Daftar Blog Saya

Selasa, 23 November 2010

Mewujudkan Perilaku Taqwa dalam

Kehidupan Sehari-hari

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً. أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَىالدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا اِلَىاللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ الْهُدىْ أَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَاالنَّاسُ اِتَّقُوْاللهَ اِلَىالْخَيْرِ قَرِيْبًا وَعَنِ الشَّرِّ بَعِيْدًا أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Sidang Jum’at Rahimakumullah

Terelebih dahulu marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT dan marilah kita saling mengingatkan bahwa Inti dan esensi dari semua pengabdian manusia terha-dap Allah Swt adalah “Ketaqwaan” kepada-Nya. Alhamdulillah pada Saat ini kita berkumpul di mesjid yang mulia ini akan melaksanakan shalat jum’at, salah satu untuk membuktikan ketaatan terhadap perintah Allah Swt yang dilandasi kesadar-an dan ketaqwaan. Rasulullah Saw telah mengingatkan umat-nya agar setiap saat selalu bertaqwa kepada Allah Swt: “ITTAQILLAHA HAITSU MAA KUNTA – Bertaqwalah engkau kepada Allah Swt dimana saja kamu berada”. Mak-sudnya bertaqwa itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu: ka-panpun, dimanapun dan dalam posisi serta keadaan apapun. Demikian pula setiap khatib dalam mengawali khutbahnya selalu mengingatkan kita semua untuk memantapkan, me-ningkatkan dan memelihara ketaqwaan ini.

Betapa pentingnya sikap dan perilaku taqwa itu sehing-ga dalam al-Qur’an lebih 260 kali kata “TAQWA” ini dise-butkan, dan salah satu diantaranya firman Allah Allah Swt dalam Surat Al- Imran ayat 102.

يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu ke-pada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan ja-nganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keada-an beragama Islam. (QS. Ali Imran, 3: 102)

Dan Firman Allah Swt dalam Al-qur’an surat Al-hujurat ayat 13 menyatakan :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara ka-mu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu”. (QS. al-Hujurat, 49: 13)

Hadirin Rahimakumullah

Ketaqwaan merupakan puncak kehidupan ruhaniah ma-nusia serta merupakan ajaran Islam yang paling esensial. Ra-tusan kata taqwa diungkapkan dalam al-Qur’an menunjukan betapa tingginya nilai kebajikan yang terkandung didalam-nya. Semua keutamaan yang dihajatkan dalam kehidupan dunia dan akhirat sudah tercakup dalam kata taqwa tadi. Be-gitu pula berbagai sifat mulia dan terpuji seperti: jujur, adil, amanah, ihsan, penyantun, pemaaf, sabar, syukur, menepati janji dan sebagainya merupakan bagian dari taqwa tadi. Se-dangkan rahmat, nikmat, barokah dan kebahagiaan semuanya merupakan buah dari ketaqwaan.

Dengan demikian taqwa ini bukan suatu penampilan luar melainkan status kedalaman diri, yang manifestasinya terpancar pada kehidupan nyata, yakni sikap dan perilaku. Taqwa menggambarkan keadaan yang pa-ling dalam dari diri manusia mengenai eksistensi hubungan langsung kepada Allah Swt serta kewajiban dan loyalitas manusia kepada-Nya.

Rasulullah Saw menegaskan

اِنَّ اللهَ لاَيَنْظُرُ اِلى صُوَرِكُمْ وَاَجْسَادِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ اِلى قُلُوْبِكُمْ وَاَعْمَالِكُمْ، اَلتَّقْوى ههُنَا، اَلتَّقْوى ههُنَا، اَلتَّقْوى ههُنَا وَيَشِيْرُ اِلى صَدْرِهِ (رواه مسلم)

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa-mu dan bangun tubuhmu tetapi Ia memandang kepada hatimu dan amal perbuatanmu. Taqwa itu di sini !, Taq-wa itu di sini !, Taqwa itu di sini !” (beliau mengisya-ratkan ke dadanya)”. (HR. Muslim)

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita simak tentang gambaran takwa yang dikemukakan ketika dialog yang terjadi antara sahabat ‘Umar bin Khaththab dengan ‘Ubay bin Ka’ab. Kata Saydina ‘Umar: “Wahai sahabatku Ubay bin Ka’ab menurut anda apa sebenarnya yang dimak-sud dengan bertaqwa itu?”.

Mendengar pertanyaan khalifah Umar tersebut dengan diplomatis Ubay bin Ka’ab menjawab: “Ya Amirul Muk-minin! Taqwa menurut pengertian Qur’an dan Sunnah seperti begini; bila anda mendaki bukit batu yang curam, licin ber-lumut tanpa pepohonan dan rerumputan yang dapat dijadikan pegangan seandainya kaki anda tergelincir jatuh kedasar jurang yang dalam, bagaimana sikap anda ketika mendaki gunung batu tadi agar tidak terjatuh lalu mati dengan badan hancur luluh ditempat itu?”.

Mendengar perkataan sahabatnya itu, Umar bin Khath-thab menjawab: “Aku sering mengalami perjalanan seperti itu, dan ketika mendaki gunung batu itu agar aku tidak ter-gelincir aku selalu berhati-hati sekali”.

Kata Ubay bin Ka’ab: “Nah, itulah yang dimaksud dengan bertaqwa, yaitu bersikap hati-hati dalam segala per-kara”. Kata beliau selanjutnya: Ada tiga hal yang harus dijaga, dipelihara dengan hati-hati sekali, yakni: Pertama, berhati-hati menjaga diri kita dari melakukan berbagai per-buatan yang menyebabkan Allah Swt menjadi murka, seperti: syirik, kafir, meninggalkan ibadah, berzina, bersumpah palsu, durhaka kepada orang tua, korupsi, dan sebagainya. Kedua, berhati-hati menjaga diri dari perbuatan yang merusak atau merugikan diri sendiri seperti: meminum khamar (sekarang termasuk narkoba), berjudi, boros, membuang-buang waktu, tidak mau bekerja (malas), tidak menuntut ilmu, tidak berbu-di, dan sebagainya. Ketiga, berhati-hati menjaga diri dari per-buatan yang merusak dan merugikan orang lain seperti: me-nipu, mencuri, merampok, memfitnah, menganiaya, berkhia-nat, mengadu domba, berdusta, mengganggu ketentraman ru-mah tangga orang lain, mencemari dan merusak lingkungan dan sebagainya.

Kata Umar bin Khaththab: “Aku mengucapkan terima kasih atas penjelasan Anda, semoga Allah Swt. selalu melim-pahkan hidayah dan taufik-Nya kepada kita agar kita ter-masuk golongan hamba-Nya yang bertaqwa tadi”.

Hadirin Rahimakumullah

Jadi orang yang taqwa itu mereka yang selalu berhati-hati dan menjaga diri dari semua perkara (kehendak, pemikir-an, perkataan, dan perbuatan) yang mengundang kemurkaan Allah Swt, merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain walaupun bagi diri sendiri membawa keuntungan.

Sikap berhati-hati dan mawas diri tadi dilakukan dalam tiga hubungan kehidupan. Pertama, hubungan kepada Allah Swt; orang yang taqwa selalu berhati-hati menjaga diri (te-kad, ucap dan lampah) dari semua perbuatan yang dimurkai oleh Allah Swt; di bidang akidah menjaga kemurnian akidah dari segala macam rawasib (kemusyrikan dan kekafiran); di bidang ibadah selalu menjaga kemurnian ibadah sesuai dengan panduan al-Qur’an dan tuntunan Sunnah Rasul Saw; di bidang ahklaq selalu menjaga diri dari pelanggaran terha-dap hudud-hudud Allah yakni ajaran Islam. Kedua, hubungan terhadap diri pribadi dimana manusia sebagai mahluk individual (nafsiah) yang bertanggung jawab atas semua per-buatannya di hadapan Allah; maka hati-hati dalam rangka taqwa itu ialah kemampuan menjaga diri dari semua pe-langgaran (baik terhadap peraturan Allah maupun peraturan manusia) yang dapat merugikan diri sendiri. Sebab semua bentuk pelanggaran sekecil apapun akan merugikan bagi yang bersangkutan. Walaupun di dunia sekarang ini bebas dan lepas dari hukum pidana dunia tapi di akhirat kelak tidak bisa lepas dari balasan Allah Swt.

Sebagaimana Firman-Nya:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهُ. وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat za-rrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula”.(QS. al-Zalzalah, 99: 7-8)

Ketiga, hubungan terhadap semua manusia sebagai makhluk sosial (ijtimaiyah); orang yang bertaqwa selalu ber-hati-hati menjaga diri dari semua perbuatan yang dapat me-rugikan (menbinasakan) orang lain walaupun bagi diri yang bersangkutan mendatangkan keuntungan. Karena itu pula ma-ka kita diwajibkan untuk amar ma’ruf nahi munkar untuk menghilangkan dan mencegah segala bentuk kemurkaan yang dapat menimbulkan malapetaka dan bencana bagi kehidupan ini. Seperti membiarkan orang munkar, melakukan pencemaran ling-kungan dan pengrusakan hutan yang akan menimbulkan ben-cana alam (longsor, banjir dan musibah lain) yang merugikan banyak pihak.

Sehingga Allah Swt mengingatkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 25:

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لاَّتُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَآصَّةً

“Dan takutlah akan fitnah yang tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang berdosa saja”. (QS. al-Anfal, 8: 25)

Hadirin Rahimakumullah

Hancur binasanya bangsa-bangsa yang terdahulu seper-ti banyak diungkapkan dalam al-Qur’an, begitu pula hancur luluh-nya tatanan sosial serta sendi-sendi moralitas kehidupan ber-masyarakat, berbangsa dan bernegara yang menimpa bangsa kita akibat krisis multidimensional yang berkepanjangan saat ini, ditambah semakin parahnya kerusakan lingkungan kehi-dupan alam diterpa berbagai bencana yang datang silih ber-ganti dan bertubi-tubi, pada dasarnya hal ini merupakan salah satu dosa yang terasa atau tidak terasa sebagian akibat dosa kolektif bangsa yang mengkufuri nikmat Allah dan menging-kari segala petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Sehingga Allah SWT. Mengingatkan, Berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-a’raf ayat 96 :

„Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahi mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi apabila mereka mendustakannya. Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya itu“

Namun semua itu insya Allah dapat diatasi, diperbaiki, dan dibangun kembali apabila seluruh komponen bangsa kita baik masyarakat maupun pemerintah mempunyai tekad dan kehendak yang sama untuk bersama-sama memperbaiki dan membangun kembali yang dilandasi dengan ketaqwaan ter-hadap Allah Swt dalam arti yang sebenar-benarnya.

Allah Swt tidak akan mengubah nasib bangsa kita apa-bila kita sendiri tidak berusaha untuk mengubahnya, memper-baiki dan membangun kembali dengan arah dan cara yang lebih baik.

Firman Allah Swt:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلىاللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Ia akan memberikan jalan keluar baginya dari berbagai persoalan yang dihadapi dan memberinya rizqi dari arah yang tidak di sangka-sangka. Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencu-kupkan segala keperluannya”. (QS. Ath Thalaq : 2-3)

Hadirin Rahimakumullah

Orang yang taqwa adalah orang yang tidak mau meng-ulangi kesalahan masa lalu. Segala kesalahan langkah masa lalu dengan segala akibatnya selalu dijadikan i’tibar (cermin dan pelajaran moral) yang berharga untuk memperbaiki diri, memperbaiki sikap dan langkah agar pengalaman pahit masa lalu itu tidak terulang kembali.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan tuntunan kepada kita untuk meningkatkan ketaqwaan sebagai landasan yang kokoh untuk membangun kembali kehidupan masyarakat dan bangsa kita yang diridhai Allah Swt, Insya Allah.

أَقُوْلُ قَوْلِ هذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلَمَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ اِلاَّ عَلى الظَّالِمِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَا بَعْدُ فَيَاعِبَادَاللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ




اَللّهُمَّ اَعِزِّ اْلاِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَيَسِّرْ مَقَاصِدَهُمْ ِلاِصْلاَحِ اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ اَللّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَالدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ.

اَللّهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا هذِهِ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً وَسَائِرُ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ الله اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَآءِ ذِىالْقُرْبى وَيَنْهى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَّلَكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ.

SYUKUR ATAS KEMERDEKAAN RI 17 AGUSTUS

17-8-2007


Hadirin kaum Muslimin Rohimakumullah,

Marilah kita saling mengingatkan untuk senantiasa takut kepada Allah SWT dalam arti takut meninggalkan perintahNya dan takut melanggar laranganNya. Disamping itu marilah kita bersyukur kepadaNya atas limpahan rahmat, nikmat dan taufiq serta hidayahNya yang telah dianugrahkan kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri panggilanNya yakni kewajiban shalat jum’at yang akan kita sama-sama laksanakan pada saat ini.

Hadirin sidang jum’ah rohimakumullah,

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa hari ini bangsa Indonesia telah melaksanakan peringatan hari kemerdekaan yang ke 62, dimana kita selaku bangsa Indonesia dengan mengenang peristiwa tanggal 17 Agustus tahun 1945 yang telah silam, kita kan terkenang kembali atas pengorbanan para pendahulu kita dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Republik Indonesia yang tercinta ini. Oleh karena itu kita selaku generasi penerus marilah kita senantiasa ingat atas jasa mereka dan berdo’a kepada para syuhada agar mendapat tempat yang layak dihadapan Allah SWT dan semoga para pemimpin kita diberikan petunjuk serta kekuatan lahir dan batin sehingga mampu meneruskan dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diwariskan kepada kita semua.

Untuk memperoleh kemerdekaan pada saat itu tidak mudah dan bukan pemberian dari pihak manapun, tetapi di dapat atas hasil perjuangan dan pengorbanan para pendahulu kita sehingga banyak pengorbanan yang mereka telah korbankan, baik jiwa, tetesan darah maupun harta benda yang tidak bisa kita bayangkan dan tidak ternilai, ini adalah semata-mata merupakan anugrah dari Allah SWT yang harus kita syukuri, kita pertahankan dan kita isi dengan pembangunan baik mental maupun sepiritual sehingga para pejuang yang telah gugur mendahului kita, khususnya yang beragama islam akan mendapat kiriman hadiah melalui do’a yang kita panjatkan kepada Allah SWT, dimana perjuangannya adalah merupakan amal jariyah yang terus mengalir pahalanya selama kita pergunakan, kita isi kemerdekaan ini untuk amal-amal yang baik.

Hadirin kaum Muslimin rohimakumullah,

Dalam memperjuangkan agama maupun kemerdekaan negara, itu semuanya tidak lepas dari petunjuk dan pertolongan Allah SWT, sebagaimana firmanNya dalam Al-Qur’an :


“Dan orang-orang yang berjuang didalam membela agama kami, pasti kami akan memberikan petunjuk kepada mereka sebagai jalan dari kami dan sesungguhnya Allah adalah selalu menyertai orang-orang yang baik”

Ayat tersebut kalau kita simpulkan bahwa orang yang mau memperjuangkan agama Allah dengan Ikhlas, niscaya akan diberikan petunjuk dan pertolongan Allah SWT, sehingga apa yang dihadapinya tidak ada yang memberatkannya.

Hadirin sidang jum’ah rohimakumullah,

Dalam rangka mensyukuri nikmat dan mengisi kemerdekaan ini, Sekarang, bentuk perjuangan dan pengorbanan apakah yang kita lakukan dalam menghadapi situasi dan kondisi zaman yang sedang kita jalani dan alami pada saat situasi seperti ini, seyogyanya kita sama-sama mengkaji kembali apa arti dan makna perjuangan dan pengorbanan bagi masing-masing pribadi dan keluarga kita.

Pengorbanan apakah yang telah kita lakukan demi terwujudnya cita-cita hidup kita sebagai hamba Allah yang Mu’min dan Muslim. Islam menuntut bukti perjuangan dan pengorbanan dari setiap pengikutnya.

Kita di hadapkan kepada sebuah cermin kehidupan tentang makna perjuangan dan pengorbanan yang mempunyai tugas menegakkan Amar ma’ruf Nahi Munkar. Untuk itu kepada sesama Muslim kita di wajibkan saling mengingatkan, baik antar individu maupun masyarakat juga para pemimpinnya. Kalau ternyata berbagai bentuk kebatilan dan kemunkaran terus merajalela, kiranya kita perlu bercermin diri, sudah sejauh manakah perjuangan dan pengorbanan kita untuk menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar selama ini ? sudah maksimal, atau justru tidak peduli. Sementara kita melihat kebatilan dan kemunkaran masih bermunculan di mana-mana, nyatalah bagi kita, bahwa merubah kemunkaran ditengah masyarakat memerlukan perjuangan yang berat dan menuntut pengorbanan yang lebih besar pula.

Karena itu, sudah menjadi kewajiban ummat Islam untuk memiliki kesadaran yang tinggi untuk menegakkan Amar Ma’ruf, minimal jagalah dan lindungilah keluarga masing-masing jauh dari perbuatan Nahi Munkar, sebab tidak ada seorangpun dan satu bangsapun di dunia ini yang sempurna, masing-masing kita harus siap untuk saling menasehati, berani mengkritik dan siap di kritik, guna mewujudkan kembali tatanan hidup yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan SunnahNya, apabila semuanya mempunyai kesadaran berjalan di atas rel yang sebenarnya sesuai aturan dan ketentuan agama, Insya’Allah semuanya akan mendapat Ridho dari Allah SWT dan mendapat ampunanNya.

Akhirnya, mudah-mudahan kita semua mendapat petunjuk dan Bimbingan Allah SWT., sehingga kita senantiasa ber upaya untuk berjuang dan berkorban di segala bidang, baik dalam kehidupan ber agama, bekerja, ber masyarakat, berbangsa dan bernegara, dan semoga semua amal ibadah dan pengorbanan kita dapat membersihkan diri kita dari sifat-sifat yang tercela dan dapat membentuk diri kita menjadi pribadi yang Taqwa dan ber Akhlaq yang Mulia. Amin yaa robbal alamin.




Nishfu Sya’ban dan mengisi lembaran baru (31-8-2007)















Hadirin kaum Muslimin Rohimakumullah,

Marilah kita saling mengingatkan untuk bertaqwa kepada Allah SWT dengan taqwa yang sebenar-benarnya, baik dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, dalam arti melaksanakan segala apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi dari segala apa yang dilarang-Nya. Solawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW serta keluarganya, para sohabatnya juga semua ummatnya sampai akhir zaman.

Hadirin kaum Muslimin Rohimakumullah,

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa beberapa hari yang lalu telah kita lewati malam Nisfhu Sya’ban, dimana pada malam itu menurut keterangan ada beberapa momentum penting yang perlu kita imani, diantaranya dilaporkannya buku catatan amalan manusia selama satu tahun kebelakang, yang diserahkan oleh para malaikat pencatat amal (yaitu Rokib dan Atid) kepada Allah SWT., sebagaimana Rosulullah SAW bersabda :

“Dan malam Nisfhu Sya’ban adalah bulan diangkatnya catatan semua amal mahluk kepada Allah seru sekalian alam.”

Hadirin kaum Muslimin Rohimakumullah

Dengan lewatnya malam Nisfhu Sya’ban berarti kita menginjak/membuka lembaran buku catatan baru, atau dengan masuknya lembaran baru hendaknya kita sambut dengan kesyukuran terhadap Allah Swt. karena kita masih diberi kesempatan untuk melak-sanakan tugas kehidupan yang diamanahkan Allah Swt.

Tidak ada kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi se-tiap insan yang beriman kecuali menjalani kehidupan dunia ini dengan memperbanyak ibadah dan amal shaleh sebagai mana dinyatakan Rasulullah Saw: “Sebaik-baik manusia ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya”.

Mensyukuri nikmat umur dan kehidupan itu adalah menjalani kehidupan ini sesuai dengan kehendak Penciptanya yakni beribadah dan menghambakan diri kepada-Nya.

Firman Allah Swt:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ (الذاريات : 56)

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah supaya beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat, 51: 56)

Beribadah, adalah melaksanakan tugas hidup sesuai dengan kehendak Allah Swt. yang dijalani berdasarkan pe-tunjuk Kitabullah (al-Qur’an) dan tuntunan Sunnah Rasu-lullah Saw (al-Hadits). Selanjutnya melaksanakan ajaran Islam secara sempurna dan kafah dalam kehidupan sehari-hari merupakan wujud pengabdian terhadap Allah Swt. sekaligus sebagai ma-nifestasi kesyukuran atas segala karunia dan nikmat-Nya.

Untuk melaksanakan fungsi dan misi kemanusiaan kita baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah-Nya dalam ber-ibadah, ada tiga macam tugas besar kehidupan yang harus menjadi perhatian kita, yakni:

Pertama; Mensyukuri atau memanfaatkan semua karu-nia Allah Swt. sebagai sarana beribadah kepada-Nya untuk mempersiapkan kehidupan akhirat yang baik di sisi-Nya dengan tidak melupakan nasib kita di dunia ini.

Dengan kata lain kita harus membangun kehidupan du-nia yang hasanah yang berkesinambungan dengan kehidupan akhirat yang hasanah pula.

Kedua; Memperbanyak berbuat kebajikan terhadap semua manu-sia atau memperbanyak amal shaleh dengan apa saja yang kita miliki seperti; harta, tenaga, pemikiran, perkataan, sikap dan perbuatan yang baik.

Ketiga; Memelihara diri, keluarga dan masyarakat kita dari kehendak, pemikiran, perkataan dan perbuatan yang da-pat menimbulkan kerusakan (mafsadat) baik kerusakan nilai kemanusiaan dan lingkungan sosial maupun rusaknya ling-kungan secara fisik.

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Selain yang tadi dalam rangka mengisi lembaran baru yang di-iringi dengan rasa syukur, hen-daknya kita bertafakur. Karena masuknya lembaran baru itu umur kita semakin lanjut, daya semakin melemah dan fisik semakin keropos. Jumlah usia bertambah bilangannya, na-mun masa hidup semakin berkurang jatahnya, saat ajal atau kematian semakin dekat.

Mengingat itu, setiap terjadi perubahan waktu hendak-nya kita melakukan muhasabah, menghitung diri untuk mem-buat neraca untung rugi kehidupan masa lalu. Itu dilakukan agar dapat memanfaatkan sisa usia ini dengan sebaik-baiknya sehingga bisa meraih akhir kehidup-an yang Husnul Khoti-mah, yaitu posisi yang baik di akhir hayat.

Marilah kita manfaatkan sisa-sisa usia ini untuk meningkatkan kualitas ibadah dan amal shaleh kita. Se-gala kekurangan dan kesalahan masa lalu mari kita sempur-nakan dan kita perbaiki agar kebaikan dan kebahagiaan yang kita dambakan dapat kita raih.

Sekalipun kita sebagai manusia, kita tidak diberikan ke-mampuan untuk meramalkan kehidupan masa depan secara pasti, namun Allah Swt. memberi pedoman dan panduan ke-pada kita agar mempersiapkan masa depan kehidupan yang dihadapi dengan cerdas dan cermat sebagaimana Allah SWT mengingatkan melalui firmanNya dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr, ayat 18 :

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu masing-masing memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (hari akhirat). Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Hadirin kaum muslimin Rahimakumullah

Dengan ketaqwaan kepada Allah Swt. insya-allah kita dapat men-jalani tugas-tugas kehidupan baik tugas pengabdian maupun tugas ke-khalifahan dengan sebaik-baiknya, benar dan tepat. Dan dengan ketaqwaan pula kita dapat meraih sukses keber-untungan dan kebahagiaan, terhindar dari kerugian dan pe-nyesalan, serta terbebas dari kecelakaan hidup di dunia dan akhirat.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah kita berserah diri, memohon inayah, hidayah dan ampunan-Nya sehingga dengan harapan dapat selamat di dunia dan akhirat.




21-09-2007

PUASA MERUPAKAN MEDIA PELATIHAN










Hadirin kaum Musilim Rohimakumullah.

Dalam suasana bulan romadhon yang penuh berkah ini, marilah kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dengan meningkatkan aktivitas ibadah baik wajib maupun sunnatnya, dan menjauhkan diri dari segala larangan-Nya.

Hadirin Rohimakumullah,

Romadhon adalah bulan limpahan karunia Allah SWT, karena bulan ini adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an, bulan ini adalah bulan terjadinya peristiwa Lailatul Qadar yakni ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan dan di bulan ini juga merupakan bulan dimana pintu maghfirah (ampunan) dibuka selebar-lebarnya serta segenap amal kebajikan dilipatgandakan pahalanya. Mengingat betapa mulianya bulan ini, maka alangkah bahagianya jika pada momentum Ramadhan ini kita dapat bersama-sama meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita serta mengisinya dengan segala kebajikan, karena bulan ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lain,

Sidang Jum'at yang dimuliakan Allah SWT

Dari seluruh keistimewaan Ramadhan, yang paling penting bagi kehidupan umat manusia terutama bagi orang Mu’min dituntut kewajiban untuk melaksanakan puasa sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Albaqarah 2: 183)

Puasa merupakan salah satu ibadah yang termasuk dalam rukun Islam, sehingga hukumnya wajib untuk dilaksanakan bagi seorang muslim yang mu’min sesuai aturan dan ketentuan yang tersirat dalam al-qur’an dan sunnah rosul.

Dalam konteks ini, puasa sebenarnya selain hukumnya wajib juga dalam pelaksanaannya dapat dijadikan latihan dan uji kesadaran akan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, Dzat yang mengetahui dan mengawasi segenap tingkah laku manusia, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Jika seseorang yang berpuasa betul-betul dilaksanakan berdasarkan motivasi keimanan dan dapat menjaga tindak tanduknya selama berpuasa maka ia akan mendapatkan pencerahan ruhani dan dikembalikan kepada fitrahnya sebagai manusia, makhluk yang mulai tanpa bercak noda dan dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Bulan ramadhan, bulan dimana Allah telah mewajibkan kamu sekalian berpuasa dan aku sunnahkan kamu untuk melaksanakan sholat malam. Barangsiapa puasa Ramadhan dan sholat malam dengan dasar iman dan ihtisab, dia telah keluar dari dosa-dosanya sebagaimana ketika hari dia dilahirkan oleh ibunya."

Hadirin kaum Musilim Rohimakumullah

Melaksanakan ibadah puasa bukanlah sesuatu yang mudah karena membutuhkan latihan fisik dan psikologis. Namun perlu juga disadari bahwa tidak ada sebuah keuntungan besar yang didapatkan dengan upaya yang ala kadarnya. Sebaliknya setiap keuntungan besar hampir dapat dipastikan merupakan buah dari kerja keras dengan dukungan modal yang besar pula.

Demikian juga dengan puasa Ramadhan. Di bulan ini, fisik kita dilatih menahan lapar dan haus agar kita juga peka terhadap penderitaan orang-orang miskin. Kita juga ditekankan untuk mengeluarkan infak dan sedekah dari kelebihan harta yang kita miliki. Kesemuanya itu pada dasarnya adalah sebuah pendidikan keimanan agar kita dapat merenung eksistensi diri kita sebagai manusia dan hamba Allah. Lebih jauh lagi agar kita memahami tugas kita sebagai umat Islam yang tidak hanya bertanggungjawab kepada diri kita sendiri akan tetapi juga memiliki tanggung jawab atas umat Islam yang lainnya.

Ibadah seperti memberi infak dan shodaqah kepada orang-orang yang miskin dan yang membutuhkan merupakan ibadah yang sangat penting, bukan saja di bulan Ramadhan namun seharusnya juga selalu dilakukan di luar bulan Ramadhan. Karena memperhatikan dan memabantu orang lain yang membutuhkan pertolongan dapat mengasah kepekaan kita serta mempererat tali silaturrahmi dan solidaritas sesama umat Islam. Dalam beberapa kesempatan kesempatan Rasulullah SAW bersabda: "Muslim satu dengan yang lainnya seperti sebuah bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lainnya; Tidak sempurna iman salah satu dari kalian hingga ia mampu mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri; Allah senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya."

Di samping itu, puasa juga merupakan benteng yang menggiring manusia untuk berfikir sehat dan menekan hawa nafsunya.

Berfikir sehat, pengendalian emosi serta menahan amarah dan hawa nafsu ini merupakan hal yang sangat penting dalam puasa. Karena sebagai seorang yang sedang berpuasa maka ia harus dapat memlihara seluruh panca inderanya untuk tidak melakukan larangan Allah, terutama tidak melakukan hal-hal yang dapat menyakiti atau merugikan orang lain, apalagi merampas harta orang lain.

Sahabat Jabir bin Abdullah pernah berkata: "Apabila engkau sedang berpuasa, hendaklah puasa juga pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa. Jauhkanlah menyakiti orang lain. Hendaklah engkau berlaku terhormat dan tenang di hari ketika engkau berpuasa. Janganlah engkau samakan hari ketika engkau tidak puasa dengan hari ketika engkau berpuasa."

Dengan demikian, momentum bulan Ramadhan ini, sudah sepatutnya bagi kita semua untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas iman dan ketakwaan kita serta mengisi bulan Ramadhan dengan segenap hal yang berguna, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Dan semoga kita semua diberikan kekuatan lahir dan batin untuk bisa melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya, dengan harapan agar kita dapat mencapai predikat orang yang bertakwa, yang manifestasinya terpancar pada kehidupan nyata, yakni sikap dan perilaku taqwa dapat tergambarkan sesuai dengan keadaan yang pa-ling dalam pada diri manusia sehingga eksistensi ibadah kepada Allah Swt serta melaksanakan segala kewajiban dan loyalitas manusia kepada-Nya senantiasa ditingkatkan.

Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah Swt tidak pernah bersikap netral. Ia selalu berpihak terhadap mereka yang telah berhasil mengamalkan dan mengembangkan nilai-nilai taqwa dan nilai-nilai kebajikan.

Sesuai dengan Firman-Nya Surat An-Nahl ayat 128

اِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَالَّذِيْنَ هُمْ مُحْسِنُوْنَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang ber-taqwa dan orang-orang yang memperbuat kebajikan”. (QS. an-Nahl, 16: 128)




CIRI DAN HASIL DARI TAQWA ( 12-10-2007 )










Hadirin kaum Muslimin Rohimakumullah,

Marilah kita saling mengingatkan untuk bertaqwa kepada Allah SWT dengan taqwa yang sebenar-benarnya, baik dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, dalam arti melaksanakan segala apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi dari segala apa yang dilarang-Nya. Solawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW serta keluarganya, para sohabatnya juga semua ummatnya sampai akhir zaman.

Hadirin kaum Muslimin Rohimakumullah,

Pada hari ini kita sudah menginjak dipenghujung hari terakhir hari ke 30 bulan Romadhon, berarti kita sampai saat ini sudah 30 hari melaksanakan kewajiban ibadah saum atau puasa sebagaimana yang diserukan oleh Allah SWT kepada orang mukmin dengan tujuan agar menjadi orang yang bertaqwa, sudah barang tentu hari demi hari sejak hari pertama sampai saat ini selama menjalani ibadah puasa banyak ujian dan godaan, terutama yang paling berat adalah melawan hawa nafsu dengan berbagai godaan yang dirasakan, tetapi kita harus selalu optimis selama kita menjalani berbagai amaliyah ibadah di bulan Romadhon yang didorong dengan niat ikhlas dan Lillahita’ala, insya’allah Allah SWT akan menerima ibadah kita dan do’a-do’a yang kita panjatkan, sehingga dengan harapan dapat meraih predikat orang yang bertaqwa.

Selanjutnya Indikasi apa sehingga orang itu dikatakan orang yang bertaqwa …? perlu kita ingat kembali firman Allah SWT yang tersirat dalam surat Al-Imran ayat 133-135 yang menyatakan beberapa ciri orang yang bertaqwa diantaranya :

1. Gemar menginfaqkan harta bendanya di jalan Allah, baik dalam waktu keadaan sempit maupun lapang.

2. Mampu menahan diri dari sifat marah.

3. Selalu memaafkan orang lain yang telah membuat salah kepadanya (artinya tidak pendendam).

4. Tatkala terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau mendzalimi diri sendiri, ia segera ingat kepada Allah, lalu bertaubat dan beristighfar, memohon ampun kepadaNya atas dosa yang telah dilakukan.

5. Tidak meneruskan perbuatan keji itu lagi, dengan kesadaran dan sepengetahuan dirinya.

Hadirin kaum Muslimin Rohimakumullah,

Betapa pentingnya nilai TAQWA, hingga merupakan bekal yang terbaik dalam menjalani kehidupan di dunia, dan betapa tinggi derajat TAQWA, hingga manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antara mereka. Dan banyak sekali buah yang akan dipetik, hasil yang akan diperoleh dan nikmat yang akan diraih oleh orang yang bertaqwa di antaranya adalah:

1. Ia akan memperoleh Al-Furqon, yaitu kemampuan untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, halal dan haram, antara yang sunnah dengan bid’ah. Serta kesalahan-kesalahannya dihapus, dan dosa-dosanya diampuni. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 29 :

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal: 29)

2. Selanjutnya orang yang bertaqwa itu akan memperoleh jalan keluar dari segala macam problema yang dihadapinya, diberi rizki tanpa diduga dan dimudahkan semua urusannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat At-Thalaq ayat 2-4 :




“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. At-Thalaq: 2-3)
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. At-Thalaq: 4)

3. Amalan-amalan baiknya diterima oleh Allah SWT hingga menjadi berat timbangan kebaikannya di hari kiamat kelak, mudah peng-hisabannya dan ia menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kanan.

ada salah satu contoh kisah dalam Al-Qur’an yang diterangkan dalam Surat Al-Maidah ayat 27 intinya orang yang bertaqwa tidak takut dari segala ancaman, tabah dari segala cobaan dan godaan serta tangguh dalam menghadapi segala ujian, cerita ini kisah kedua putra Nabi Adam AS yaitu Habil dan Qabil, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka yang diterima dari salah seorang diantara mereka berdua yaitu Habil dan yang tidak diterima yaitu Qabil, sehingga Qabil berkata kepada Habil “Aku pasti membunuhmu” Berkatalah Habil (kepada saudaranya Qobil):

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Maidah: 27)

4. Dan kepada orang yang bertaqwa Allah SWT akan memasukkan ke dalam Surga, kekal di dalamnya serta hidup dalam keridloanNya.

Sebagaimana janji Allah SWT firman-Nya dalam Alqur’an Surat Ali-Imran ayat 15 :





Katakanlah “inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu ? “ Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya.
Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridloan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya. (QS. Ali Imran: 15)

Hadirin kaum Muslimin Rohimakumullah,

Jadi dengan TAQWA kepada Allah SWT. kemuliaan hidup dapat dicapai, kebaikan dunia dapat diperoleh dan kebaikan akhirat dengan segala kenikmatannya insya’Allah dapat dirasakan diakhir hayat nanti.

Akhirnya kita berdo’a dan bersenandung harapan, semoga Allah SWT menerima segala amaliyah ibadah kita selama dibulan romadhon, dengan harapan, tujuan yang hendak kita capai dapat kita raih dengan menyandang predikat orang yang bertaqwa, diampuni dari segala dosa, sehingga kita selaku manusia yang tidak terlepas dari suatu kesalahan, kehilafan, akan kembali pada fitrahnya semula tanpa ada noda dan dosa serta besok hari kita sambut Hari Raya Idul Fitri 1428 H dengan penuh kebahagiaan dan syukur kepada Allah SWT dengan banyak mengagungkan Asma Allah, Takbir, Tahlil dan tahmid yang dimulai ba’da magrib nanti.

KHIUTBAH JUM’AH KE DUA bulan ROMADHON




















``

5-9-2008

TUJUAN PUASA ADALAH TAKWA










Hadirin kaum Musilim Rohimakumullah.

Dalam suasana bulan romadhon yang penuh berkah ini, marilah kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dengan meningkatkan aktivitas ibadah baik wajib maupun sunnatnya, dan menjauhkan diri dari segala larangan-Nya.

Hadirin Rohimakumullah,

Romadhon adalah bulan limpahan karunia Allah SWT, bulan penuh berkah juga merupakan bulan dimana pintu maghfirah (ampunan) dibuka selebar-lebarnya serta segenap amal kebajikan dilipatgandakan pahalanya. Mengingat betapa mulianya bulan ini, maka alangkah bahagianya jika pada momentum Ramadhan ini kita dapat bersama-sama meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita serta mengisinya dengan segala kebajikan, karena bulan ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lain, sehingga Allah SWT dibulan romadhon ini mewajibkan kepada orang mu’min untuk melaksanakan puasa dengan tujuan agar menjadi orang yang bertaqwa.

sebagaimana firman-Nya dalam alqur’an surat albaqoroh ayat 183 ::

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Albaqarah 2: 183)

Pada hakekatnya tak ada penyejuk yang benar-benar menyegarkan, dan tak ada obat yang paling mujarab selain taqwa kepada Allah SWT

Hanya taqwa kepadaNyalah satu-satunya jalan keluar dari berbagai problem kehidupan, yang mendatangkan keberkahan hidup, serta menyelamatkan dari adzabNya di dunia maupun di akhirat nanti, karena dengan taqwa jualah seseorang akan mewarisi Surga Allah Subhannahu wa Ta'ala.

Hadirin kaum Musilim Rohimakumullah

Mari kita ingat kembali beberapa faktor penunjang agar kita bisa merasakan ketakwaan kepada Allah SWT, diantaranya :

1. Mahabbatullah, Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
“Mahabbah itu ibarat pohon (kecintaan) dalam hati, akarnya adalah merendahkan diri di hadapan Dzat yang dicintainya, batangnya adalah ma’rifat kepadaNya, rantingnya adalah rasa takut kepada (siksa)Nya, daunnya adalah rasa malu terhadapNya, buah yang dihasilkan adalah taat kepadaNya, bahan penyiramnya adalah dzikir kepadaNya, kapan saja, jika amalan-amalan tersebut berkurang maka berkurang pulalah mahabbahnya kepada Allah SWT”. (Raudlatul Muhibin, 409, Darush Shofa).

2. Muraqabatullah (merasakan adanya pengawasan Allah), Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam al-qur’an surat Al-Hadid ayat 4 : yang artinya :
“Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hadid: 4).
Makna ayat ini, bahwa Allah SWT mengawasi dan menyaksikan perbuatan kita kapan saja dan di mana saja kita berada. Di darat ataupun di laut, pada waktu malam maupun siang. dan Allah SWT. mengetahui apa yang kita sembunyikan serta yang kita fikirkan”. (Tafsir Al-Qur’anul Adzim, IV/304). Begitupun pelaksanaan puasa kita apakah dilaksanakan berdasarkan motivasi keimanan atau hanya sebatas menahan dahaga dan lapar, semuanya ada dalam pengawasan Allah SWT.

3. Menundukkan hawa nafsu
Apabila kita mampu menahan dan menundukkan hawa nafsu, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan dan salah satu tanda adanya nilai takwa dalam pribadi kita serta di akhirat mendapat balasan Surga. Seperti firman Allah SWT dalam surat ”An-Nazi’at: ayat 40-41” yang artinya:
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari keinginan nafsunya, maka sesungguhnya Surgalah tempat tinggalnya.” (An-Nazi’at: 40-41), Untuk itu puasa merupakan salah satu benteng yang menggiring manusia untuk berfikir sehat dan menekan hawa nafsunya.

Berfikir sehat, pengendalian emosi serta menahan amarah dan hawa nafsu ini merupakan hal yang sangat penting dalam puasa. Karena sebagai seorang yang sedang berpuasa maka ia harus dapat memelihara seluruh panca inderanya untuk tidak melakukan larangan Allah SWT, terutama tidak melakukan hal-hal yang dapat menyakiti atau merugikan orang lain, apalagi merampas harta orang lain.

Sahabat Jabir bin Abdullah pernah berkata: "Apabila engkau sedang berpuasa, hendaklah puasa juga pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa. Jauhkanlah menyakiti orang lain. Hendaklah engkau berlaku terhormat dan tenang di hari ketika engkau berpuasa. Janganlah engkau samakan hari ketika engkau tidak puasa dengan hari ketika engkau berpuasa."

Dengan demikian, momentum bulan Ramadhan ini, sudah sepatutnya bagi kita semua untuk lebih meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kita serta mengisi bulan Ramadhan dengan segenap hal yang berguna, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Dan semoga kita semua diberikan kekuatan lahir dan batin untuk bisa melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya, dengan harapan agar kita dapat mencapai predikat orang yang bertakwa, yang manifestasinya terpancar pada kehidupan nyata, yakni sikap dan perilaku taqwa dapat tergambarkan sesuai dengan keadaan yang pa-ling dalam pada diri manusia sehingga eksistensi ibadah kepada Allah Swt serta melaksanakan segala kewajiban dan loyalitas manusia kepada-Nya senantiasa ditingkatkan.

Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah Swt tidak pernah bersikap netral. Ia selalu berpihak terhadap mereka yang telah berhasil mengamalkan dan mengembangkan nilai-nilai taqwa dan nilai-nilai kebajikan.

Sesuai dengan Firman-Nya Surat An-Nahl ayat 128

اِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَالَّذِيْنَ هُمْ مُحْسِنُوْنَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang ber-taqwa dan orang-orang yang memperbuat kebajikan”. (QS. an-Nahl, 16: 128)



Tidak ada komentar: