fisik dan mental
b. Mampu pembiayaan, Ongkos Naik Haji/ Biaya Perjalanan Ibadah Haji (ONH/ BPIH), biaya di rumah selama ditinggal ibadah haji.
c. Mampu pengetahuan, terutama tentang agama, khususnya manasik haji

2. Ibadah shalat Idul Adha, yang dilaksanakan di negeri masing-masing yang ada umat Islamnya, Yang pada malam hari Idul Adha Bertakbir, tahhlil dan Tahmid sampai akhir hari Tasyrik.
3. Dilanjutkan menyembelih binatang kurban untuk dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

Ketiga macam ibadah tersebut adalah ibadah yang kita warisi teladannya dari Abul Millah (Bapak Syariat/ ajaran) Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam yang dilanjutkan oleh Nabi kita Muhammad SAW. hingga hari qiyamat kelak.
Pengertian Kurban ; Kurban berasal dari kata Quruba artinya dekat, qurban diartikan segala yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., baik berupa binatang sembelihan atau yang lain.
Sedangkan Udhhiyyah atau Dhahiyah atau Adh-ha adalah Udhahi, diartikan binatang yang disembelih pada suatu hari yang disebut hari Adh-ha ( Idul Adhha) dan hari-hari Tasyriq yang disebut dhahiyah.
Umur minimal bagi binatang qurban adalah sebagi berikut :
1. Kambing biasa berumur dua tahun lebih
2. Kambing domba, berumur satu tahun lebih atau sudah berganti gigi (poel= Jw.)
3. Sapi atau kerbau, berumur dua tahun keatas.
4. Onta, berumur lima tahun keatas
Seekor kambing hanya untuk satu orang, Sapi, kerbau dan onta dapat untuk qorban sebanyak tujuh orang.

Ibadah kurban ini, keutamaannya, antara lain ;
1. Sebelum darah binatang kurban menetes sampai ke bumi, Allah telah menerima pahala orang yang berkurban tersebut kepadanya. Alangkah besarnya keutamaan ibadah ini.
2. Kebajikan yang akan diperoleh (berdasarkan Hadits Nabi), Setiap satu helai rambut atau bulu setiap satu ekor kambing atau sapi atau onta, kita tak akan sanggup menghitungnya.
3. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi dari sahabat Abdullah Ibn Abbas bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda yang maksudnya kurang lebih adalah sebagai berikut : “ Tidaklah ada perbuatan anak Adam yang dilakukan pada hari kurban, yaitu tanggal 10 Dzulhujjah yang lebih disukai Allah selain daripada mengalirkan darah kurban. Sebab, binatang-binatang kurban itu kelak di hari kiamat akan didatangkan secara utuh oleh Allah beserta dengan tanduknya, kukunya dan bulunya. Dan sebelum darah kurban menetes di bumi, pahala kurban itu telah diberikan oleh Allah. Maka laksanakanlah kurban untuk membersihkan jiwa kalian. “
4. Pada hadits yang lain diriwayatkan oleh beliau berdua yakni Ibnu Majah dan Tirmidzi, Rasulullah pernah menjelaskan: “ Para shahabat bertanya, Apakah kurban-kurban ini ?, Beliau menjawab, Ini adalah sunnah Bapak kalian Ibrahim, Lantas mereka bertanya lagi; Kita dapat apa dari kurban-kurban itu ?, Jawab beliau; Dengan setiap rambut kita dapat satu kebajikan, Lalu mereka bertanya lagi; Kalau bulunya ?, Beliau kembali menjawab; Dengan setiap bulupun kita dapat satu kebajikan”.
5. Hadits yang diriwatkan oleh Thabrani, Rasulullah bersabda : “ Barang siapa berqurban dengan tulus hati dan melakukan kurbannya itu karena Allah, maka yang demikian itu adalah menjadi dinding peng halang baginya dari neraka”.

B. Di dalam ibadah qurban ini, terdapat beberapa hikmah yang dapat kita jadikan pelajaran. Di antaranya adalah :
1. Sifat-sifat kebinatangan yang sering merendahkan martabat manusia, hendaknya tidak kita perturutkan, karena binatang hanya diberi nafsu dan insting tanpa diberi akal. Manusia sebagi makhluk yang yang telah dimulyakan oleh Allah dengan kelebihan-kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain, hendaknya dapat mempertahankan martabatnya sebagi khalifatullah di bumi.

KHUTHBAH IDUL ADHA

KETUNDUKAN KEPADA ALLAH ADALAH SYARAT MUTLAK MENJADI PANUTAN YANG BAIK
(Sebuah Refleksi Dari Kisah Hidup Nabi Ibrahim)

الْحَمْدُ لله الْمَلِكِ الْعَلاَّمِ غَافِرِ الذَّنْبِ وَقاَبِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ الْعِقاَبِ ذِيْ الطَّوْلِ وَاْلإِنْعاَمِ أَنْزَلَ الْكِتاَبَ فَعَلَّمْ وَشَرَعَ فَأَحْكَمْ أَحْمَدُهُ عَلىَ جَزِيْلِ نِعَمِهِ وَأَشْكُرُهُ عَلىَ غَزِيْرِ فَضْلِهِ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ نَبِيُّ الْهُدَى وَالرَّحْمََة خَيْرُ الْبَرِيَّة وَأَفْضَلُ الْبَشَرِيَّة صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصْحِبِهِ وَمَنْ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْحَشْرِ وَالْمَعاَدِ.
أَيُهاَ النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ التَّقْوَى وَرَاقِبُوهُ فِي السِّرِّ والنَّجْوَى فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ فَقَالَ :
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد،
Kaum Muslimin hafhizhakumullahu, lantunan takbir yang dibarengi rasa syukur seperti di pagi hari ini terasa begitu indah dan nikmat, hari raya yang bahagia bagi segenap kaum muslimin di manapun mereka berada. Lantunan tahmid dan tahlil membumbung ke angkasa menembus cakrawala mengingatkan akan hakikat diri dan curahan nikmat tiada hingga, Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Laa Ilaaha Illal Laahu wallahu Akbar Allahu Akbar walillahil Hamd.
Ma’asyiral muslimin hafhizhakumullahu, Nabiyullah Ibrahim u adalah tokoh sentral yang selalu dikenang di setiap Iedul Adha dan beliau patut untuk itu dari pengorbanan yang luar biasa dalam ketundukan kepada Allah I yang berwujud pada ketaatan agung tidak tertandingi mulai dari hijrah hingga keikhlasan mengorbankan puteranya dalam peristiwa penyembelihan yang berakhir dengan syariat berkurban hingga saat ini. Beliau dipanuti karena kesempurnaannya sebagai hamba Allah I dalam segala hal, di dalam al-Qur’an surah an-Nahl (16): 120, Allah I berfirman:
{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif, dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)”.
Di samping sebagai Rasul utusan Allah I yang sempurna menjalankan tugas berat tersebut, beliau dalam kehidupan kemanusiaannyapun berhasil mendidik istri dan keturunan beliau berjalan di atas jalan Allah I. Di dalam Qs. al-Baqarah (02): 132
}وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ{
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Kaum Muslimin hafhizhakumullahu, kunci kesempurnaan Khalilullah (Kekasih Allah I) Ibrahim u dalam ketundukan kepada Rabbnya adalah rasa tsiqah (yakin) beliau kepada segala perintah-perintahNya bahwa di dalamnya pasti terkandung maslahat nampak atau tidak, saat ini atau di kemudian hari. Rasa tsiqah ini berwujud iman dan yakin yang senantiasa memenuhi relung hati, lisan dan perbuatan beliau sehingga kalimat yang keluar di saat datang perintah adalah sebagaimana firman Allah I dalam Qs. al-Baqarah (02):131,
{إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”.

Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd
Kaum Muslimin Rahimakumullah, dari sifat Nabiyullah Ibrahim u di atas setidaknya bagi kita untuk zaman seperti sekarang ini membutuhkan dua hal penting:
Rasa tsiqah (yakin) kepada ketetapan Allah I yang menghasilkan keimanan nan kuat akan segala janjiNya I berupa kebahagiaan bagi yang taat dan tunduk serta kebinasaan bagi yang membenci, menolak atau menggantinya.
Allah I berfirman dalam Qs. Muhammad (47): 9
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ 0
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ}
“Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka”.
Di dalam ayat lain Qs. Thaha (20): 75-76, Allah I berfirman:
{وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلا 0 جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى}
“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga `Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan)”.

Kaum Muslimin yang berbahagia, syariat Allah I bukanlah untuk diperdebatkan atau dipertentangkan apalagi dijadikan sebagai bahan pooling pendapat untuk disetujui atau tidak, ia adalah ketetapan yang mutlak harus diterima sebab datangnya adalah dari Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui segala-galanya, Ialah satu-satunya yang mengetahui mashlahat dan mudharat bagi umat manusia, ketetapanNya penuh keadilan, hukum-hukumNya penuh kebijakan, tidaklah Ia ditanya tentang perbuatanNya sebaliknya umat manusialah yang berhak untuk itu.
Merubah satu dari ketetapan Allah I, atau membenci apalagi sampai menolaknya dengan alasan apapun adalah bentuk-bentuk kekufuran yang pelakunya terancam murtad dari agama Islam, sebaliknya menerima hukum-hukumNya adalah syarat mutlak benarnya iman seseorang sebagaimana yang tersebut di dalam Qs. an-Nisaa (04): 65, Allah I berfirman:
{فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.
Saat ini tidak sedikit hukum Allah I yang diperdebatkan, ironisnya justru oleh orang yang kurang faham agama sehingga tidak jarang hukum-hukum tersebut ditolak hanya dengan alasan logika yang sangat pendek, sebutlah sebagai misal hukum poligami dan larangan mengucapkan selamat kepada orang kafir pada hari raya mereka yang ditentang oleh sebagian masyarakat kita dengan dalih tidak sesuai dengan keadaan zaman yang demokratis atau diskriminasi terhadap kaum wanita atau terkadang mengangkat dalil agama yang dipelintirkan tidak sesuai dengan maksud dan tujuannya diturunkan. Tidakkah orang-orang itu sadar bahwa yang mereka tentang adalah hukum Allah I bukan hukum buatan manusia ? Tidakkah lagi ada rasa takut dalam diri kita semua jika terang-terangan menolak hukumNya ? Jika Abu Bakar as-Shiddiq t saja berkata: “Langit manakah yang akan menaungiku, bumi manakah yang akan menerimaku jika aku berkata tentang al-Qur’an sesuatu yang tidak aku ketahui ?” Maka kita semua akan berkata apa melihat kelakuan sebagian umat kita seperti ini tanpa ada rasa takut kepada Allah I sedikitpun ? Kemanakah orang-orang beriman yang mengaku tunduk kepada Allah I dan senantiasa menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar ? Sadarlah wahai umat Islam dari segala musibah dan bencana yang menimpa kita selama ini bahwa ia adalah teguran Allah I akibat kelalaian dan keteledoran kita, bangkitlah dan katakan TIDAK kepada segala bentuk penentangan terhadap hukum-hukum syariat, nyata ataupun tersembunyi dengan mentakwil-takwilkannya.
{أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ}
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Qudwah Shalihah atau panutan yang baik. Kita butuh kepada siapa yang bisa mewujudkan Islam hakiki dalam kehidupan sehari-harinya sebab tabiat setiap manusia memang adalah memanuti orang lain. Ia mewarisi dari Rasulullah e dan para shahabat beliau y sunnah yang suci dan menghidupkannya dalam perilaku lurus dan bersih, perbuatannya sesuai perkataannya, tegas dalam kebenaran dan sayang kepada pengusungnya.
Kaum muslimin yang berbahagia, setiap dari kita dapat menjadi panutan jika bisa menjaga perbuatan baik dan konsisten dalam menjalankan syariat Allah I sebagai bentuk ketundukan kepadaNya. Hal ini sebagaimana firman Allah I dalam Qs. al-Furqan (25): 74
{ وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا}
“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Para mufassirin -di antaranya adalah Abdullah ibnu Abbas t- berkata: “imam” artinya pemimpin yang menjadi panutan dalam kebaikan.
Krisis panutan saat ini begitu terasa bagi kita kaum muslimin, walau di antara kita tidak sedikit yang punya ilmu tentang Islam atau yang begitu hebat berbicara tentang agama, namun yang menghidupkan Islam dalam kehidupannya dari semua yang ada tersebut masih sangat sedikit, bahkan terkadang justru para tokoh yang disebut “pakar” atau “cendekia” itulah yang membuat kebingungan di tengah umat akibat perkataan dan perbuatannya yang berbeda-beda atau bertentangan. Padahal seorang qudwah adalah dia yang bukan saja memberikan keteduhan kepada umat karena wejangan dan nasihatnya yang senantiasa membawa mashlahat tapi juga ketaatannya kepada Allah I begitu besar karena rasa takut yang terpatri di dalam dadanya. Di dalam Qs. Fathir (35): 28, Allah I berfirman:
{إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ}
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”.
Salah seorang tabi’in yaitu Said ibnu Jubair rahimahullah berkata: “rasa takut adalah yang menghalangi seseorang dari maksiat kepada Allah I”.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yang demikian itu adalah karena siapa yang pengetahuannya tentang Allah I lebih sempurna maka rasa takutnya kepada Allah I juga semakin tinggi”.
Saatnya problema panutan ini diatasi dengan mendidik diri dan keturunan kita untuk tunduk dan patuh kepada ketetapan Allah I dengan berislam yang utuh dan mendalam. Semoga Allah I menambahkan hidayahNya buat kita semua.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Kepada kaum muslimah, jagalah diri dan jangan terperdaya oleh tipu muslihat kaum syahwati. Simaklah firman Allah I sebagaimana yang terdapat dalam Qs. an-Nisa’ (04): 27
{وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلاً عَظِيمًا}
“Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).”
Allah I mengajak anda ke syurga dengan jalan yang mudah yaitu dengan menerima sepenuh hati segala ketetapanNya dalam agama ini serta melaksanakan anjuran Rasulullah e dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad ibnu Hambal dari Abdurrahman ibnu Auf t
(( إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ ))
“Jika seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga harga diri dan kemuliaan, serta taat kepada suaminya maka akan dikatakan buatnya masuklah ke dalam syurga dari pintu mana saja yang engkau mau.”
Tidak sedikit gerakan-gerakan feminis saat ini yang mengatas namakan perjuangan buat kaum wanita namun tidak diridhoi Allah I akibat penentangan mereka terhadap prinsip agama dan moral kaum muslimin, sadarlah bahwa hanya Islamlah satu-satunya sistem hidup yang memuliakan kaum wanita, jika anda mencari selain Islam maka justru kehidupan anda hanya akan menjadi bahan komoditas yang laku ketika masih segar namun dicampakkan setelah renta dan layu.
Buat para pemimpin negeri ini kami serukan untuk menjadikan syariat Allah I sebagai pedoman dalam negara sebab tiada keberuntungan ataupun kebahagiaan kecuali dengannya. Dengannya anda mengundang keridhaan Allah I Pencipta dan Penguasa alam semesta serta dengannya pula anda dapat memberikan kesejahteraan kepada umat dan masyarakat yang anda pimpin. Kami sadar bahwa memimpin negeri ini memang sulit namun dengan bantuan Allah I lalu kebersamaan kaum muslimin semua amanah dan kewajiban dapat diatasi insya Allah. Syariat Allah I adalah adil dan tidak diskriminatif dapat berlaku bagi semua umat manusia yang sadar akan eksistensi dirinya sebagai makhluk, maka tidak usah takut dan khawatir akan adanya penindasan terhadap kaum minoritas, toh dalam sejarah pun hal tersebut tidak pernah terjadi.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ketahuilah bahwa hari ini adalah hari suci, maka mari bersihkan diri kita dari segala kesyirikan dan dosa serta harta kita dengan bersedekah, juga mengikuti anjuran Allah I dan Rasulullah e untuk berkurban dengan menyembelih hewan kurban (udhiyah).
Hewan yang disembelih itu adalah berupa domba yang genap berusia 6 bulan, atau kambing yang genap setahun, atau sapi yang genap 2 tahun dengan syarat hewan kurban tersebut tidak memiliki cacat dan penyakit yang bisa berpengaruh pada daging, kwantitas maupun kwalitas (rasanya) misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku dan mulut.
Seekor sapi boleh disembelih untuk tujuh orang, adapun kambing ia hanya boleh untuk satu orang saja, kecuali berserikat dalam pahala maka dibolehkan pada semuanya tanpa batas. Sebaiknya si pemiliklah yang menyembelih hewan kurbannya, namun boleh saja diwakilkan kepada penjagal dengan syarat ia adalah seorang muslim yang menjaga shalatnya, tahu hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit ataupun daging, meskipun ia juga bisa mendapat bagian dari hewan tersebut bila ia berhak.
Bacaan sebelum menyembelih adalah:
بِسْمِ اللهِ والله أَكْبَر اللَّهُمَّ هَذَا عَنْ ...
Lalu menyebut nama yang berkurban.
Hewan yang telah disembelih dapat dibagi tiga, sepertiga buat pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada fakir miskin, meskipun bila disedekahkan semua juga boleh. Waktu penyembelihan dimulai sejak usai shalat Idul Adha hingga tiga hari tasyriq setelahnya dan dimakruhkan menyembelih di malam hari. Nilai dari hewan kurban seseorang di sisi Allah bukanlah saja dari banyaknya daging dan darah yang dikucurkan namun lebih dari itu yang sampai kepada Allah I adalah ketaqwaan dan keikhlasannya, maka luruskanlah niat kita hanya mengharap balasan dariNya semata.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Akhirnya marilah bersama menundukkan hati dan jiwa kita kepada Allah Yang Maha Perkasa, menengadahkan tangan kita kepada Dia Yang Maha Melihat, meminta dan memohon belas kasih dariNya Yang Maha Mendengar dan Memberi,
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين ،
Ya Allah, Tuhan kami, kembali di hari suci ini kami menghadapkan wajah kami kepadaMu memohon belas kasih dan ampunanMu, kami sadar akan kesalahan dan kelalaian kami, nikmat dan anugerah yang banyak dariMu belumlah kami balas dengan penghambaan yang semestinya kepadaMu, bahkan dosa dan kekeliruan tidak pernah luput dari keseharian kami, Ya Allah, Tuhan kami, namun kamipun sadar dengan segala keyakinan bahwa kasihMu tak bertepi, ampunanMu tak terbatas ampunkanlah dosa dan kesalahan kami, curahkanlah belas kasihMu kepada kami.
Ya Allah, kedua ayah ibu kami yang masih hidup ataupun yang telah kembali kepadaMu adalah orang yang pertama kali berjasa kepada kami, memperkenalkan kami kepadaMu, merawat, mendidik dan membimbing kami dengan penuh kesabaran, tak jarang airmata mereka tumpah karena ulah kami, kami mengingat NabiMu pernah bersabda bahwa siapa yang tak mampu berterima kasih kepada sesama manusia tak akan mampu bersyukur kepadaMu, Ya Allah tak ada yang mampu kami berikan kepada kedua orang tua kami kecuali seuntai doa kepadaMu untuk mengampunkan kekhilafan dan kesalahan mereka, melimpahkan kasih sayang dan rahmat kepada mereka, ampunkan mereka yang telah wafat, bimbing dan tunjuki mereka yang masih bersama kami dan jadikanlah kami orang yang mampu berbakti kepada mereka sesuai tuntunanMu, Engkaulah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Doa.
Ya Allah, di sini di hari ini kami bergembira, hati kami dipenuhi rasa suka dan cita, namun sepenggal hati kami ini pula diselimuti duka dan kesedihan bila mengingat ada sebagian saudara kami di sana tak mampu seperti kami merayakan hari ini, mereka terusir dari tanah tempat tinggal mereka, terkekang oleh tirani jahat yang tak pernah rela akan agamaMu, terintimidasi oleh kekuatan zhalim yang gemar keangkuhan dan kepongahan. Ya Allah, masukkan rasa gembira ke dalam hati saudara-saudara kami sebagaimana yang Engkau berikan kepada kami walaupun hanya setetes, sampaikan kepada mereka bahwa sukacita kami hari ini dikabungi duka nestapa mereka, Ya Allah hanya kepadaMu kami adukan besarnya kezhaliman musuh-musuhMu atas saudara-saudara kami, balaslah mereka dengan balasan setimpal, hancurkan kekuatan mereka, timpakan atas mereka apa yang telah mereka timpakan atas kami, Ya Allah Engkaulah satu – satunya Penolong dan Pelindung kami.
Ya Allah, di hari ini kami bertekad untuk tunduk dan patuh hanya kepadaMu, menekuni agamaMu dan mewarnai hidup kami dengannya, Ya Allah selamatkanlah kami semua dari segala kejahatan dan kecelakaan, janganlah Engkau timpakan atas kami musibah dari perbuatan orang-orang zhalim di antara kami, dan anugerahkanlah buat kami panutan yang baik dari kalangan kami sendiri, Ya Allah kamilah hambaMu yang sangat butuh akan belas dariMu.
Ya Allah kabulkanlah doa kami, penuhi permintaan kami ini, kamilah hambaMu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha Melihat, Engkaulah Penguasa Satu-satunya Yang Haq, Engkaulah Sebaik-baik harapan.
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ، رَبَّناَ آتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذاَبَ النَّارِ، اللَّهُمَّ رَبَّناَ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْناَ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ، سُبْحاَنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُهُ الظَّالِمُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الُْمْرسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وصَلِّ اللَّهُمَّ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .



Foto saat berdakwah di Stasiun Televisi Malang, Malang TV saat Ramadlan


STRATEGI DAKWAH
Drs. H. M. Ali Ghufron Risyam

A. Pengertian Dakwah ;
1. Dakwah adalah “ Mendorong agar memperbuat kebaikan menurut petunjuk. Menyeru mereka berbuat kebaikan dan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar mere ka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhira t”.( Syeh Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyi din, terjemah Shadijah Nasution, Usaha Penerbitan Tiga A 1970, hal 17)
2. Dakwah adalah “ Setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau media apa saja, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menta’ati Alloh SWT., sesuai dengan garis-garis Aqidah dan Syari’ah serta Akhlaq Islamiyah “ ( H.M.S. Nasaruddin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah, Penerbit Firma Dara, Jakarta, hal. 11).
3. Pada intinya, Dakwah itu mempunyai pengertian” merubah situasi kepada situasi yang lebih baik”. Dengan kata lain : “ Dakwah menjadi seluas kehidupan ”.

B. Langkah-langkah persiapan Dakwah
Yang dimaksud persiapan, adalah meliputi 3 syarat pokok
a. Kesehatan Jasmani dan rohani. Dalam keadaan sehat, bila kesehatannya terganggu be tapapun lengkapnya persiapan yang lain kesuksesannya sangat diragukan.
b. Kesiapan Ilmu, materi bahasan. Kesiapan Ilmu meliputi ;
1. Soal Penguasaan bahasa, komunikatif, alur yang disampaikan mudah dimengerti.
2. Pengetahuan pendukung (dalil Naqliyah ; Alquran, Alhadits, Kata hikmah dsb.)
c. Saat Penampilan ; Kerapian Busana, Kewajaran sikap dan gaya, Penyesuaian gerak gaya dan mimik, Menjaga keakraban dengan pendengar/ pengunjung.

C. Media Dakwah
a. Lisan; Ceramah, tabligh, khithobah/ khuthbah, pengajian, pelatihan, seminar, diskusi.
b. Tulisan; Artikel pada Koran, majalah, Brosur, Selebaran Mimbar Jum’at, buku-buku.
c. Peragaan; seperti Televisi, Sinetron, pementasan drama, gambar, spanduk, dsb.
d. Teladan; dengan memberi contoh/ petunjuk, baik secara langsung atau tidak langsung.

D. Metode Dakwah
1. Metode IMPROTU (Irtijaly) ; metode serta merta berdasarkan kebutuhan sesaat.
2. Metode MENGHAFAL ; dengan persiapan secara terperinci, menuliskannya lalu meng hafalkannya secara harfi
3. Metode NASKAH ; atau ceramah berteks, Biasanya untuk acara=acara resmi/ formal.
4. Metode EKSTEMPORAN ; metode yang sangat dianjurkan, karena caea ini adalah jalan tengah di antara metode-metode di atas.

E. Proses Penyelenggaraan Dakwah
a. Dakwah harus dilakukan dengan sadar dan sengaja
b. Dikehendaki oleh pelakunya, karena perbuatan ini mengandung maksud tertentu
c. Dakwah merupakan amal ibadah yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, sebagai mana perbuatan ibadah lainnya.
d. Media pendukung dipersiapkan secara matang, dengan memperhitungkan segenap segi dan faktor yang mempunyai pengaruh suksesnya pelaksanaan.

F. Obyek Sasaran Dakwah
a. Obyek dakwah adalah masyarakat manusia yang bermacam-macam, sifat, karakter, status sosial, pendidikan, jenis kelamin, tingkatan usia, keadaan ekonomi, etnis dsb.
b. Kapan dan dimana, kepada siapa, Untuk apa Dakwah yang disampaikan ?.

G. Tujuan Dakwah
Termasuk sasaran Srtategi Dakwah atau kebijaksanaan operasional. Karean itu pelaku Dakwah harus memiliki skop aktivitas yang dapat dikerjakan, selain harus pandai menyusun tindakan dak wah, menganalisa, evaluasi dengan tetap berpedoman pada tujuan dakwah. Singkatnya, tujuan adalah merupakan “ kompas pedoman”, yang tidak boleh diabaikan dalam proses dakwah.


Televisi Sebagai Media Dakwah


Era perkembangan teknologi telah menjamur di kalangan kita seka rang ini. Terutama teknologi informasi dengan makin banyak bermunculan stasiun-stasiun televisi swasta nasional seperti Rajawali Citra TV (RCTI), ANTV, INDOSIAR, Trans TV, Metro TV, TV One, TV 7, JTV dan besar kemungkinan masih banyak stasiun-stasiun televisi swasta baru lainnya yang akan bermunculan, terlebih TV tingkat lokal seperti Batu TV, ATV, Malang TV, Mahameru TV menuju regional. Hal ini makin melenyapkan batasan ruang maupun waktu antara komunitas satu dengan yang lain.

Masing-masing stasiun televisipun seakan berlomba mendapatkan perhatian dengan menayangkan acara-acara menarik yang menyedot perhatian penonton atau pemirsa dari segenap lapisan masyarakat, juga para sponsor acara. Dengan fenomena di atas, maka dibutuhkan suguh an acara yang menarik dan menantang serta penyejuk qalbu pencerah kehidupan yang membumi dan santai untuk dikemas dan disuguhkan kepada penonton/emirsa untuk dapat diikuti setiap hari atau setiap pekan. Untuk itu kepekaan terhadap konsumtif masyarakat yang butuh selain hiburan, pendidikan, penerangan, penyuluhan juga sentuhan penyejuk qalbu pencerah kehidupan sangat diperlukan untuk bersaing antar sesama stasiun televisi tersebut.

Oleh karena itu kami ingin turut serta dalam mengisi acara program TV yang dapat menambah wawasan mengajak dalam kebaikan dan mencegah untuk kerusakan bagi pemirsa, karena kita tahu masyarakat kita sekarang ini butuh di samping hiburan juga wawasan keagamaan yang menarik dengan tidak menggurui secara langsung, tetapi dengan sentuhan humor yang santun, informasi sebagai sosuli dari permasalahan rohaniah.
Insya Allah kami telah mimiliki persiapan dan bekal yang cukup guna merealisasikan acara tersebut bila berkenan.
Dengan keseriusan dan kajian-kajian yang matang dan membumi diselingi dengan diseling humor, sajian sejenis yang seolah bicara langsung dengan penonton atau penikmat, humor segar yang etis dan santun dengan materi yang berkompeten akan siap bersaing, maka secara langsung pada tampilan ini. Keakraban yang tidak mengurangi bobot materi sajian yang berdurasi waktu antara 10 (sepuluh) atau 30 (tiga puluh) menit, dengan diselingi “pesan sponsor” atau” pariwara” penyaji siap ikut terlibat memberikan atau mempersilahkan dan sebagainya, terserah program stasiun TV ini.

Dari pengalaman yang kami petik selama ini, kami telah pula mendapat kepercayaan selama 4 (empat bulan) mulai bulan September sampai dengan Desember 2004 yang lalu malang melintang kurang lebih 53 (lima puluh tiga) kali tayang September 2004 sd. Februari 2005 dalam acara ceramah agama “ MUTIARA KEHIDUPAN ” durasi waktu 30 menit & “ Kultum ” durasi waktu 10 menit, di TV swasta tepatnya Malang TV kota Malang ( Malang Raya).

Selain itu sudah sering mendapat kepercayaan ceramah atau pengajian umum di berbagai Instansi Pemerintah dan swasta, di Jawa Timur dan luar Jawa ( 3 kota Irian Jaya dan Denpasar Bali ).

Untuk itu kami bermaksud menyediakan diri untuk kerjasama yang ber kesinambungan atas dasar saling percaya untuk kemajuan pertelevisian dengan mengisi acara “ Mimbar Agama ” secara monologis dengan sajian yang familier dan humoris atau Nada & Dakwah pada stasiun TV yang 'Ingin bekerjasama dengan kami', Insya Allah kami bersedia.

Sponsor dan waktu acara mengikuti program yang telah diagendakan atau diprogramkan oleh stasiun yang ada.

Foto-foto saat berdakwah :

Foto saat berdakwah di Stasiun Televisi Malang, Malang TV bersama Siswa SMAI dan Madrasah Aliyah Al Maarif Singosari Malang

Saat berdakwah diSampoerna Percetakan Nusantara Pandaan-Jawa Timur

Foto saat berdakwah " Mulid Nabi SAW. "di Masjid Shalahuddin Malang


*) Drs. H. M. Ali Ghufron R.
Staf Pengajar di YP.Almaarif Singosari (SMAI & MA ) Singosari, YAPISH (SMA Shalahuddin) Malang, SMK TI,(PP. Al Ishlahiyyah) Singosari. Muballigh dan Mantan Ketua IPNU (1979-1983) , Mantan Ketua GP. Ansor Ancab. Singosari (1993-1998), Wakil Ketua GP. Ansor Kab. Malang (1995 – 1999), berkhidmat di Bagian (MWC NU) Singosari.dan Anggota LDNU Kab. Malang.

Tidak ada komentar: